KALIAN BUTUH HIBURAN, AKU BUTUH VOTE KALIAN!
YANG BELUM VOTE BAB-BAB SEBELUMNYA HARAP MUNDUR DULU BUAT VOTE! TERUS BALIK LAGI KESINI! CEPETAN!
FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM BACA!
GAK MENERIMA PENOLAKAN!
Happy Reading!
🌻🌻🌻
Jasad Bia kini tengah dibawa pulang menggunakan ambulan. Nadia terus berada di sisi Bia selama perjalanan menuju ke rumah. Fath yang berada di sebelah Nadia pun menatap ke depan dengan pandangan kosong. Berharap semua yang terjadi ini adalah mimpi. Tapi sayang, ini adalah kenyataan. Kenyataan yang menyakitkan akan kehilangan.
Fath tadi sudah mengabari kedua orang tua serta mertuanya mengenai Bia yang sudah tiada. Respon mereka sama. Mereka menangis saat diberi tahu. Apalagi Regina, wanita itu sampai histeris saat mendengar cucunya sudah meninggal dunia.
Fath mencoba menguatkan kembali dirinya. Disaat-saat seperti ini, dia harus kuat. Ada istrinya yang tidak kalah terpukul dengan kepergian Bia.
Ambulan berhenti tepat di kediaman Regina dan Abizar yang sudah ramai orang. Bia akan dimakamkan di samping makam ibunya, Luna. Itu adalah keinginan Fath agar Bia senantiasa bisa dekat dengan Luna. Makanya, Fath tadi meminta supir ambulan untuk membawa mereka ke kediaman orang tuanya.
Pintu belakang ambulan terbuka. Fath dan Nadia turun terlebih dahulu. Kemudian sopir ambulan dan satu lagi petugas ambulan menurunkan Bia yang sudah tidak bernyawa. Para bapak-bapak yang membantu mengurus pemakaman pun turut membantu menurunkan jasad Bia.
Fath merangkul Nadia untuk berjalan ke dalam rumah. Nadia seolah tidak ada nyawanya saat ini.
Regina yang melihat Bia yang kini sudah di baringkan di tengah-tengah ruang tamu dan di tutupi oleh kain menjadi histeris kembali.
"Ya Allah, cucuku!" kata Regina menangis sambil memeluk tubuh Bia yang terbaring. "Bia! Bangun, Bi! Ini Oma. Jangan tinggalin Oma, Bi!"
Banyak orang yang bertakziah ikut meneteskan air matanya.
"Bia, biar Oma saja yang pergi. Bia jangan," racau Regina kemana-mana.
"Sudah, Mbak, sudah. Ikhlaskan kepergian Bia," ujar Bunga, Ibu dari Ethan.
"Bunga, kenapa cucuku yang pergi? Bia tinggalin aku seperti Luna dulu," kata Regina.
Abizar bergerak untuk menenangkan istrinya. Kedua mata pria paruh baya itu juga sembab karena menangis. Ingatannya terlempar saat kepergian putrinya dulu.
Nadia yang duduk di dekat Bia kini hanya memandang kosong ke arah depan. Sesekali air mata lolos dari tempatnya.
"Ikhlas, Nad. Bia nggak bakal suka kalau lo menangisi dia," kata Putri yang duduk di sebelah Nadia.
Memang tadi sewaktu perjalanan pulang, mereka semua yang ada di ruangan Bia tadi mengikuti mobil ambulan yang membawa Bia. Semua ikut, kecuali Fauzia yang masih harus menyelesaikan tugasnya sebagai seorang dokter di rumah sakit.
Isakan lolos dari mulut Nadia. "Putri, lihat. Matanya Bia bergerak," katanya saat ada dua orang perempuan yang menutupi wajah Bia dengan kain tembus pandang dan berlubang kecil-kecil.
Putri mengusap bahu Nadia. "Istighfar, Nad. Ikhlaskan kepergian Bia, hm?"
Nadia menggeleng sambil terisak. "Anak gue meninggal, Putri," katanya yang kini menangis di pelukan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasik yang menceritakan kehidupan Nadia Aulina yang merupakan seorang guru Bahasa Indonesia yang mengaja...