Part 13

745 34 0
                                    

Tinggalkan jejak kalian!

Selamat membaca💋

🌻🌻🌻

Flashback On

Hari itu, Fath melihat kakak perempuannya yang bernama Luna Andita tengah berbahagia memandangi cicin yang tersemat dijari manis perempuan itu. Pintu kamar Luna dibiarkan setengah terbuka. Fath yang tak sengaja lewat pun memutuskan untuk menghampiri kakaknya. Fath yang saat itu masih bersekolah di sekolah menengah pertama pun turut senang melihat kakaknya senang.

"Cincin dari siapa, kak?" tanya Fath yang sekarang sudah duduk di sebelah Luna.

Luna menoleh pada Fath dengan kedua pipinya yang memerah karena malu. "Dari pacar kakak," jawabnya.

Fath mengernyitkan dahinya. "Kakak punya pacar?" tanyanya.

Luna mengangguk. "Kita sudah jalan dua tahun."

"Mama sama Papa tau?" tanya Fath.

Luna menggeleng. "Mereka nggak tau."

Fath menghela napasnya. "Terus cincin itu untuk apa?"

Luna menerawang jauh ke depan. "Namanya Danes. Danes Daneswara. Kakak kenal dia karena kita satu sekolah waktu SMA. Dua tahun yang lalu, dia ngajak kakak pacaran. Karena kakak juga menyimpan rasa sama dia, akhirnya kakak menerimanya," jelasnya. "Tiga hari yang lalu tepat anniversary kita yang dua tahun. Danes melamar kakak-"

"APA!?" potong Fath. "Yang benar saja! Kakak masih sangat muda. Kenapa harus menikah sekarang."

Luna menatap adiknya. "Nggak sekarang, Fath. Tapi nanti. Danes cuma nggak mau kakak berpaling dari dia. Makanya dia lamar kakak."

"Kakak terima lamaran dia?" tanya Fath.

Luna mengangguk sambil tersenyum menatap adiknya. "Iya," jawabnya memperlihatkan cincinnya pada Fath.

"Tanya sama orang tua lebih dulu sebelum ambil keputusan, Kak," kata Fath. "Biar bagaimanapun, kakak masih anak Papa sama Mama," imbuhnya.

"Kakak sudah dewasa, Fath! Kakak bisa putusin hidup kakak sendiri!" balas Luna.

Fath menatap Luna tak percaya. "Kakak masih punya orang tua. Restu Papa sama Mama yang paling utama, kak," jelas Fath. "Siapa nama laki-laki itu? Danes? Jika dia memang serius sama kakak, harusnya yang pertama dia temui sebelum melamar kakak adalah Papa sama Mama. Bukan malah seenaknya main ngajak anak orang nikah."

"Panggil Kak Danes, Fath. Dia lebih tua dari kamu," tegur Luna.

"Terserah!" balas Fath. "Intinya, Papa sama Mama harus tau hal ini," katanya.

"Danes belum siap menemui Papa sama Mama, Fath," ujar Luna.

Fath tersenyum miring. "Harusnya kalau dia belum siap nggak usah lamar kakak. Danes menunjukkan kalau dia bukan laki-laki sejati," katanya.

"Kita saling mencintai, Fath! Dan Danes adalah laki-laki sejati," balas Luna menatap marah adiknya.

Fath berdiri dari duduknya. "Masalah ini, kakak yang bilang ke Papa sama Mama atau aku yang bilang sama mereka?"

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang