Tinggalkan jejak kalian!
Selamat membaca💋
🌻🌻🌻
Hubungan Danes dan Luna terus berlanjut. Seperti biasa, Danes mengantar Luna pulang ke rumah perempuan itu pukul sepuluh malam. Tidak sampai depan rumah, melainkan hanya sampai beberapa meter dari rumah Luna. Mereka berdua tadi telah mengabiskan waktu di rumah Danes. Apalagi kalau bukan berbuat hal yang menjerumuskan mereka pada dosa besar.
Jawaban Luna selalu sama saat ditanya kenapa pulang malam. Mengerjakan tugas. Dan orang rumahnya mempercayai ucapan Luna. Ralat, tidak semua. Hanya Fath yang menaruh perasaan curiga terhadap kakaknya.
Hal yang tidak diinginkan pun terjadi. Siang itu, Luna tidak ada jadwal kuliah. Perempuan itu sudah telat datang bulan selama dua minggu. Dengan perasaan campur aduk, Luna memeriksa apakah dirinya mengandung atau tidak dengan testpack yang beberapa hari lalu dia beli di apotek.
Luna terdiam saat mengetahui ada nyawa di dalam perutnya. Tangannya bergerak meraba perutnya yang masih datar. Luna terharu karena sebentar lagi akan menjadi seorang ibu dan segera menikah dengan Danes. Banyangan keluarga kecil dan bahagia bersama Danes nanti sudah tersusun rapi dalam pikiran Luna.
Segera, Luna meraih ponsel dan mengajak Danes bertemu untuk memberitahu hal baik ini. Danes mengiyakan ajakan Luna untuk bertemu di cafe sore hari.
Saat ini, Danes dan Luna sedang duduk berhadapan. Luna sedari tadi tidak melunturkan senyum sama sekali membuat Danes juga ikut tersenyum. Suasana cafe sore itu lumayan sepi.
"Kelihatannya kamu lagi bahagia," kata Danes.
"Banget," jawab Luna.
"Apa yang buat kamu sebahagia ini?" tanya Danes penasaran.
Luna mengambil testpack dari dalam sling bag dan meletakkannya di atas meja.
"Aku hamil," kata Luna.
Danes tertegun sesaat lalu menatap benda kecil panjang itu. Danes merubah ekspresinya menjadi serius.
"Kamu bercanda 'kan?" tanya Danes.
Luna menggeleng. "Untuk apa aku berbohong hal sepenting ini?" kata Luna. "Aku hamil anak kamu."
Danes menatap Luna datar sedangkan Luna sudah merubah ekspresinya yang tadinya bahagia kini berubah menjadi kecewa.
"Kamu harus nikahin aku," ujar Luna. "Kita bisa bersama selamanya dan membangun keluarga kecil kita yang bahagia. Papa dan Mamaku pasti kasih res-"
"Gugurin," kata Danes membuat napas Luna tercekat.
"Ka-kamu bercanda?" tanya Luna terbata.
"Aku serius. Aku belum siap jadi ayah," jawab Danes.
Luna menatap Danes dengan kedua mata yang sudah berembun. "Tapi dari awal kita punya tujuan buat dapatkan restu orang tuaku setelah aku hamil."
"Kita? Kamu lupa kalau aku nggak pernah bilang setuju mengenai itu," balas Danes. "Dari awal kamu yang berambisi untuk hamil. Dan aku hanya melakukan apa yang kamu minta."
Air mata Luna sudah merembes keluar dari tempatnya. Hatinya sakit mendengar perkataan Danes padanya.
"Kalau kamu nggak setuju, kenapa kamu nggak bilang dan terus melakukan 'itu' sampai sekarang aku hamil," ujar Luna.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Storie d'amore[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasik yang menceritakan kehidupan Nadia Aulina yang merupakan seorang guru Bahasa Indonesia yang mengaja...