Part 46

394 29 0
                                    

KALIAN BUTUH HIBURAN, AKU BUTUH VOTE KALIAN!

YANG BELUM VOTE BAB-BAB SEBELUMNYA HARAP MUNDUR DULU BUAT VOTE! TERUS BALIK LAGI KESINI! CEPETAN!

FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM BACA!

GAK MENERIMA PENOLAKAN!

Happy Reading!

🌻🌻🌻

Bia POV

Aku Nabia Tsalitsa Karani. Papi bilang, Ibu yang memberi nama itu padaku. Sedari kecil, aku hidup tanpa sosok orang tua kandung. Aku hanya tahu Papi, Opa, dan Oma saja yang merawatku. Ibu sudah meninggal sesaat setelah melahirkan aku.

Banyak keluarga besar yang tidak menyukaiku karena aku adalah anak di luar nikah. Terutama Nenek Cindy dan Tante Selena. Mereka berdua bahkan terang-terangan menyebutku 'anak haram'. Marah? Tidak, tapi luka tidak kasat itu membekas sempurna di hati. Bahkan aku sampai depresi karena ucapan mereka yang tidak bertanggung jawab.

Papi adalah cinta pertamaku. Aku masih ingat saat Papi menjalani awal-awal pendidikan taruna. Waktu itu, aku menangis hingga demam berhari-hari saat Papi berada di Semarang. Oma sampai bingung dan akhirnya aku dibawa ke rumah sakit untuk di opname selama satu minggu.

Setiap mendapat libur atau cuti, Papi selalu menemuiku. Aku sering ditinggal sendirian di rumah karena Oma terkadang menemani Opa dinas di luar kota. Aku biasanya dititipkan ke Grandma Bunga dan Grandpa Ervin.

Saat sudah beranjak dewasa. Papi menjelaskan perlahan padaku kalau aku hanya punya Ibu tapi tidak punya Ayah. Awalnya aku merasa terpukul dan merasa dunia tidaklah adil untukku. Namun, lambat-laun aku sadar, aku tidak mau Ibu sedih di atas sana melihatku yang meratapi nasib.

Bohong jika selama ini aku bilang kalau aku baik-baik saja. Aku jauh dari kata baik.

Belum sembuh dari depresi, aku dibuat tidak bisa berkata-kata oleh perkataan dokter waktu itu yang menyebutkan jika aku terkena leukimia. Lagi-lagi aku membuat keluargaku sedih. Aku marah dengan semuanya. Marah dengan keadaan yang menimpaku. Saat itu aku bertanya-tanya pada Tuhan, apakah tidak ada secuil kebahagiaan untukku?

Ternyata Tuhan punya rencana yang jauh lebih indah dari rencanaku. Saat itu, aku bertemu dengan Mama Elisa, istri Papa Ethan. Mama Elisa bilang padaku, ada satu sahabatnya yang merupakan mantan pacar Papi.

Aku sangat antusias saat Mama Elisa memperkenalkan sahabat-sahabatnya padaku. Saat itu, aku memanggil semuanya dengan sebutan 'Mama'. Tapi Bunda Zia waktu itu protes dan menyuruhku memanggilnya 'Bunda' sampai sekarang.

Saat pertama kali melihat Mami Nadia, aku langsung tahu kenapa Papi sampai saat itu masih belum move on dari Mami. Mami cantik, baik, pengertian. Tiga paket sempurna untuk menggaet hati Papi.

Sepulang dari pertemuan itu, aku langsung membombardir Papi dengan pertanyaan-pertanyaan kenapa dulu bisa putus sama Mami?

"Papi saat itu ingin fokus sama kehamilan Ibu kamu. Makanya Papi putus waktu itu."

Jawaban Papi membuatku bertekad kembali mempersatukan mereka. Dan sepertinya keberuntungan berpihak padaku. Mami menjadi wali kelasku saat SMA.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang