Part 33

483 38 0
                                    

Makasih ya buat kalian yang sudah membaca dan kasih vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih ya buat kalian yang sudah membaca dan kasih vote

Makasih juga buat pembaca goib yang hobinya baca doang tapi nggak kasih vote

Di part ini Aku minta 30+ vote. Bisa 'kan?

Nggak banyak kok. Masih banyak yang baca daripada yang vote

Kalau bisa di part sebelum-sebelumnya juga sama. Jadi, yang merasa belum vote part sebelum-sebelumnya, bisa mundur dulu

Happy Reading!

🌻🌻🌻

"Mami istirahat saja. Biar Bia yang cuci piringnya," kata Bia membawa piring bekas makan malam mereka ke wastafle.

"Mami bisa, Bi. Kamu belajar saja, besok masih semesteran," ucap Nadia dengan perut yang sudah membuncit. Usia kandungannya sudah menginjak delapan bulan.

"No! Nanti Mami kecapekan. Papi 'kan bilang sama Bia harus jaga Mami. Mami tadi sudah masak, sekarang giliran Bia yang cuci piringnya," balas Bia.

Hampir lima bulan ini Fath ditugaskan di luar kota untuk menjalankan misi. Berat sebenarnya bagi Nadia untuk berjauhan dengan suaminya apalagi tengah mengandung. Tapi mau bagaimana lagi? Fath tidak hanya miliknya, tapi juga milik negara. Fath akan pulang tiga hari lagi. Itupun kalau tidak ada kendala.

Setiap hari, Nadia selalu mendoakan keselamatan Fath saat bertugas. Karena tidak ada yang lebih penting selain Fath kembali dalam keadaan masih sehat dan bernyawa. Setiap malam kalau tidak ada kendala sinyal, mereka akan melakukan saling bertukar kabar melaui panggilan telepon.

Kesibukan Nadia setelah resign dari sekolah adalah fokus pada kegiatan mengurus rumah tangga dan bisnisnya yang semakin hari menunjukkan peningkatan penjualan. Nadia bersyukur akan hal itu.

"Papi kapan pulang, sih, Mi?" tanya Bia saat ini sudah bergabung dengan Nadia di sofa sambil menonton televisi yang menyiarkan sinetron.

"Tiga hari lagi," jawab Nadia.

"Serius? Nanti ditunda lagi," kata Bia.

Sebenarnya dua bulan lalu Fath sudah berada di rumah dan berkumpul bersama mereka. Namun, karena satu hal lain, masa tugas Fath diperpanjang.

"Papi nggak kasihan sama Mami apa? Mami lagi hamil besar kok ditinggal-tinggal. Heran," gerutu Bia.

Nadia mengulum senyum mendengar gerutuan Bia. Sepertinya Bia butuh penjelasan. "Papi di sana bukan lagi main, Sayang. Tapi lagi menjalankan tugas. Kalau Mami ditinggal tugas sama Papi dalam kondisi hamil, Mami nggak bisa protes. Biar bagaimanapun, Papi itu aparat negara, sudah kewajiban Papi untuk mengamankan negara."

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang