Part 22

925 41 0
                                    

Votenya jangan lupa, Kack!

Yang belum vote bab-bab sebelumnya, silahkan mundur dulu untuk vote. Makasih

Happy Reading!

🌻🌻🌻

Nyatanya Fauzia tidaklah lupa dengan permintaannya waktu itu. Dan sekarang, Nadia sendirian berkeliling di Gramedia untuk mencari novel dan alat lukis lengkap permintaan sahabatnya itu. Nadia tidak merasa kesepian, karena dia merasa senang karena bisa meluangkan waktu bersama dirinya sendiri.

Nadia pergi sepulang sekolah sebelum besok mulai cuti untuk mengurus segala persiapan pernikahan. Tidak terasa, kurang satu minggu lagi dirinya dan Fath akan berubah status menjadi suami istri.

Kalau dipikir-pikir, mending tidak perlu dipikirkan. Bercanda! Nadia bahkan sampai sekarang tidak menyangka jika Fath yang dulu pernah berstatus sebagai cinta monyetnya, kemudian berubah status sebagi mantannya, dan satu minggu lagi akan berubah status menjadi suaminya. Nadia bahkan sampai kepikiran untuk membuat judul sinetron 'Mantan Pacar Pertamaku dan Satu-satunya di Hidupku adalah Suamiku'. Ide gila Nadia itu langsung diulti oleh Citra dan Putri.

Nadia hendak berjalan menuju kasir namun bahunya tidak sengaja ditabrak seorang perempuan berambut bob membuat langkah Nadia sedikit oleng tapi beruntung tidak sampai terjatuh. Kalau jatuh, pasti rasa malu nomor satu.

"Maaf," ujar Nadia mengalah padahal dia tidak salah. Nadia tidak mau memperpanjang urusan.

Perempuan tadi menatap Nadia dari ujung kepala sampai ujung kaki. Nadia merasa risih ditatap seperti itu.

"Permisi," kata Nadia pamit dari hadapan perempuan yang menurutnya aneh tadi.

"Ternyata tipe Fath yang seperti itu," ujar perempuan tadi yang masih di dengar oleh Nadia.

Mengesampingkan rasa penasarannya tentang ucapan perempuan yang tidak dikenalnya tadi, Nadia segera membayar belanjaannya dan pulang. Mungkin saja perempuan tadi adalah salah satu pengagum calon suaminya yang tidak di notice.

Minat Nadia makan makanan cepat saji hilang begitu saja karena kejadian di Gramedia tadi. Gadis yang sebentar lagi bukan gadis itu memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Selain itu, Sunny pasti akan menceramahinya karena kelayapan sebelum menikah.

Perjalanan Nadia selamat sampai di rumah. Buru-buru Nadia masuk ke kamar dan membersihkan diri sebelum makan malam bersama keluarganya. Setelah menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, Nadia menuju ke meja makan yang letaknya berseberangan dengan dapur.

"Kakak tadi habis dari mana?" tanya Adam.

"Dari Gramedia," jawab Nadia yang dijawab anggukan saja oleh Adam. "Papa belum pulang, Ma?" tanyanya.

Nadia membantu Sunny menyusun makanan di meja makan. Rupanya Sunny memasak ayam rica-rica, perkedel kentang, dan tempe goreng.

"Belum. Papa tadi bilang kalau malam ini lembur," jawab Sunny.

Sunny mengambilkan makanan untuk Adam dan Nadia, terakhir untuk dirinya sendiri.

"Kamu sudah mulai cuti 'kan, Kak?" tanya Sunny.

"Sudah, Ma. Mulai besok sudah cuti," jawab Nadia setelah menelan makanannya.

"Bagus kalau begitu. Mama takut kamu ambil cuti mepet hari pernikahan," kata Sunny. "Mulai besok, kamu di rumah saja. Jangan kemana-mana."

"Aku besok ada janji ketemu sama yang lain di makam Eka," kata Nadia.

"Berangkat sendiri?" tanya Sunny.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang