Susah ya buat tekan vote?
Yang belum vote bab-bab sebelumnya MOHON KESADARAN MASING-MASING untuk vote dulu kemudian balik ke sini lagi!
Happy Reading!
🌻🌻🌻
Benar saja, pagi-pagi sekali Fath dan Nadia sudah sampai di kediaman Ethan dan Elisa. Jangan tanya dimana keberadaan Bia, Ethan, dan Ezra. Yang jelas ketiga orang itu sudah tidak ada di rumah dan sedang lari pagi keliling komplek, dengan paksaan tentunya. Kecuali Ezra yang ikut saja.
"Bia khawatir kalau kalian nanti nggak bakal sayang dan peduli sama dia lagi," kata Elisa.
Ketiganya duduk di meja makan dengan secangkir teh hangat dan kopi untuk Fath.
"Bia berpikir kalian bakalan nggak sayang lagi sama dia. Bukan berarti Bia nggak suka Nadia hamil. Bia hanya takut kalau adiknya lahir nanti, seluruh perhatian dan kasih sayang kalian bakal terpusat sama adiknya yang notabene anak kandung kalian."
"Gue tulus sayang sama Bia, El," ujar Nadia.
Elisa mengangguk. "Gue tau dan gue paham. Makanya, kemarin malam gue kasih pengertian sama Bia kalau Papi dan Maminya nggak bakal membedakan kasih sayang sama dia dan adik-adiknya kelak."
Fath menggenggam sebelah tangan Nadia yang bertumpu di atas meja. "Pasti. Bia adalah anak kami, sampai kapanpun akan tetap seperti itu," katanya.
Nadia menyetujui kata-kata Fath dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Ibu hamil itu seakan terbawa pada masa-masa saat dia mendengar kabar akan Mamanya tengah hamil dan akan mendapat seorang adik.
"Gue paham dengan apa yang Bia rasakan. Gue juga pernah mengalaminya. Saat Papa bilang kalau gue mau punya adik, ada secuil perasaan takut yang tersemat di hati. Takut kalau nanti Papa sama Mama nggak sayang lagi sama gue, takut kalau perhatian Papa sama Mama tertuju sama adik gue dan gue diabaikan, takut kalau gue nggak bisa jadi panutan buat adik gue." Nadia menjeda ucapannya. "Saat Adam lahir, ketakutan gue menjadi nyata. Adam yang waktu itu lahir prematur punya imun yang lemah dibanding anak lainnya. Papa sama Mama lebih perhatian, lebih peduli, dan gue merasa orang asing di rumah gue sendiri."
"Gue tau rasanya, El. Dan itu menyakitkan. Apalagi waktu Mama memutuskan buat kirim gue ke rumah nenek buat sekolah di sana karena mau fokus sama Adam," ujar Nadia. "Gue nggak mau Bia merasakan apa yang gue rasakan. Gue memang nggak sempurna, tapi gue akan berusaha jadi Mami yang baik untuk Bia."
Fath terdiam karena baru mengetahui kisah Nadia. Waktu berpacaran dulu, Nadia jarang bahkan tidak pernah bercerita padanya tentang masalah keluarga. Nadia saat berpacaran dengannya saat itu adalah Nadia yang selalu menunjukkan sifat perhatian dan cerianya. Fath tidak menyangka karena dibalik itu semua, Nadia menyimpan cerita kesedihan. Fath semakin mengeratkan genggamannya pada Nadia.
"Gue percaya sama lo, Nad," ucap Elisa. "Saran gue, Bia sudah remaja dan pasti butuh tempat buat berbagi keluh kesah. Coba kalian posisikan diri sebagai sahabat saat Bia butuh tempat buat berbagi keluh kesah. Dan kalian berdua juga tau, memendam dan menanggung semua sendirian juga nggak enak."
Fath dan Nadia mengangguk mengiyakan ucapan Elisa.
"Oh iya, satu lagi," kata Elisa membuat Fath dan Nadia menatapnya. "Hari Sabtu mendatang, ada acara keluarga di restoran biasanya. Jelas ada dua nenek lampir yang selalu nyinyir. Kalau perlu, kalian nggak usah datang saja, takut traumanya Bia kambuh," sambungnya.
Nadia menatap heran Fath dan Elisa bergantian. "Dua nenek lampir? Trauma? Maksudnya?" tanyanya.
Fath menatap Nadia. "Bia sebenarnya punya trauma, Dek. Dan dua nenek lampir yang dimaksud sama Elisa adalah Tante Cindy sama Selena, istri sama anaknya Om Agus yang suka menyalahkan Bia hanya karena kehadirannya ditengah-tengah keluarga yang mereka anggap sebagai kesalahan. Bia trauma sama perkataan kasar mereka. Bia itu tipe anak yang pemikir. Omongan Tante Cindy sama Selena yang perlahan membuat Bia merasa dia lahir dari sebuah kesalahan yang membuat keluarganya menanggung aib," jelasnya dengan sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Roman d'amour[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasik yang menceritakan kehidupan Nadia Aulina yang merupakan seorang guru Bahasa Indonesia yang mengaja...