Klik bintangnya, Kakak
Happy Reading!
🌻🌻🌻
Menikah dengan seorang abdi negara tak semudah yang Nadia bayangkan. Mulai dari mengurus berkas-berkas kesana kemari, cek kesehatan, tes psikolog, dan tes wawancara sudah Nadia lewati. Hampir saja Nadia menangis hari itu karena cukup lelah. Bukan hanya lelah fisik tapi juga hati. Untung saja ada Fath yang senantiasa berada disisinya dan menguatkannya.
"Sedikit lagi, Nad. Pernikahan yang kita impikan sudah ada di depan mata. Kita berjuang sama-sama, ya?" ucapan Fath waktu itu sangat membekas dibenak Nadia membuat semangat Nadia seketika kembali.
Satu hal baru lagi yang Nadia baru tahu. Ternyata, ayahnya Fath adalah salah satu petinggi di kepolisian dengan jabatan brigjen. Bahkan, Nadia sempat menahan nafasnya saat mengetahui hal itu. Fath hanya bisa terkekeh saat melihat ekspresi kaget Nadia saat itu. Kemana saja dirinya selama ini tidak mengetahui hal tersebut. Dasar Nadia!
"Semangat, Nad. Tinggal sidang nikah setelah itu selesai," kata Nadia menyemangati dirinya sendiri.
Gadis itu tengah merapikan penampilannya yang mengenakan setelan kebaya yang membuat Nadia terlihat lebih anggun dari biasanya. Dirinya tinggal menunggu Fath untuk menjemputnya.
Berbicara soal pernikahan, Fath dan Nadia cuma kebagian fitting baju pengantin saja. Sisanya diurus oleh ibu-ibu rempong yang tidak sabar menjadi besan. Siapa lagi kalau bukan Sunny dan Regina. Yang menikah adalah Fath dan Nadia tapi yang bersemangat adalah Sunny dan Regina. Kalau kata Papa Abizar, "kedua calon mempelai harap maklum. Ini pernikahan pertama bagi kedua keluarga. Jadi, kalian yang sabar saja menghadapi kerempongan mereka."
Nadia menoleh ke arah pintu kamar mandi kamarnya yang terbuka menampilkan seorang gadis yang memakai gamis berwarna putih dengan gambar buah cherry kecil-kecil dan kerudung berwarna mocca tengah berjalan malas ke arah ranjang Nadia dan menghempaskan tubuhnya disana.
"Gue pulang ya, Nad?" kata gadis itu yang tak lain adalah Fauzia dengan matanya yang terpejam.
Nadia sendirian di rumah hari ini. Mamanya ada janji dengan teman-teman arisan, Papanya bekerja, dan Adam tengah di sekolah. Hari ini Nadia izin tidak mengajar karena ada keperluan. Soal Fauzia, gadis itu dipaksa oleh Nadia untuk menemaninya nanti. Jelas Fauzia menolak awalnya. Selain malas berpergian, gadis itu kemarin baru saja ujian. Kalau saja Nadia tidak datang ke rumahnya dan memaksa Mamanya, Lisa, agar mau menemani Nadia. Alasan lain, karena Fauzia tidak mau jadi nyamuk antara Nadia dan Fath.
"Gue aduin lo sama Tante Lisa kalau pulang," ancam Nadia.
Fauzia berdecak pelan. "Sukanya loh ngancam terus," kesalnya membuat Nadia tertawa. "Kenapa lo nggak ajak Putri, Citra, Elisa, atau Nia?"
"Putri sibuk sama skripsinya. Citra kerja kalau lo lupa. Elisa hamil sebentar lagi lahiran, Nia lagi sibuk-sibuknya jadi ibu, gue nggak mau digorok sama Kak Athala sama Ethan karena ajak istri mereka keluyuran," jawab Nadia.
"Gue ngantuk, Nad. Satu minggu belakangan gue cuma tidur empat jam sehari buat persiapan ujian kemarin. Harusnya hari ini gue bisa tidur seharian di rumah," ucap Fauzia dengan mata terpejam.
"Terakhir, Zi, habis itu gue nggak ajak lo lagi," kata Nadia.
"Yaiya! Lo mau sidang berapa kali memangnya!?" galak Fauzia membuat Nadia tertawa keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasik yang menceritakan kehidupan Nadia Aulina yang merupakan seorang guru Bahasa Indonesia yang mengaja...