Part 32

27K 1.5K 11
                                    

Galen dan kedua sahabatnya mencari Vio kemanapun, namun mereka tidak berhasil menemukan gadis itu sama sekali, bahkan hari sudah semakin sore dan sebentar lagi akan gelap.

"Thanks kalian udah mau bantuin gue, meskipun nggak ketemu Vio," ucap Galen kepada kedua sahabatnya.

"Santai aja kali Gal," sahut Justin.

"Btw, lo peduli banget sama Vio," timpal Fahri.

"Gue cuma kasihan aja sama dia," elak Galen.

"Jangan-jangan lo naksir sama Vio lagi," tuduh Justin.

"Inget Gal, lo udah punya pacar," tegur Fahri.

"Gue inget kali," sahut Galen kesal.

"Lo beneran suka sama Sella nggak sih?" tanya Justin penasaran.

"Gue nggak tahu,"

"Payah lo, masa sama perasaan sendiri, lo nggak tahu," ucap Fahri dengan nada mengejek.

"Dah lah, sono kalian pulang!" usir Galen.

"Udah dibantuin, malah ngusir," sindir Justin.

"Nah betul tuh, nggak dianterin pulang lagi, kan jahat!" sahut Fahri.

"Gue masih ada urusan, bye!" pamit Galen yang langsung melajukan mobilnya meninggalkan Justin dan Fahri ditengah jalan.

"Untung gue bawa duit," gumam Justin.

--------------------------

Setelah hari semakin gelap, Vio memutuskan untuk meninggalkan rumah pohon dan menyusuri jalan entah kemana tujuannya. Ia hanya menyusuri jalanan mengikuti kemana kakinya akan melangkah.

Sampai akhirnya kakinya berhenti melangkah dan ia mendudukkan dirinya pada bangku panjang yang berada di taman.

Taman itu nampak ramai diisi oleh para remaja yang hanya sekedar ngobrol atau berlalu lalang disana.

Vio bahkan tidak menghiraukan mereka sama sekali. Ia tetap menatap kosong kedepan.

"Vi," panggil seorang gadis kepada Vio.

"Vio," gadis itu memanggil nama Vio lagi, namun Vio masih diam.

"Vio!" teriak cowok disebelah gadis yang memanggil nama Vio.

Vio menatap siapa yang sudah memanggilnya dengan suara kencang, ia bahkan tidak menyadari kehadiran mereka sama sekali, sehingga ia sedikit terkejut kala melihat Citra dan Vian yang sudah ada disampingnya.

Vio hanya menatap datar mereka berdua seraya mengangkat satu alisnya seolah bertanya 'apa?'.

"Lo ngapain disini sendirian?" tanya Citra serius.

"Lo kenapa Vi?" tanya Vian.

"Gue nggak papa," bohong Vio.

"Lo ada masalah?" tanya Vian khawatir.

"Mereka nyakitin lo lagi?" tanya Vian lagi.

Vio hanya menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah yang masih datar.

"Mereka nyuruh gue buat jauhin lo,"ujar Vio apa adanya.

"Apa?" tanya Citra dan Vian serempak.

"Lo jangan pernah mau dengerin apa kata mereka. Gue janji akan selalu lindungi lo, kalau mereka macem-macem lagi, gue nggak akan biarin mereka hidup tenang,"

"Mereka memang orang tua kita, tapi kita punya hak untuk melawan jika mereka salah dan sekali-kali mereka harus dapet pelajaran atas apa yang mereka lakuin ke kita," sambung Vian.

"Sabar ya Vi, lo pasti bisa lewatin ini semua," ucap Citra seraya memeluk Vio agar bisa menenangkan gadis itu.

Pagi harinya Vio datang ke sekolah bersama dengan Vian dan juga Citra, karena semalam Vio memang menginap dirumah Citra.

Saat ini gadis itu juga memakai seragam Citra, karena ia tidak sempat untuk pulang kerumahnya, lebih tepatnya ia tidak ingin pulang terlebih dulu untuk menghindari keributan dirumah.

Sesampainya di parkiran sekolah, Vio turun dari mobil Vian diikuti olah Vian dan Citra.

"Baru dateng kalian?" tanya Daffa seraya menghampiri ketiga remaja tersebut.

"Yoi Bro," sahut Vian.

"Tadi gue kerumahnya lo Vi, tapi sepi kek nggak ada orang," ucap Daffa seraya menatap Daffa.

"Gue nginep di rumah Citra," sahut Vio apa adanya.

"Pantesan," ujar Daffa.

"Yaudah masuk yuk," ajak Vian seraya merangkul Citra.

"Kita duluan Daff, Vi," pamit Citra.

"Vi," panggil Daffa seraya menatap mata Vio.

"Kenapa Daff?" tanya Vio seraya menaikkan alisnya.

"Lo cantik," ujar Dafa yang membuat Vio semakin bingung.

"Aneh," gumam Vio yang masih bisa didengar oleh Daffa.

"Gue serius kali Vi, yaudah yuk masuk kelas," ajak Daffa.

Mereka berjalan  beriringan melewati koridor sekolah yang sudah ramai karena sebentar lagi bel akan berbunyi.

Banyak dari mereka yang berbisik-bisik mengenai Vio, juga mengatai Vio bercaman-macam. Mereka bahkan menatap Vio dengan tatapan yang berbeda-beda, kebanyakan dari mereka bahkan secara terang-terangan menatap sinis Vio.

Vio hanya menghembuskan nafasnya kasar seraya terus berjalan tanpa menghiraukan ucapan mereka. Tanpa Vio sadari kini tangan Daffa sudah menggenggam erat jemarinya.

Vio yang masih terkejut hanya menatap tangannya bingung, kemudian beralih menatap Daffa seraya terus berjalan.

"Lo bilang mau buka hati lo buat gue kan? Gue akan bantu wujudin itu dan gue akan buat lo lupain dia, agar lo bisa sepenuhnya mencintai gue," ucap Daffa.

Vio hanya tersenyum simpul seraya menatap Daffa, cowok itu bahkan membalas dengan senyuman yang sangat lebar.

Sesampainya didepan kelas, disana Vio menatap kearah Sella yang tengah duduk bersama dengan Galen seraya mengobrol.

Vio berusaha tidak memperdulikan Sella dan Galen yang kini juga tengah menatap kearah mereka.

Mereka mendudukkan tubuh mereka pada tempat duduknya, bahkan saat ini banyak pasang mata yang menatap kearah mereka karena mereka datang seraya bergandengan tangan.

"Kenapa mereka bisa gandengan tangan? Apa Vio udah nggak suka lagi sama gue?" batin Galen.

"Vio, lo dipanggil sama Kepsek suruh ke ruangannya," ucap salah satu gadis seraya menghampiri Vio.

"Kenapa?" tanya Vio singkat.

"Gue nggak tahu, tadi beliau cuma nyamperin itu ke gue," jawab gadis itu.

Vio segera menuju ke ruang Kepala Sekolah untuk menemui beliau. Sementara yang lain masih menatap kepergian Vio, termasuk Galen dan Sella.

"Itu Vio kenapa ya?" tanya Dina entah kepada siapa.

"Lo tahu Gal?" tanya Dina lagi.

"Gue nggak tahu," sahut Galen apa adanya, karena memang ia tidak tahu kenapa Vio bisa dipanggil oleh Kepala Sekolah.

"Buat apa kamu mikirin dia sih Din, pasti Vio itu dipanggil karena udah buat masalah, dia kan suka banget buat onar," ujar Sella yang membuat Dina hanya terdiam.

"Tapi gue khawatir sama Vio Sell," gumam Dina.

"Perhatian-perhatian!"

"Dimohon kepada seluruh anak-anak SMA Jaya untuk segera berkumpul di aula sekolah, terimakasih," ucap seseorang melalui speaker yang membuat seluruh murid segera berlalu menuju ke aula.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang