Part 2

1.3K 63 3
                                    

Selamat Membaca💋

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!!!
SAHRE JUGA KE TEMAN-TEMAN KALIAN!!!

Love dulu buat part ini💜

🌻🌻🌻

Seorang laki-laki yang mengenakan seragam polisi kini tengah berdiri menghadap anak buahnya untuk memberi arahan. Laki-laki dengan rahang tegas, hidung mancung, kulit berwarna sawo matang, alis tebal, dan bibirnya berwana pink alami itu membuatnya menjadi idaman para kaum hawa.

"Aduh, ganteng banget polisi itu,"

"Mau dong dijadiin pendampingnya,"

"Tipe gue banget tuh!"

"Meleyot adek, bang!"

"Semoga dia jodoh sama gue!"

Suara-suara pekikan dari kaum hawa terang-terangan memuji ketampanan dirinya. Tapi polisi itu tetap pada wajah datar dan tegasnya. Tak peduli pada ocehan para perempuan yang menurutnya terlalu berlebihan itu.

Banyak perempuan yang terang-terangan menggodanya bahkan tak jarang ada yang menyatakan perasaan kepadanya. Namun hatinya masih sama. Laki-laki itu masih mencintai satu nama yang membuatnya enggan membuka hati untuk siapapun sampai detik ini.

"Sok ganteng kamu, Dan!" cibir Reno setelah rekannya sudah selesai memberi arahan. Polisi berkulit sawo matang itu menatap Ardan dengan jengah.

"Saya memang ganteng!" balas Ardan.

"Ganteng kalau dilihat dari pucuk Monas," sahut Septian.

"Tapi masih gantengan saya kemana-mana!" ucap Faris membuat yang lain mendengus pelan mendengar ucapan laki-laki itu yang terlalu percaya diri.

"Meng-PD," cibir Reno.

"Fath tetap yang terganteng!" sahut Septian.

"Belok kamu, Sep?" tanya Ardan.

"Nggak lah! 'Kan memang kenyataannya!" sanggah Septian cepat.

Fath yang melihat itu hanya menggelengkan kepala pelan. Ia sudah kebal menghadapi tingkah teman-temannya ini.

"Kerja! Kerja!" kata Fath membuat mereka bertiga langsung kembali fokus pada tugas masing-masing.

Fath mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru area car free day untuk memantau keadaan. Wajah Fath yang datar membuat pesonanya semakin bertambah.

"Pak, boleh minta nomornya nggak?" tanya seorang perempuan menggunakan kaos merah lengan pendek dipadukan dengan celana legging warna hitam, dan jangan lupakan bibir merahnya yang seperti orang habis makan darah.

Fath menatap sekilas perempuan di hadapannya itu dengan malas. "Meresahkan," katanya dalam hati.

"Pak? Jawab dong pertanyaan saya!" rengek perempuan itu.

Fath menolehkan padangannya ke arah tiga temannya bermaksud untuk meminta bantuan agar terlepas dari perempuan satu ini.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya Reno yang kini berdiri di samping Fath.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang