Part 39

448 24 3
                                    

Warning 18+

Bocil minggir dulu

Udah dikasih update masa belum vote juga😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah dikasih update masa belum vote juga😌

Happy Reading!

🌻🌻🌻

Bia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Rasa pusing menyapanya saat baru pertama kali membuka mata. Bia merasa tangannya diikat kebelakang menjadi satu. Sementara kakinya juga diikat. Bia sulit bergerak. Bia mencerna apa yang terjadi padanya.

Bia menatap ruangan di sekitarnya. Ada satu tempat tidur, satu lemari pakaian, dan satu meja rias.

"Ayah?" panggil Bia saat dia ingat kalau dia tiba-tiba tertidur tadi.

Tidak ada suara yang membalas. Bia mulai takut terjadi sesuatu pada Ayahnya.

"Ayah!"

"Ayah dimana?"

"Ayah?"

Air mata Bia mulai luruh. Gadis itu ketakutan.

"Ayah! Bia takut sendirian!" teriaknya.

Tiba-tiba pintu kamar yang Bia yakin sebagai pintu kamar terbuka dan menampilkan Danes dengan pakaian yang sudah ganti. Danes memakai kaos oblong dan celana pendek selutut.

Bia tersenyum ke arah Danes. Bia senang melihat Danes baik-baik saja.

"Ayah, Bia takut," ucap Bia.

Danes hanya menatap Bia sekilas kemudian duduk di ujung ranjang.

"Ayah, bantu Bia lepasin ikatan ini," kata Bia.

"Untuk apa?" balas Danes bertanya.

Bia menatap Danes dengan tatapan bingung.

"Ayah yang mengikatnya," aku Danes.

"Kenapa?" tanya Bia.

Danes menatap Bia dengan senyum miring. Hal itu membuat Bia takut dengan Ayahnya. Menyadari Bia ketakutan, Danes mendekat dan berjongkok di hadapan Bia.

Danes mengangkat sebelah tangannya dan membelai wajah Bia. "Kamu persis seperti Luna," katanya.

Bukannya nyaman, Bia malah semakin dibuat takut dengan Ayahnya. "A-ayah, jangan seperti ini."

"Luna, perempuan itu sangat berharga bagi hidupku. Tapi sayangnya, dia pergi untuk selamanya," kata Danes dengan pandangan yang tiba-tiba menyendu. "Andai waktu itu aku tidak membalaskan dendamku, pasti aku dan Luna akan bahagia bersama," ucapnya.

"Luna, sampai saat ini aku belum pernah melupakannya. Senyumnya, tawanya, wangi rambutnya, dan rasa tubuhnya, aku masih mengingat semua itu. Semua masih terekam jelas diingatan. Terutama ingatan saat kita bercinta," ujar Danes.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang