Part 37

409 25 1
                                    

FOLLOW DULU YUK!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!

TANDAI TYPO!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

🌻🌻🌻

"Sudah sejak kapak kamu bertemu dengan pria itu?" tanya Fath dengan tatapan tajam menghunus Bia.

Setelah kepulangan keluarga Ethan, Fath langsung menyidang Bia. Ditatapnya gadis remaja yang sedang menundukkan kepalanya dalam-dalam di seberangnya. Nadia duduk di sampingnya untuk menenangkan agar Fath tidak terpancing emosi.

"Kamu bisu, Bi?" kata Fath.

"Mas," tegur Nadia. Fath berkata terlalu frontal pada Bia.

"Jawab, Bi!" tegas Fath.

"Se-sejak habis selesai semesteran," jawab Bia.

"Sudah lama ternyata dan Papi baru tau tadi sore. Hebat banget kamu, Bi, sembunyiin hal sebesar ini dari Papi dan Mami," ucap Fath.

"Bia nggak bermaksud nyembunyiin ini semua dari Papi," bantah Bia memberanikan diri menatap Fath.

"Kalau Papi nggak memergoki kamu tadi sore, pasti sampai sekarang masih nggak jujur sama Papi dan Mami," balas Fath. "Jangan temui pria itu lagi!" tegas Fath.

Bia menatap Fath tidak terima. "Nggak mau, Pi. Ayah sayang sama Bia."

Fath terkekeh remeh. "Sayang kamu bilang? Kalau sayang sama kamu, harusnya dulu dia nggak menolak kehadiran kamu. Kalau dia sayang sama kamu harusnya dulu dia bertanggung jawab saat Ibumu mengandung. Kalau dia sayang sama kamu harusnya Ibumu masih ada di sini sampai saat ini."

Kedua mata Fath berembun saat mengucapkan kalimatnya. Fath teringat bagaimana penolakan Danes saat Luna memberitahu tentang kehamilannya. Kepalanya terputar memori saat Luna berusaha untuk tetap tegar saat kondisinya sendiri tengah lemah untuk mempertahankan kandungannya. Semua ingatan itu bagaikan film yang terputar cepat. Fath tidak pernah memaafkan Danes karena membuat kakaknya menderita.

"Ayah sudah berubah, Papi. Ayah tidak lagi seperti dulu," ucap Bia.

"Bagi Papi, pria itu tetap sama," kata Fath. "Keputusan Papi tetap bulat. Jangan menemui pria itu. Kalau sampai kamu berani menemuinya, Papi akan kirim kamu ke asrama."

"Nggak bisa begitu! Bia nggak mau sekolah asrama!" bantah Bia berdiri dari duduknya.

"Makanya, turuti kata-kata Papi," ujar Fath hendak melangkah menuju kamar karena lelah dengan masalah ini.

"Bia sayang sama Ayah, Pi. Bia mohon, jangan seperti ini," kata Bia.

"Lihatlah, baru beberapa kali bertemu dengan pria itu, sikap kamu jadi berani membantah orang tua," ujar Fath kembali menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Bia.

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang