Part 52

8.2K 328 16
                                    


Kalian berdua lagi ngapain berdiri disitu?" tanya Pak Toni.

Galen yang mendengar suara Pak Toni segera membekap mulut Vio agar gadis itu tidak bersuara.

"Eh, nggak ngapa-ngapain Pak," sahut Justin sedikit gagap.

"Diem!" titah Galen lirih seraya menatap wajah Vio.

"Jam pelajaran sebentar lagi dimulai, cepat kembali ke kelas!" titah Pak Toni tegas.

"Tapi Pak-"

Vio berusaha membuka mulut Galen yang membekap mulutnya, namun tenaganya belum cukup kuat untuk itu.

"Lo mau kita ketahuan Hah?" tanya Galen sinis seraya melepaskan tangannya dari mulut Vio.

"Lo pikir gue takut? Justru Pak Toni akan tau kelakuan Ketos yang selalu dia dibangga-banggain selama ini," lirih Vio sinis seraya tersenyum miring diakhir kalimat.

"Nggak ada tapi-tapian, cepat!" titah Pak Toni kepada Fahri dan Justin.

Fahri dan Justin masih belum beranjak dari tempat mereka berdiri, hal itu tentu membuat Pak Toni semakin emosi.

"Jadi kalian mau dihukum?"

"Bapak punya banyak daftar hukuman sih, kira-kira mana yang cocok buat kalian ya?" tanya Pak Toni yang membuat Fahri dan Justin melotot dan saling pandang kemudian berlari dari sana.

  "Pak-" belum sempat melanjutkan kata-katanye, Galen sudah lebih dulu membekap mulut Vio lagi.

  "Sialan lo!" umpat Galem seraya menatap tajam Vio.

Ceklek!
Suara pintu ditutup dan dikunci dari luar membuat Vio dan Galen saling pandang. Mereka berpandangan agak lama.

  "Oke kita kekunci sekarang," ucap Galen santai.

  "Sialan," umpat Vio seraya melepaskan bekapan tangan Galen dadi mulutnya.

  Vio bangkit dari posisinya dan mencoba untuk membuka pintu itu berkali-kali, namun usahanya gagal.

  Galen hanya melihat itu sekilas, kemudian melanjutkan aktivitasnya mencari apa yang ia cari.

Ia tidak peduli meskipun saat ini ia terkunci di ruangan itu, ia tetap melanjutkan tujuannya ke tempat itu.

  Vio nampaknya sudah mulai pasrah apa yang terjadi, sekeras apapun ia mencoba membuaka pintu itu, tetap saja ia tidak bisa.

  Vio yang merasa penasaran apa yang sebenarnya Galen cari, ia pun mendekati cowok itu kemudian ikut mengamati apa yang Galen lakukan.

  "Lo bela-belain kesini? Cuma buat acak-acak arsip sekolah kita?" ujar Vio sinis.

  "Gila ya lo," lanjut Vio mengejek.

  "Lo nggak tau apa-apa," jawab Galen santai.

  "Apa yang gue nggak tau?" tanya Vio seraya menatap Galen.

  Galen yang masih sibuk membuka arsip sekolah itu, iya menghentikan aktifitasnya, kemudian menatap Vio dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apa yang lo tau?" tanya Galen menatap balik Vio.

  Vio yang ditatap seperti itu menjadi gugup, ia melepaskan pandangannya kesegala arah menghindari tatapan Galen.

  Setelah beberapa menit Galen mencari, ia tidak menemukan apapun disana. Bahkan Vio hanya mengamati cowok itu dan tidak berniat menanyakan apapun lagi kepada cowok itu.

  Galen kembali membereskan arsip sekolah itu ke tempat semula dan merapikannya agar tidak ada yang curiga.

  Kini mereka berdua duduk bersebelahan di lantai seraya bersandar ke tembok. Galen berharap Fahri dan Justin segera membukakan pintu ruangan itu.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang