Part 25

781 35 0
                                    

Sebenarnya untuk menulis part ini lumayan lama dan butuh waktu untuk searching dari berbagai sumber. Jadi, kalau ada salah kata dalam penulisan atau ada yang kurang dalam proses acara silahkan kalian koreksi lagi. Kita sama-sama belajar dan saling memberi kritik yang bersifat membangun.

Tekan bintangnya, Kack!

Happy Reading!

🌻🌻🌻

Upacara tradisi pedang pora akan dilakukan beberapa menit lagi. Para tamu sudah berada di posisi masing-masing. Nampaknya mereka tampak antusias dengan acara resepsi yang tidak semua perempuan bisa merasakannya. Banyak dari mereka yang mengabadikan momen kali ini melalui kamera ponsel.

Nadia sendiri tengah gugup saat ini. Perempuan yang resmi menyandang status sebagai Nyonya Sultan Izul Al-Fath itu takut membuat kesalahan nantinya. Pikirannya mulai dipenuhi hal-hal negatif. Bahkan Nadia sampai membayangkan jika dia salah pijak atau menginjak gaunnya sendiri terus jatuh dihadapan banyak orang.

Nadia sendiri tampil dengan gaun panjang berwarna gold dengan ekor gaun yang tidak terlalu panjang dan dipadukan dengan hijab yang senada dengan gaunnya membuat kecantikan Nadia terpancar berkali-kali lipat. Sementara Fath memakai baju PDU yang membuatnya semakin gagah dan tampan. 

"Jangan gugup," ucap Fath pada Nadia sedikit berbisik.

"Aku tiba-tiba merasa takut. Belum lagi aku takut kalau nggak sengaja menginjak pakaianku sendiri," keluh Nadia.

Fath tersenyum lembut menatap istrinya. "Nggak perlu takut. Kamu cukup percaya sama aku. Ikuti langkahku. Jangan tundukkan kepalamu, takut mahkotamu jatuh dan para tamu nanti nggak bisa lihat seberapa cantiknya istriku."

Nadia bersemu mendengar ucapan Fath. Nadia merutuk dalam hati, Fath sebenarnya tengah menenangkannya atau menggombalinya.

Pihak WO memberi tanda bahwa prosesi pedang pora sudah siap dilakukan.

Sekali lagi, Fath menatap Nadia dengan senyuman yang begitu menenangkan hati Nadia. "Pegang erat lenganku," katanya.

Nadia mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian menggandeng lengan Fath disertai dengan senyuman yang sangat menawan di wajahnya.

Suara hentakan sepatu pasukan upacara tradisi pedang pora menggema memasuki ruangan. Pasukan yang terdiri dari tiga belas orang termasuk dengan komandan upacara. Mereka berdiri berhadap-hadapan dengan komandan upacara yang akan memimpin jalannya prosesi pedang pora bagi pasangan pengantin.

"Hadirin yang kami muliakan. Pada sore yang berbahagia ini kami semua turut berbangga hati dapat mengantarkan kedua mempelai dapat menggapai mahligai yang abadi dengan upacara tradisi yang menjadi kebanggaan serta wujud penghormatan kami pada kedua mempelai yang dinamakan pedang pora," ucap seorang protokoler acara perempuan dari kepolisian juga. "Pedang pora merupakan suatu acara tradisi yang biasa dilakukan oleh para leluhur kita dalam rangka memberikan doa restu bagi ksatria yang akan berangkat ke medan tugas. Demikian halnya dalam upacara tradisi pedang pora pada sore hari ini mengandung makna pemberian doa restu, keihklaskan, dan kebahagiaan kami menghantar rekan kami guna mengarungi mahligai abadi.

"Dengan terhunusnya pedang yang akan dilalui oleh kedua mempelai, menunjukkan kesiapan perwira serta bhayangkarinya dalam menghadapi tugas-tugas suci yang diberikan negara kepadanya. Sementara itu, pengalungan bunga, penyerahan buket bunga, dan penyerahan baju bhayangkari oleh pejabat atau senior kami kepada kedua mempelai melambangkan keagungan nilai-nilai luhur dan suci ketauladanan yang diwariskan dari yang tua kepada yang muda agar mampu melanjutkan semangat juang sebagai bhayangkari sejati maupun sebagai warga negara.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang