Part 7

935 50 0
                                    

Selamat membaca💋

Tinggalkan jejak kalian

🌻🌻🌻

Tahun ajaran baru sudah dimuali. Sebagai seorang guru, Nadia kembalu disibukkan dengan aktivitas mengajar di salah satu sekolah swasta menengah atas. Masa pengenalan lingkungan sekolah sudah selesai, dan sekarang kegiatan belajar mengajar resmi dimulai.

Nadia melangkahkan kakinya keluar dari kantor guru. Sesekali dia tersenyum dan menyapa guru senior yang berpapasan dengannya.

"Bu Nadia?"

Suara seseorang membuat Nadia menghentikan langkahnya. Nadia berbalik dan mendapati seorang laki-laki tengah berjalan ke arahnya.

"Ada apa Pak Fabian?" tanya Nadia saat laki-laki yang berprofesi sebagai guru matematika itu sudah berdiri di hadapannya.

"Bu Nadia mau ke kelas sepuluh?" tanya Fabian.

"Iya," jawab Nadia.

Fabian mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bareng saja kalau begitu. Saya juga mau ke kelas 10 IPA 2," katanya.

Nadia tak keberatan dengan permintaan Fabian. Keduanya berjalan beriringan menuju lorong kelas tujuh.

"Bu Nadia wali kelasnya kelas berapa?" tanya Fabian.

"Saya 10 IPA 8," jawab Nadia.

"Ujung sendiri kelasnya," kekeh Fabian yang dibalas senyuman singkat oleh Nadia. "Hari ini langsung mengajar?"

"Sepertinya tidak. Saya mau mengenal murid saya terlebih dahulu. Kebetulan jam pertama dan kedua adalah mata pelajaran saya," jawab Nadia.

"Saya duluan, Bu," kata Fabian saat sudah sampai di depan pintu kelas yang dia tuju.

Nadia menganggukkan kepalanya kemudian meneruskan langkahnya kembali menuju kelas 10 IPA 8. Nadia menghembuskan napasnya pelan sebelum masuk ke kelas sebagai wali kelas. Ini pertama kali dirinya menjadi wali kelas, wajar jika dia sedang gugup saat ini.

"Assalamu'alaikum," kata Nadia saat memasuki kelas.

Seluruh murid yang sedang berhamburan tadi kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

"Wa'alaikumsalam," jawab seluruh murid.

Nadia meletakkan map berisi buku paket, daftar nilai dan siswa kemudiaj berdiri di depan. Nadia mengedarkan pandangannya dan sedikit terkejut saat ada salah satu keponakan sahabatnya duduk manis di bangku tengah seraya tersenyum.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Nadia.

"PAGI, BU!"

"Nama saya Nadia Aulina, bisa kalian panggil Bu Nadia. Saya mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia. Saya akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun kedepan. Saya harap, kita bisa bekerja sama kedepannya," ujar Nadia memperkenalkan diri. "Ada yang ingin ditanyakan?" imbuhnya melempar pertanyaan.

Satu orang siswa laki-laki yang duduk di bangku pojok paling belakang mengangkat tangan. "Ibu sudah menikah?"

Sontak saja pertanyaan itu mendapat protesan dan siul-siulan dari teman-temannya yang lain. Nadia terkekeh pelan melihat itu.

"Kenapa mau ngajak Bu Nadia nikah? Bu Nadia mana mau sama bocah mobile legend macam lo!" sahut seorang siswi membuat seluruh isi kelas tergelak.

"Gue cuma nanya. Malu bertanya sesat di jalan," balas siswa yang bertanya tadi.

"Kau lagi di kelas bukan di jalan. Enggak mungkin tersesat," sahut siswa laki-laki berambut ikal dan berkulit cokelat gelap.

"Sudah-sudah," lerai Nadia. "Siapa nama kamu?" tanya Nadia ada siswa yang menanyainya tadi.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang