"Bangun Vi, udah jam istirahat," Dini mencoba untuk membangunkan Vio yang masih tertidur pulas."Hm," Vio membuka matanya perlahan menatap Dini.
"Sella mana?" tanya Vio menaikkan kedua alisnya.
"Udah ke kantin duluan bareng Galen. Kita disuruh nyusul, katanya mau ditraktir," ucap Dini menjelaskan.
"Yuk buruan," Dini menggandeng tangan Vio, kemudian menariknya menuju ke kantin.
Sesampainya di pintu kantin, Vio melihat Galen dan Sella yang tengah tertawa lepas bersama. Mereka nampak sangat bahagia, hal itu membuat hati Vio semakin sakit, namun ia menyembunyikan dengan wajah datarnya.
Disana juga sudah ada Fahri dan Justin, kedua sahabat Galen. Dina terus menarik Vio sampai ke meja yang Sella tempati, kemudian Dina dan Vio mendudukkan diri mereka dibangku yang kosong.
Posisi Galen bersebelahan dengan Sella dan juga Justin. Sedangkan Vio, berhadapan langsung dengan Galen, dengan Dina yang berada disebelah kanannya, dan juga Fahri disebelah kirinya.
"Lama amat datengnya, gue udah keburu laper nungguin kalian," ucap Justin.
"Ya maaf, gue kan harus bangunin kebo dulu, mana tidurnya udah kek bangkai lagi," sahut Dina yang dibalas tatapan tajam oleh Vio.
"Eh, gue bercanda Zy. Natapnya jangan gitu dong, serem tau," ujar Dina cengengesan.
"Yaudah gih, dimakan makanannya. Kita udah pesenin kalian loh," ucap Sella menengahi.
"Kalo mau nambah pesen aja, nanti gue yang bayarin," timpal Galen.
"Siap bro," jawab Fahri dan Justin secara bersamaan.
Mereka yang berada disana mulai memakan makanan yang sudah Sella dan Galen pesan, berbeda dengan Vio yang hanya menatap datar makanannya.
"Lo gak makan Vi?" tanya Dini, yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Vio.
"Oh ya Vi, lo kan alergi sama udang. Maaf ya Vi gue lupa. Biar gue pesenin lagi aja ya," ucap Sella
"Biar aku aja yang pesenin, kamu disini aja," ucap Galen kepada Sella.
"Gue gak laper," ucap Vio angkat suara kemudian beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan mereka.
"Eh, mau kemana Vi? Jangan bolos lagi lo," ucap Dini setengah berteriak, namun tidak mendapatkan sahutan dari Vio.
"Dia marah?" tanya Galen setelah kepergian Vio.
"Eh, enggak kok. Vio emang orangnya kayak gitu, maaf ya," lirih Sella.
"Kalian jangan kaget ya, dia emang udah biasa kek gitu. Gue aja udah biasa dicuekin," timpal Dini.
"Ternyata dia lebih serem, daripada yang orang bicarain," celetuk Justin.
"Auranya dingin banget lagi," timpal Fahri.
"Kalian kok betah si temenan sama dia?" tanya Justin seraya memakan makannya.
"Dia itu gak seperti yang kalian lihat," sahut Sella.
"Ho-oh, Vio itu aslinya baik banget, dia selalu jagain kita, yah meskipun sikapnya dingin dan cuek," ujar Dini seraya tersenyum lebar.
----------------------
Saat ini Vio sudah berada di rooftop sekolah. Hanya tempat ini yang bisa membuat dirinya lebih tenang, meskipun hanya sebentar.
Seperti biasa, ia berdiri di pembatas rooftop, menikmati angin yang berhembus menerpa wajahnya. Meskipun hatinya sakit, setidaknya ia bisa melihat sahabatnya bahagia.
"Kapan gue bisa dapetin kebahagiaan gue?" batin Vio.
"Woy! Kalo mau bunuh diri jangan disini," teriak seorang cowok dari arah belakang Vio.
Vio membalikkan badannya, menatap siapa yang sudah berteriak padanya. Disana terlihat seorang cowok, dengan tampilan badboy yang sedang duduk di sofa usang yang berada di rooftop dan ditangannya ada sebatang rokok yang masih menyala.
Vio bingung, karena sebelumnya ia belum pernah melihat cowok itu. Pribadinya yang dingin dan cuek membuatnya tidak terlalu memperhatikan sekitar. bahkan ia tidak tau jika di rooftop sudah ada orang selain dirinya.
Bahkan saat di kelas, Vio tidak pernah bicara pada orang lain selain kedua sahabatnya, kecuali saat ada yang bertanya duluan, ia akan menjawab seperlunya.
Vio yang melihat itu langsung menghampiri cowok tersebut, dan langsung mendudukkan dirinya disamping cowok itu.
"Mau sebat?" tanya cowok itu menyodorkan sebungkus rokok dan korek kearah Vio.
Vio langsung merebut bungkus rokok itu dan mengambil satu batang rokok, kemudian menyalakannya dengan pematik.
Vio terus menikmati rokoknya tanpa mengalihkan pandangannya kesamping. Bahkan ia tidak tahu kalau cowok yang ada disebelahnya masih terus menatap Vio.
"Kenalin, gue Viandra Leonard," ucap Vian seraya mengulurkan tangannya kearah Vio, namun ditepis kasar oleh Vio.
"Oh, oke kalo lo gak mau kenalan. Gue juga udah tau, nama lo Violetta Adara La Lubis kan?" tanya Vian yang hanya dibalas deheman oleh Vio.
"Lo sekolah disini?" tanya Vio angkat suara.
"Pftt, lo kira gue ngapain disini, kalo gue gak sekolah disini hah?" ujar Vian seraya terkekeh kecil.
"Gue gak pernah liat lo," balas Vio acuh.
"Lo buta mungkin," ejek Vian yang dibalas tatapan tajam oleh Vio.
"Hehe, sorry Ta," cicit Vian.
"Ternyata lo gak seburuk yang orang lain bilang," ujar Vian, sedangkan Vio hanya menyerngitkan alisnya bingung.
"Lo gak tau? Satu sekolah sering gosipin lo yang nggak-nggak," ucap Vian seraya menyesap rokoknya.
"Gue nggak peduli, selama mereka nggak ngusik hidup gue, gue gak masalah. Dan itu juga berlaku buat lo, Viandra Leonard!" Via langsung pergi setelah mengucapkan kalimat itu.
---------------
Saat sampai didepan kelas, Vio kembali melihat Sella dan Galen yang tengah duduk bersama dan bersenda gurau bersama.
Vio langsung menuju tempat duduknya, ia menatap kedua sejoli didepannya dengan tatapan sendu.
Sampai kapan ia harus menahan rasa sakit ini, mereka nampak sangat bahagia, terutama Sella. Ia belum pernah melihat Sella sebahagia ini.
Para Guru sedang mengadakan rapat, itulah sebabnya Galen bisa berduaan dengan Sella, karena memang tidak ada guru yang mengajar.
"Darimana Vi?" tanya Sella menatap Vio.
"Lo sakit Vi? Kok muka lo pucet si?" tanya Dina yang kini tengah duduk disamping Vio, karena tempat duduknya sedang diduduki oleh Galen.
"Eh lo kok bau rokok si? Lo abis ngrokok hah? Kan gue udah bilang, itu gak baik buat kesehatan lo Vi," ucap Dina panjang lebar sembari mengendus-endus tubuh Vio.
Seketika Sella dan Galen langsung mengalihkan pandangannya menatap Vio. Terlebih lagi Galen yang terkejut karena penuturan Dina.
"Vi, kenapa lo ngrokok lagi? Bukannya lo udah berhenti?" tanya Sella hati-hati.
"Ini di sekolah. Harusnya lo gak ngerokok di area sekolah," ucap Galen angkat suara.
"Plis Gal, jangan hukum Vio ya, kali ini aja," pinta Sella menggenggam tangan Galen dan hal itupun tak luput dari pandangan Vio.
"Kali ini lo selamat," ujar Galen menatap Vio.
"Gue capek! Please kalian jangan ganggu gue," lirih Vio kemudian menelungkupkan wajahnya pada lipatan kedua tangannya.
Tanpa aba-aba, air mata Vio keluar begitu saja. Sejak tadi pagi ia terus menahan agar tidak menangis, apalagi dihadapan orang lain.
Beruntung mereka mengira Vio sedang tidur, padahal gadis itu tidak tidur sama sekali. Hatinya benar-benar hancur karena terus saja mendengar obrolan mesra dua sejoli yang berada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLETTA (Triangle Love)
Teen Fiction'Kesalahan terbesarku adalah menyimpan rasa terhadap kekasih sahabatku sendiri'~Violetta Adara La Lubis Update setiap hari😊