Part 42

503 25 1
                                    

Jangan lupa vote dan komen!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen!

Happy Reading!

🌻🌻🌻

Bau obat-obatan menyeruak menusuk hidung Nadia. Nadia menyipitkan matanya guna menyesuaikan cahaya yang masuk pada retinanya. Terakhir kali, Nadia ingat jika dirinya mendengar keadaan Bia. Nadia berusaha duduk. Dengan perutnya yang besar, wanita itu sedikit kesusahan.

"Lo mau kemana?" tanya Elisa melihat sahabatnya hendak turun dari ranjang pesakitan. Elisa baru saja keluar dari kamar mandi dalam ruang rawat inap Nadia. Fauzia? Fauzia pamit karena ada urusan di rumah sakit tempatnya bekerja.

"Mau lihat keadaan Bia," jawab Nadia.

"Lo baru sadar, lo butuh istirahat. Bia sudah banyak yang jaga," kata Elisa.

"Gue nggak akan tenang kalau belum lihat keadaan Bia dengan mata kepala gue sendiri," balas Nadia tetap berpegang teguh pada keinginannya.

"Jangan keras kepala, Nad!" Elisa mulai kesal. "Lo nggak bawa diri lo sendiri! Lo lagi hamil!"

"Bia butuh gue, El!" ujar Nadia menangis kemudian duduk di pinggiran ranjang rumah sakit.

Elisa menghela napasnya. Dirinya harus benar-benar ekstra sabar menghadapi ibu hamil yang emosinya naik turun layaknya roller coaster.

Pintu ruang rawat inap Nadia terbuka. Ada Fath di sana yang berusaha tegar. Dimana dua orang perempuan kesayangannya tengah terbaring di rumah sakit.

Elisa yang tahu diri keluar dari ruang rawat inap Nadia. Elisa tahu, Fath dan Nadia butuh bicara berdua.

"Sayang," ujar Fath yang kini duduk di kursi samping brankar Nadia seraya menggenggam tangan Nadia. "Jangan menangis," imbuhnya mengusap air mata Nadia.

"Maaf, aku belum bisa jadi ibu yang baik buat Bia. Bia pasti kecewa sama aku," kata Nadia. "Seandainya aku yang antar Bia ke sekolah waktu itu. Pasti kejadian ini nggak bakal terjadi. Seandainya-"

"Sssttt... Sudah, Sayang. Nggak ada yang perlu disesali. Semua sudah terjadi," ujar Fath. "Kamu adalah Mami terbaik buat Bia dan anak-anak kita nanti. Bia nggak akan suka kalau kamu menyalahkan diri sendiri," imbuhnya.

Nadia memeluk Fath erat yang dibalas juga oleh Fath tak kalah erat.

"Bia pasti kesakitan, Mas. Bia pasti terluka," ujar Nadia masih terisak dipelukan Fath.

Nadia tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh Bia. Anak gadis kesayangannya pasti sangat amat terluka karena kejadian yang menimpanya.

"Bia pasti sembuh. Kita akan selalu dukung Bia," kata Fath menenangkan Nadia. Dirinya adalah kepala keluarga. Disaat-saat seperti inilah, dirinya harus menguatkan anggota keluarganya.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang