I'm back!
Pada kangen nggak kalian?
Enjoy yaa!
🌻🌻🌻
Lagit malam ini cerah, meskipun tidak ada bintang yang bertaburan karena tertutup oleh polusi di tengah hiruk-pikuk kota. Di sebuah rumah minimalis berlantai dua, terdengar ayat-ayat sudi yang mengalun lembut. Rumah itu adalah rumah milik orang tua Fath. Malam ini adalah malam ketujuh sejak kepergian Bia, dan keluarga serta tetangga berkumpul untuk mengadakan pengajian tujuh harian. Banyak tamu yang datang untuk mendoakan kepergian Bia.
Pengajian diakhiri dengan doa bersama, memohon agar arwah Bia diterima di sisi-Nya dan diberikan tempat terbaik di surga. Suara doa yang khusyuk mengalun, menyatu dengan suara alam yang tenang. Setelah itu, para tamu saling bersalaman dan berpamitan untuk pulang. Ada beberapa yang masih tinggal. Kerabat dan sahabat-sahabat Nadia memilih untuk tinggal sejenak. Minus Razka karena sedang bertugas.
Dengan perasaan bersalahnya, Nadia berjalan menghampiri Devan dan Elang yang tengah mengobrol dengan Ethan. Ketiganya menatap Nadia dengan sorot kebingungan.
"Dev, Lang, gue minta maaf banget soal yang waktu itu," ujar Nadia seraya menundukkan kepalanya.
Elang mengulas senyum. "It's okay, Nad. Kita paham rasanya bagaimana kehilangan seseorang yang penting dalam hidup kita." jawabnya. Sementara itu Devan tidak menjawab. Dia hanya mengangguk seraya tersenyum tipis.
Nadia menatap keduanya dengan mata yang berkaca-kaca. "Makasih udah mau maafin gue," katanya seraya mengusap ujung hidungnya yang berair. "Fauzia kenapa nggak ikut pengajian Bia? Dia masih marah sama gue, ya?" sambungnya.
Elang dan Devan saling berpandangan satu sama lain. Ethan pun ikut penasaraan kemana Fauzia karena sejak hari itu, batang hidungnya tidak terlihat sama sekali.
"Adek gue pasti nggak marah sama lo, Nad. Gue yakin itu," ujar Devan.
"Terus kalau nggak marah, kenapa dia nggak datang? Chat-chat gue nggak pernah dibalas sama dia, gue telepon nggak pernah diangkat."
Elang meringis. "Sebenarnya, Nad, bukan cuma lo doang. Kita juga nggak tahu di mana Zia sekarang."
Jawaban Elang membuat Nadia dan Ethan menatap keduanya dengan terkejut.
"ZIA HILANG!?"
Atensi tamu yang masih tersisa kontan beralih pada mereka berempat.
"KOK BISA WOY!?"
"Gimana ceritanya? Ceritain satu-satu."
"Udah buat laporan belum?"
"Zia hilang tapi Om Abhi sama Tante Lisa masih tenang-tenang aja gue lihat-lihat."
Kerumunan yang awalnya hanya empat orang itu kini menjadi bertambah banyak.
PLAK!
Sagara menepuk keras bahu Devan dan Elang sampai keduanya meringis perih.
"Sakit, bego!" kata Devan menatap sengit Sagara yang berdiri di belakangnya.
"Maksudnya apa Zia hilang!?" tanya Sagara.
"Bukan hilang-"
"Terus apa kalau nggak hilang? Jelas-jelas Zia dihubungi sana-sini nggak ada balasan! Kalian kok nggak jagain Zia sih!" cerocos Nadia memotong ucapan Devan.
"Jangan sampai hilang dong! Jodoh gue tergantung Zia ini gimana nasibnya coba? Cuma Zia yang bisa menjembatani gue sama jodoh gue. Ah elah!" Sagara mengomel seraya melepas kopyah hitam yang menutup kepalanya lalu meremas rambutnya frustasi.
PLAK!
Betis Sagara disabet jaket oleh Putri. "Bisa-bisanya lo mikirin jodoh disaat-saat begini!"
"Apaan sih, Put!? Jodoh itu penting, Put, penting! Gimana nanti kalau gue nggak nikah? Nggak punya anak buat terusin perusahaan gue? Yang bener aja!"
"Cewek mana yang jodohnya macam ini, Gusti Allah? Semoga yang jadi jodohnya Sagara hatinya seluas langit supaya bisa menerima Sagara apa adanya," ujar Putri merasa kasihan dengan jodoh Sagara nanti.
"Aamiin," jawab yang lain serentak.
"Woy! Bahas dulu Zia! Malah bahas jodohnya Sagara!" sahut Citra agak sebal.
"Cuma Papa sama Mama gue aja yang tahu Adek gue lagi di mana. Zia pergi nggak bilang-bilang. Kita bahkan sampai cari di rumah sakit tempat dia kerja tapi hasilnya nihil. Zia nggak ada di sana," jelas Elang. "Bahkan status Zia udah bukan internship di sana," jawabnya.
"Lo tahu hal ini nggak, Nand?" tanya Elisa pada Kenand yang merupakan pemilik rumah sakit tempat Fauzia bekerja.
Kenand menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu.
"Ah elah! Pemilik rumah sakit macam apa lo yang nggak tahu kabar karyawannya sendiri?" sindir Nia.
"Gue sibuk. Belum sempat check kondisi RS," jawab Kenand dengan wajah datarnya yang sedari tadi tidak berubah.
"Tapi... Gue yakin kalau Adek gue ada di Surabaya," ujar Devan membuat yang lain menatapnya.
"Kok aku nggak tahu?" heran Elang menatap saudara kembarnya.
Devan menghela napas sebelum melanjutkan penjelasannya. "Kalau dipikir-pikir, masa internship Adek gue udah habis. Dia balik ke Surabaya karena ada keperluan penting sama kampusnya," jawabnya. "Feeling gue sih begitu," ujarnya menambahkan.
"Kok cuma feeling sih, Dev? Yang yakin dong!" protes Nadia.
"Tahu lo, Dev! Kayak cewek kebanyakan feeling!" sahut Sagara.
Devan merotasikan matanya jengah. "Lupa kalau Zia kembaran gue? Perasaan kita kuat satu sama lain."
Yang lain menatap Devan sangsi. Tidak serta merta percaya dengan perkataan si paling tua dari dua saudara kembarnya itu.
"Kok aku nggak ngerasa kayak gitu juga, Bang?" heran Elang pada dirinya sendiri.
"Lo anak pungut kali, Lang," sahut Athala.
"Jelas-jelas gue anaknya Abhimanyu Shafa. Kemiripan gue sama beliau itu sembilan puluh enam persen!"
Yang lain mencibir ucapan Elang yang memang benar adanya. Tiga saudara kembar itu memang mirip Abhimanyu Shafa.
"Serius gue. Semalam gue tanya sama Mama. Katanya, Zia ada di Surabaya. Lagi nggak bisa diganggu karena sibuk banget," kata Devan mengonfirmasi lagi.
Mendengar itu, Nadia menoleh ke arah Fath yang duduk tidak jauh darinya.
"Kenapa, Sayang?" tanya Fath lembut.
"Besok ayo kita susulin Fauzia ke Surabaya," kata Nadia.
"Wah! Bumil mulai beraksi. Kita balik duluan Fath! Assalamu'alaikum!"
Fath hanya bisa tersenyum kaku melihat semua teman-temannya pamit undur diri pada orang tua. Meninggalkan dirinya seorang diri yang harus menghadapi permintaan istrinya yang tengah mengandung buah cinta mereka.
Fath harus mencari alasan yang tepat agar tidak menyinggung atau membuat Nadia semakin banyak pikiran.
🌻🌻🌻
Tbc
-Amal
![](https://img.wattpad.com/cover/248838248-288-k25712.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Romans[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasik yang menceritakan kehidupan Nadia Aulina yang merupakan seorang guru Bahasa Indonesia yang mengaja...