Part 24

740 35 1
                                    

Bintangnya jangan lupa, Kack!

Yang belum vote bab-bab sebelumnya dimohon untuk mundur dulu untuk vote

Happy Reading!

🌻🌻🌻

Fath berulang kali mengambil nafas lalu menghembuskannya untuk mengurangi rasa gugupnya. Sebentar lagi dia akan mengucapkan kalimat sakral di hadapan ayah dari seorang perempuan yang begitu dicintainya. Acara ijab kabul dihadiri oleh keluarga, kerabat, dan sahabat dekat saja. Untuk tamu undangan baru nanti sore akan hadir untuk acata resepsi pernikahan.

Fath terlihat makin tampan dengan pakaian adat warna putih yang dia kenakan. Di hadapannya sudah ada Abraham yang siap mengantarkan putrinya untuk membina rumah tangga.  Mempelai wanita akan dihadirkan sesudah akad.

"Mas Sultan Izul Al-Fath, sudah mengenal Mbak Nadia Aulina berapa lama?" tanya penghulu yang memiliki paras tampan tapi masih kalah dengan mempelai pria hari ini.

"Sejak dua belas tahun lalu, Pak," jawab Fath.

Penghulu itu terlihat sedikit kaget.

"Jangan kaget, Pak," kata Fath membuat para tamu tergelak termasuk penghulu tadi.

Penghulu tadi melihat buku nikah. "Saya lihat-lihat disini scorpio sama leo. Kayaknya nggak cocok," katanya. "Bagaimana ini para saksi, scorpio sama leo?"

"Nggak cocok sebenarnya," jawab seorang saksi yang duduk di ujung meja.

"Bagaimana? Mau dilanjutkan?" tanya penghulu kepada Fath.

"Nggak apa-apa, Pak. Sambil berobat jalan," jawab Fath membuat para tamu yang hadir semakin tergelak puas.

Penghulu tadi tertawa. "Berobat jalan," ujarnya menjeda ucapan. "Pada intinya itu pernikahan adalah ibadah. Harus diawali dengan niat."

Fath mengangguk mendengar ucapan penghulu tadi.

"Setelah menikah, mau jadi suami yang sabar atau pemarah?" tanya penghulu.

"Sabar, Pak," jawab Fath.

"Pelit atau dermawan?"

"Dermawan, Pak."

"Sanggup?"

"Sanggup, Pak!" jawab Fath lugas.

"Mas kawinnya tadi seratus dua puluh berapa?" tanya Pak penghulu.

"Seratus dua puluh dua juta dua ratus ribu dua puluh rupiah," jawab Fath.

"Mana uangnya? Ada yang asli?" kata penghulu.

"Pakai sopipay, Pak," jawab Fath membuat para tamu lagi-lagi tergelak. Sebenarnya Fath berusaha mengurangi rasa gugupnya.

"Sepertinya Mbak Nadia nanti akan awet muda. Suaminya suka ngelawak," ucap penghulu.

Penghulu tadi memberi instruksi untuk Fath dan Abraham berjabat tangan. Abraham terkekeh kecil merasakan telapak tangan Fath yang begitu dingin dan berkeringat.

"Kamu nggak akan pingsan 'kan, Fath?" tanya Abraham yang jelas di dengar oleh para tamu yang hadir membuat mereka terkekeh.

"Siap, nggak, Pa!" jawab Fath spontan membuat para tamu makin geli.

"Rileks, Fath. Papa nggak akan suruh kamu lari keliling lapangan," kata Abraham.

"Sepertinya mertua dan calon menantunya sefrekuensi," ucap penghulu tadi membuat Abraham dan Fath tertawa. "Ayo dimulai. Nggak kasihan sama Mbak Nadia yang sudah nunggu dari tadi?"

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang