Hai!
Ada yang kangen nggak nih?🤭
Vote dan komen masih tetap berlaku ya!😂
Happy Reading!
🌻🌻🌻
Nadia menatap ke arah jendela yang menghubungkan ke arah halaman belakang rumah dengan pandangan kosong. Hati Nadia masih diselimuti rasa sedih akan kehilangan Bia. Meski tidak lahir dari rahimnya sendiri, Nadia begitu menyayangi Bia dan menganggap Bia anaknya sendiri.
Sejak masuk kamar tamu seusai berdebat dengan Fauzia tadi, Nadia memilih menenangkan dirinya di kamar ini.
"Mami rindu kamu, Bia." Nadia berucap lirih dengan air mata yang kembali menetes.
Belum sehari Bia pergi untuk selama-lamanya, rasa rindu tertanam begitu besar dalam hati Nadia.
Mana ada ibu di dunia ini yang sanggup kehilangan anak untuk selama-lamanya. Begitu juga dengan Nadia, rasanya baru kemarin dia memeluk Bia erat sebelum tidur. Namun sekarang, Bia tidak bisa dia peluk lagi.
Nadia begitu kehilangan. Kedua mata Nadia lelah karena menangis. Tetapi rasanya air mata tidak mau juga berhenti mengalir.
Fath membuka pintu kamar tersebut perlahan dan mendapati punggung Nadia yang bergetar dengan suara isakan yang pilu. Fath menghela napasnya pelan sebelum akhirnya beranjak mendekati Nadia.
"Sayang." Fath mendudukkan dirinya di samping Nadia.
"Aku rindu Bia, Mas," ungkap Nadia dengan terisak.
Fath memeluk Nadia. Fath yang sedari tadi terlihat tegar pun kini ikut menangis. Pertahanan Fath runtuh. Fath juga merasa kehilangan Bia sama seperti Nadia. Bahkan, sangat-sangat kehilangan.
Keduanya menangis bersama seraya berpelukan untuk saling menguatkan.
"Mas yang pertama kali gendong Bia saat lahir. Hari ini, Mas juga yang mengantarkan dia ke tempat peristirahatan terakhirnya. Mas sendiri tadi yang mengazaninya sama persis saat Bia baru lahir. Dengan kedua tanganku juga Mas mengubur Bia, Sayang."
Fath dan Nadia semakin terisak dan mengeratkan pelukan mereka. Mereka menangis karena kehilangan orang yang sama.
Fath memutar memori kebersamaannya dengan Bia selama ini. Mulai dari Bia lahir, merangkak, pertama kali berjalan dan berbicara, hingga Bia beranjak remaja. Semuanya indah untuk dikenang dalam ingatan. Tetapi tidak bisa diulang.
"Mas sedih saat lihat Bia kecil terluka, hati Mas sakit saat lihat Bia kecil sakit, Mas marah saat lihat Bia kecil menangis karen orang lain. Tapi hari ini, Mas hancur, Sayang. Mas hancur saat Bia pergi untuk selama-lamanya," kata Fath dengan air mata yang bercucuran.
Kehilangan seorang anak membuat mereka begitu rapuh. Keduanya saling berbagi kesedihan mereka.
Fath dan Nadia terus menangis dan saling memeluk untuk beberapa saat. Mereka saat ini adalah sepasang insan yang rapuh dan siap runtuh kapan saja.
Setelah beberapa saat, tangis mereka pun akhirnya mereda. Nadia mengurai pelukannya dan membingkai kedua sisi wajah Fath dengan tangannya. Dengan ibu jarinya, Nadia mengusap sisa air mata yang berada di kedua pipi Fath.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] [Baca Cerita Seven Of Us Biar Nggak Bingung] "Mama mau jadi Maminya Bia?" "Hah!?" ___ _ ___ Kisah ini hanya kisah klasik yang menceritakan kehidupan Nadia Aulina yang merupakan seorang guru Bahasa Indonesia yang mengaja...