Part 34

27.1K 1.6K 14
                                    

"Vio, minta maaf sama orang tua kamu!" titah Pak Yohan dengan tegas, namun Vio hanya menatap datar mereka.

"Kenapa Vio harus minta maaf?" celetuk Vian yang membuat semua orang menatap kearah cowok itu.

"Vian, kembali ke tempat duduk kamu!" titah Pak Yohan menatap tajam Vian.

"Sudah jelas Vio itu salah, dia harus minta maaf sama kedua orang tuanya, dengan begitu masalah ini akan cepat selesai," sambung Pak Yohan.

"Saya pastikan hal itu tidak akan terjadi," ujar Vian seraya tersenyum miring.

"Maksud kamu apa Vian? Lebih baik kamu kembali ke tempat duduk kamu dan jangan ikut campur masalah ini," sahut Pak Yohan.

"Apa saya salah belain adik saya sendiri?" tanya Vian yang membuat Kia dan Fajar sedikit panik.

"Adik? Siapa yang kamu maksud? Bapak bahkan tidak mengerti apa yang kamu bilang," ujar Pak Yohan bingung.

"Violetta Adara La Lubis, dia adalah adik tiri saya," ucap Vian dengan lantang.

Hal itu mampu membuat semua orang terkejut bukan main, bahkan diantara mereka ada menganga tidak percaya dengan ucapan Vian.

"Adik tiri?" tanya Pak Yohan yang juga sama terkejutnya.

"Jangan main-main Vian! Bapak tidak suka bercanda. Kita ini sedang klarifikasi, kamu jangan buat masalah, apa orang tua kamu tidak mendidik kamu sampe kamu selalu buat masalah di sekokah?" sambung Pak Yohan yang memang sudah kesal, karena ia pikir omongan Vian hanya bercanda.

"Asal Bapak tahu, Ayah saya mendidik saya dengan benar, tapi sayangnya, Ibu saya membuang saya sejak saya masih bayi, saya beruntung masih mempunyai Ayah yang perhatian, tapi Vio? Dia bahkan selalu dicampakkan, dan dia selalu menderita karena mereka," ucap Vian seraya menatap tajam Fajar dan Lia.

"Kamu ini ngomong apa? Jangan sembarangan kalo ngomong!" tegur Fajar tidak terima.

"Jaga mulut kamu Vian, selama ini Vio yang selalu membangkang sama kita," timpal Lia.

"Apa anda pantas untuk disebut dengan sebutan 'Ibu'?" tanya Vian seraya tersenyum miring.

Vian berjalan menekan tombol play pada laptop yang sudah terhubung dengan papan proyektor.

Disana nampak Video yang sempat Vian rekam saat ia ke rumah Vio beberapa hari yang lalu.

Saat dimana Vio dipaksa untuk menandatangani surat pemindahan warisan, yang mengakibatkan Vio terluka karena ulah kedua orang tuanya.

Semua yang berada disana nampak terkejut melihat Video tersebut, bahkan dari mereka ada yang menutup mata mereka saat melihat adegan dimana Vio mendapat kekerasan fisik dari Fajar maupun Lia.

Vian tersenyum miring menatap wajah Fajar dan Lia yang sudah pucat, sementara Vio hanya menatap datar Video itu seraya tersenyum miris.

Karena sudah kesal, Fajar akhirnya bangkit dari duduknya diikuti oleh Lia, kemudian mencabut flashdisk yang menancap pada laptop, kemudian meninggalkan sekolah begitu saja diikuti oleh Lia.

"Gue udah peringatin kalian sebelumnya, jangan pernah macam-macam dengan Vio dan ini akibatnya," teriak Vian lantang, namun tak dihiraukan oleh Fajar dan Lia.

"Sialan!" umpat Fajar.

"Gimana ini mas, mereka udah tahu kalian kita," ucap Lia lirih.

"Kita ke luar negri sekarang," ucap Fajar yang langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Jadi, kalian beneran saudara tiri?" tanya Pak Yohan yang masih syok.

"Hm," sahut Vio hanya berdehem.

"Video itu?" tanya Pak Yohan bingung harus bagaimana.

"Saya tidak apa-apa," sahut Vio singkat.

"Itu beneran?"

"Jadi ternyata orang tuanya Vio yang jahat, bukan Vio,"

"Kok ada ya orang tua yang kek gitu sama anaknya,"

"Jadi miris lihatnya,"

"Dimana-mana Ibu tiri emang jahat,"

"Kasihan Vio ya,"

"Itu pasti gara-gara Vio,'

"Kok gue jadi bingung,"

"Jadi Vio itu adik tirinya Vian?"

"Pantes aja mereka deket, ternyata saudara tiri toh,"

Kira-kira begitulah celotehan siswa-siswi yang berada disana. Banyak yang bersimpati terhadap Vio, ada juga yang masih belum percaya pada gadis itu.

"What?"

"Mereka saudara tiri?" tanya Dina dengan setengah berteriak karena saking terkejutnya.

"Kok gue nggak tahu ya," gumam Dina.

"Pantesan mereka deket banget," sahut Sella.

"Lo udah tahu ini Daff?" tanya Dina kepada Daffa.

" Gue udah tahu," sahut Daffa apa adanya.

"Kok lo tahu sih?" protes Dina.

"Gue juga udah tahu tuh," celetuk Citra.

"Lo tahu juga? Kenapa gue nggak tahu," kesal Dina.

Dina beralih menatap Galen dan kedua sahabatnya. Mereka nampak biasa saja, bahkan tidak terkejut sama sekali, sehingga hal itu membuat Dina mengerutkan keningnya dan memincingkan matanya menatap kearah tiga cowok itu.

"Kalian kok nggak kaget saat Vian bilang kalo Vio itu adiknya?" tanya Vian menatap mereka curiga.

"Em, anuu," ucap Justin gugup.

"Anu apa?" tanya Dina lagi.

"Jelasin Ri!" titah Justin.

"Kok gue sih? Lo aja yang jawab!" kesal Fahri.

"Kita udah tahu Din," ucap Galen yang membuat Sella ikut menatap kearah Galen.

"Kok bisa?" tanya Dina tak percaya.

"Gue sebagai sahabatnya Vio, masa gue nggak tahu apa-apa sih? Nggak adil banget," protes Dina.

"Emang lo sahabatnya Vio? Sahabat kok nggak tahu apa-apa," sindir Justin.

"Harusnya lo itu ada saat Vio susah Din," ucap Fahri.

"Gue juga nggak nyangka kalo ternyata hidupnya Vio itu kek gitu, gue pikir dia bahagia, ternyata dia menderita, mana ternyata orang tuanya jahat banget lagi, jadi sedih gue," ujar Dina lirih.

"Kamu udah tahu dari mana Gal? Kok bisa sih?" tanya Sella curiga.

"Mereka yang kasih tahu," ucap Galen berbohong seraya menunjuk kearah Fahri dan Justin dengan dagunya.

"Sell, gue mau ngomong sama lo," ucap Galen serius.

"Ngomong apa?" tanya Sella bingung.

"Nggak disini," sahut Galen.

"Ok, ayo!" ajak Sella.

"Gue duluan Jus, Ri," pamit Galen seraya meninggalkan mereka.

Galen dan Sella berhenti di halaman belakang sekolah. Mereka mendudukkan diri mereka pada bangku panjang yang berada disana.

"Mau ngomong apa Gal?" tanya Sella seraya tersenyum lebar.

"Sebelumnya gue minta maaf, gue belum bisa jadi pacar yang baik buat lo," ucap Galen.

"Lo ngomong apa sih Gal? Gue bahagia kok pacaran sama lo, dan menurut gue lo udah jadi pacar yang baik buat gue," sahut Sella.

"Gue mau kita temenan aja Sell," ucap Galen yang mampu membuat Sella memudarkan senyumannya.

"Maksud kamu apa Gal?" tanya Sella.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang