Part 9

1K 48 0
                                    

Tinggalkan jejak kalian!

Selamat membaca💋

🌻🌻🌻

Jam menunjukkan pukul empat sore. Nadia baru selesai mengajar siswa kelas dua belas untuk persiapan ujian kelulusan dan masuk universitas. Nadia sampai di ruang guru yang ternyata ada beberapa rekannya yang belum pulang.

"Bu Nadia langsung pulang?" tanya Fabian saat melihat Nadia beres-beres barangnya.

Nadia menoleh. "Iya, Pak," jawabnya.

"Saya tadi pagi lihat Bu Nadia datang sama ojol. Bagaimana jika pulangnya saya saja yang nengantar?" tawar Fabian.

Beberapa guru yang tersisa menyorakki Fabian yang mengajak pulang Nadia bersama.

"Pepet terus, Pak!"

"Jangan kasih kendor!"

Fabian hanya tersenyum menanggapi ocehan rekan-rekannya sementara Nadia malah terlihat segan.

"Makasih tawarannya, Pak. Tapi saya sudah ada janji dengan teman saya," tolak Nadia.

"Yahh... Gagal kencan!" seru seorang guru laki-laki yang sudah berumur.

"Teman perempuan atau laki-laki, Bu?" tanya Fabian.

Nadia tersenyum singkat menatap Fabian. "Maaf, Pak. Kita tidak sedekat itu untuk saling bertanya mengenai hal yang privasi."

Nadia kemudian pamit pada rekan-rekannya kemudian keluar dari area sekolah menunggu jemputan dari Fauzia. Ya, yang akan menjemputnya adalah Fauzia. Gadis itu kemarin malam merengek pada Nadia agar menemaninya membeli beberapa buku di toko buku.

Nadia menyapa singkat satpam yang masih berjaga karena ada beberapa siswa yang masih belum dijemput oleh orang tua mereka. Nadia mengedarkan pandangannya, kedua matanya menangkap seorang gadis tengah duduk di halte bus depan sekolah. Nadia kenal gadis itu dan berjalan menghampirinya.

"Bia belum pulang?" tanya Nadia pada gadis yang menunduk melihat sepatu.

Bia mendongak. Mengetahui siapa yang bertanya, Bia mengulas senyuman. "Belum, Bu. Papi belum jemput," jawab Bia.

Nadia duduk di samping Bia. "Panggil Mama seperti biasa saja, Bi."

"Tapi 'kan ini masih di lingkungan sekolah," kata Bia.

"Jam belajar sudah habis bukan?"

Bia semakin tersenyum mendengar perkataan Nadia.  "Oke, Mama!" balasnya senang.

Senyuman Bia menular pada Nadia.

"Mama sendiri kok belum pulang?" tanya Bia.

"Mama baru selesai ngajar bimbingan di kelas dua belas," jawab Nadia. "Ini lagi nunggu Bunda Zia jemput."

"Mama sama Bunda mau kemana?" tanya Bia kepo.

"Ke toko buku," jawab Nadia.

"Ngapain?" tanya Bia.

Nadia terkekeh mendengar pertanyaan Bia. "Ya beli buku. Masak beli ikan di sana."

"Iya juga," balas Bia ikutan tertawa. "Bia senang deh!"

Nadia menoleh pada remaja disampingnya. "Senang?"

Bia mengangguk. "Soalnya setiap hari Bia ketemu sama Mama di sekolah. Lihat Mama, Bia jadi ingat sama Ibu," katanya.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang