Part 4

1K 56 0
                                    

Selamat Membaca💋

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!!!
SHARE JUGA KE TEMAN-TEMAN KALIAN!!!

🌻🌻🌻

Siang hari yang terik, matahari berada tepat diatas kepala. Lalu lalang kendaraan bermotor di jalan raya membuat suasana siang ini terasa semakin begitu padat. Ada beberapa motor yang nekat putar arah dan melawan arus untuk menghindari operasi kendaraan bermotor di dekat pertigaan.

Nadia, gadis cantik itu dengan santai mengendarai motornya seraya membuka kaca helm agar angin sepoi-sepoi menerpa wajah cantiknya. Gadis itu tak merasa takut dengan operasi kendaraan di depan sana karena dia yakin jika dia tidak membuat kesalahan, dia tidak akan ditilang.

Nadia tiba-tiba menarik kedua rem motornya karena ada seorang polisi mennghentikannya.

"Kenapa, Pak?" tanya Nadia heran.

Polisi laki-laki itu tersenyum ramah melihat kebingungan Nadia. "Silahkan menepi dulu, Mbak."

"Tapi saya enggak bikin salah tuh!" sahut Nadia cepat.

"Saya mau memeriksa surat-surat kendaraan Anda," jawab polisi laki-laki yang bernama Septian itu.

Nadia menurut. Gadis itu akhirnya mengikuti polisi tadi untuk menepikan motornya.

"STNK mana?" tanya Septian.

"Sebentar," jawab Nadia seraya merogoh tas selempang miliknya untuk mencari dompet.

Sekitar dua menit Nadia mencari dompet di tasnya namun nihil. Nadia tidak menemukannya.

"Mati gue!" rutuk Nadia dalam hati.

"Mbak?" panggil Septian.

Nadia menatap Septian dengan tersenyum manis. Sejenak Septian tertegun dengan senyuman itu.

"Begini, Pak. Saya lupa bawa dompet saya. STNK sama SIM saya ada di dompet saya yang ketinggalan," jelas Nadia.

Septian menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan Nadia.

"Jadi, saya enggak ditilang 'kan?" tanya Nadia memelas.

"Tetap ditiliang," jawab Septian membuat bahu Nadia merosot.

"Enggak bisa begitu dong, Pak! Saya 'kan lupa bawa dompet. Salah dan lupa 'kan sifat yang sudah melekat pada diri manusia. Saya juga manusia yang tidak luput dari kedua sifat tadi, Pak!" protes Nadia.

"Maaf, Mbak. Tapi kami harus menjalankan tugas. Mbak tetap saya tilang," kata Septian yang kini sudah mengeluarkan surat tilang dan bulpoin.

"Pak? Jangan ya? Sekali saja," rengek Nadia. "Ini motor Mama saya, Pak. Biasa digunakan buat ke pasar. Bapak mau besok keluarga saya enggak bisa makan karena Mama saya enggak bisa ke pasar?"

"Banyak alternatif lain yang bisa digunakan untuk ke pasar, Mbak. Ojek online misalnya," jawab Septian santai.

"Pak? Jangan ya?" tanya Nadia yang hampir menangis. "Atau enggak begini saja deh! Saya balik pulang terus kesini lagi buat tunjukin STNK sama SIM saya ke bapak."

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang