BACA! PENTING!
Pembaca sama yang vote beda jauh banget. Berkali-kali aku bilang kalau cari ide buat tulis satu bab itu nggak gampang. Satu vote dari kalian sangat berarti bagi Aku, bikin semangat buat lanjutin cerita ini.
Kalian mungkin berpikir kalau Aku itu penulis haus akan vote dari readers. Ya, anggap saja begitu. Sudah Aku katakan diawal kalau cari ide buat tulis satu bab nggak mudah. Jujur, kalau lihat yang baca banyak tapi yang vote sedikit, rasanya miris banget. Bukannya nggak bersyukur, ibaratnya itu seperti kalian memberi sesuatu pada seseorang tapi orang itu nggak ada rasa terima kasih sama sekali.
Ayo berlakukan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Aku kasih kalian update cerita, kalian kasih vote disetiap bab. Bisa 'kan?
Makasih banyak buat yang sudah vote disetiap bab. Vote dari kalian benar-benar buat semangat tulis cerita balik lagi💜
Happy Reading!
🌻🌻🌻
Usia pernikahan Fath dan Nadia sudah menginjak dua bulan. Masih bau-bau pengantin baru. Tidak ada bulan madu. Fath menciptakan momen romantis sendiri di rumah. Alasannya simpel, kalau bisa melakukannya di rumah kenapa harus pergi keluar.
Satu minggu belakangan, Bia berada di rumah Regina dan Abizar. Jangan salah, setiap hari gadis itu akan menelepon dengan mengeluarkan unek-uneknya lewat panggilan video. Kadang Fath sendiri menyayangkan kuotanya yang jadi sasaran saat Bia dan Nadia melakukan panggilan video lewat ponselnya selama berjam-jam.
Sore cerah di hari Minggu ini, Fath dan Nadia akan menjemput Bia di rumah Regina dan Abizar. Jam menunjukkan pukul empat sore. Nadia berdecak pelan saat Fath belum selesai dengan siap-siapnya.
"Mas, buruan!" kesal Nadia.
Oh, iya! Panggilan mereka berubah. Saat itu mereka berdua berada di rumah Sunny dan Abraham. Sunny yang mendengar Nadia masih memanggil Fath dengan nama saja langsung ditegur. Panggilan Fath ke Nadia pun berubah.
Selain agenda menjemput Bia, mereka juga hendak pergi ke rumah si kembar tiga untuk menjenguk bayi Dinda dan Devan yang baru saja lahir dua hari yang lalu. Sementara bayi Elisa dan Ethan lahir saat usia pernikahan mereka baru satu minggu.
"Sabar, Dek. Mas tadi ke kamar mandi sebentar," ucap Fath yang menghampiri Nadia dengan membawa kunci mobil ditangannya.
Keduanya keluar dari rumah tak lupa menguncinya juga. Mobil yang keduanya naiki kini membelah jalanan ibu kota yang padat sore ini karena bentrok dengan jadwal orang pulang kerja.
"Jemput Bia dulu atau ke rumah Devan dulu?" tanya Nadia.
"Ke rumah Devan saja dulu. Bia jam segini masih bimbel, pulang habis maghrib nanti," jawab Fath.
"Padahal aku sudah kangen banget sama Bia," keluh Nadia.
Fath mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap kepala Nadia sementara satu tangannya digunakan untuk menyetir.
"Nanti juga ketemu sama Bia. Bia nggak kemana-mana," ujar Fath.
Nadia mengiyakan ucapan Fath kemudian menunjukkan arah letak rumah si kembar tiga. Perjalanan memakan waktu empat puluh menit karena beberapa kali mobil mereka terkena macet. Mobil mereka memasuki halaman rumah si kembar tiga yang luas. Rumah yang didominasi warna putih itu tampak berdiri gagah dan elegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasik yang menceritakan kehidupan Nadia Aulina yang merupakan seorang guru Bahasa Indonesia yang mengaja...