Vote dulu sebelum baca!
Di part sebelum-sebelumnya juga begitu. Yang belum vote segera vote
Satu vote dari kalian adalah semangat buat Aku tulis cerita
Aku senang, kalian juga senang...
Udah 4k aja yang baca. Makasi buat kalian semua!
Aku harap part ini bisa menghilangkan rasa kangen kalian sama Fath dan Nadia.
Happy Reading!
🌻🌻🌻
Nadia melangkahkan kakinya menuju ruang guru sehabis mengajar di salah satu kelas. Murid-murid yang berpapasan dengannya menyapa dan menyalaminya. Nadia sediri terkenal sebagai guru yang baik dan akrab dengan murid-murid lainnya. Bahkan, Nadia masuk jajaran guru favorit di sekolah ini.
"Bu Nadia!"
Nadia menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang memanggilnya. Si empu yang memanggil adalah Evita, guru Seni Budaya di sekolah ini. Cantik dan baik, idaman para kaum adam. Tapi sayangnya, Evita sudah memiliki buntut dua dan yang pasti masih ada suaminya.
"Mau ke ruang guru, Bu? Barengan saja kalau begitu," kata Evita.
Nadia mengulas senyum tanda setuju. Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruang guru untuk melepas penat setelah mengajar.
"Pak Fabian patah hati waktu dengar Bu Nadia mau menikah," ucap Evita mengawali obrolan ditengah perjalanan mereka.
Memang waktu dipernikahannya, Nadia mengundang rekan kerjanya, tetapi tidak semua datang karena ada berbagai halangan.
"Bu Evita bicara apa? Saya sama Pak Fabian nggak ada hubungan apa-apa. Kita sebatas rekan kerja," kata Nadia.
Sejujurnya, Nadia bukan kaum yang tidak peka dengan orang disekitarnya. Nadia tahu jika Fabian tertarik padanya, tapi 'kan hati tidak ada yang tahu. Makanya, Nadia sering menjaga jarak dengan Fabian agar guru laki-laki idaman para perempuan itu tidak terlalu menaruh harapan.
"Pak Fabian itu suka sama Bu Nadia. Guru semua di sini pun tahu perihal itu. Apalagi kejadian tadi pagi. Kentara sekali kalau Pak Fabian masih patah hati dan berusaha menghindar dari Bu Nadia," ungkap Evita.
Tadi pagi setelah mengisi absen kedatangan khusus guru, Nadia biasanya akan membuat secangkir teh panas yang berada di sudut ruang guru. Tanpa sengaja, Nadia berpapasan dengan Fabian. Seperti berpapasan dengan guru lainnya, Nadia juga menyapa Fabian. Tetapi, Fabian tidak menjawab sapaannya dan menghindarinya. Berhubung pagi tadi Nadia datang mepet bel masuk, ruang guru yang sudah terisi guru yang akan mengajar pun bergosip mengenai hal ini.
"Memangnya Bu Nadia nggak merasa kalau Pak Fabian suka sama Bu Nadia?" tanya Evita.
Nadia mengulas senyum tipis. "Saya tau. Tapi saya nggak mau memberi harapan palsu sama Pa Fabian. Hati saya sudah ada pemiliknya. Sejak lama," jawabnya.
Evita mengangguk-anggukkan kepalanya. "Benar sih. Takutnya kalau kasih harapan palsu, Pak Fabian bakal jauh lebih sakit hati."
"Sekarang 'kan saya sudah bersuami. Mudah-mudahan saja Pak Fabian bisa menemukan tambatan hatinya yang lebih baik dari saya," kata Nadia yang diamini oleh Evita.
"Bu Nadia nggak takut kalau seumpama Pak Fabian masih merasa sakit hati dan memilih balas dendam?" tanya Evita.
"Hush! Nggak boleh berprasangka buruk sama seseorang, Bu. Nggak mungkin juga Pak Fabian melakukan hal rendahan seperti itu," tegur Nadia tidak ingin Evita berprasangka buruk pada sesama manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasik yang menceritakan kehidupan Nadia Aulina yang merupakan seorang guru Bahasa Indonesia yang mengaja...