Part 19

30.2K 1.9K 26
                                    

  "Berhenti!" teriak Vian dengan suara kencang.

"Kalian siapa hah? Berani-beraninya masuk rumah orang tanpa ijin," ucap Fajar emosi menatap Daffa dan Vian yang saat ini sudah berada disana.

"Orang tua macam apa kalian hah?" bentak Vian membalikkan pertanyaan.

"Menyiksa anaknya sendiri," sambung Vian.

  Vio masih terkejut dengan kedatangan Daffa dan Vian. Ia masih diam seraya memegangi kepalanya yang terasa sakit, Vio pikir mereka sudah pulang sedari tadi.

  "Anak sialan ini nggak pantes buat dibela," ujar Lia.

"Kalau dia anak sialan, lalu kalian berdua apa? Orang tua yang tega menyakiti anaknya, itu nggak pantes buat disebut manusia!" kali ini Daffa yang angkat bicara.

"Lo nggak papa Vi?" Tanya Daffa seraya membantu Vio untuk berdiri.

"Gue nggak papa," sahut Vio dengan senyum terpaksanya.

"Kalian ngelukin itu hanya demi ini? Cih, dasar manusia rendahan! Kalian bahkan berani ngorbanin apapun hanya demi harta," ucap Vian seraya melemparkan surat yang ia ambil di lantai.

"Jangan kurang ajar kalian!" bentak Fajar seraya mengambil surat yang Vian lemparkan.

"Dasar anak tidak tahu diri, berani-beraninya kamu bawa orang buat belain kamu hah?" Lia mendorong tubuh Vio sehingga Vio terjatuh ke lantai yang penuh dengan pecahan vas bunga, sehingga kaki yang telapak tangannya mengeluarkan banyak darah.

"Akhh," rintih Vio dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

  Vian yang melihat hal itupun langsung emosi, ia mendekati Lia dan menamparnya, sedangkan Daffa segera membantu Vio.

  "Dasar anak-anak sialan. Kamu ngapain tampar istri saya hah? Jangan ikut campur urusan kami!" bentak Fajar yang sudah sangat emosi.

  "Pergi kalian!" usir Lia seraya memegangi pipinya.

  "Ini rumah adik saya, jadi saya berhak disini selagi dia mengijinkannnya!" ucap Vian yang membuat Fajar dan Lia dibuat bingung.

  "Adik? Saya bahkan tidak kenal dengan adik kamu, cih," sahut Fajar.

  "Violetta Adara La Lubis, apa anda tidak kenal dia Tuan? Oh ya saya lupa, anda dan Nyonya Lia terlalu sibuk mengurus perpindahan harta, sehingga kalian tidak mengenal adik saya," ucap Vian tersenyum miring.

  "Dia tidak punya kakak seperti kamu!"

"Bagaimana jika kakak tiri? Ah, apa anda lupa dengan saya Nyonya Lia? Anda dulu pernah melahirkan saya, kemudian meninggalkan saya begitu saja demi harta dari laki-laki ini," ucap Vian yang membuat mereka terkejut, terutama Fajar dan Lia.

"Saya Viandra Leonard, anak yang dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri, bahkan dia tidak pantas disebut dengan sebutan 'Ibu'," ucap Vian lantang.

"Vianda Leonard?" gumam Lia menatap Vian.

"Saya tegaskan sekali lagi, jika kalian berani menyakiti adik saya sekali lagi, saya gak akan segan-segan buat hidup kalian hancur!" ancam Vian.

"Daff, bawa Vio ke mobil!" perintah Vian yang langsung dituruti oleh Daffa.

  "Rumah ini masih atas nama adik saya, jadi saya bebas kapan aja kesini! Jangan harap kalian bisa hidup tenang setelah ini!" ucap Vian kemudian pergi meninggalkan mereka, sebelum itu ia mengambil handphone yang ia gunakan untuk merekam kejadian yang baru saja terjadi, tanpa ada orang yang tahu.

  "Sialan!" umpat Fajar.

--------------------------------

"Kita ke rumah sakit sekarang," ucap Vian.

"Gue gak mau!" sahut Vio.

  "Darah lo banyak banget yang keluar Vi, itu juga masih ada pecahan kaca di luka lo," ujar Vian

  "Kita kerumah gue aja, Ibu gue dokter dan hari ini sedang dirumah, biar dibersihin sekalian lukanya," usul Daffa.

  "Gue nggak papa," lirih Vio

  "Nurut Vio!" tegur Vian.

  "Rumah lo yang sekarang dimana Daff?" tanya Vian yang kini tengah mengemudi mobilnya.

"Pertigaan belok kanan, terus belok kiri," ucap Daffa.

"Tahan bentar Vi, bentar lagi nyampe kok," ucap Daffa yang kini tengah memegangi tangan Vio yang sudah berdarah.

  Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di halaman rumah Daffa. Daffa segera menggendong Vio keluar dari mobil tersebut dan diikuti oleh Vian.

  "Mah, tolongin Daffa!" teriak Daffa seraya yang sudah mendudukkan Vio disofa yang berada di ruang tamu.

"Ya ampun, ini kenapa Daff?" tanya Hani, Ibu Daffa.

  "Temen Daffa luka Mah, tolong obatin ya," pinta Daffa.

  "Sini biar Tante obatin, kita bersihin lukanya dulu ya," ucap Hani.

  Hani membersihkan luka pada telapak tangan dan kaki Vio, ia mencabut serpihan kaca yang masih menancap, setelah itu ia memberikan obat dan menggunakan perban pada tangan dan kaki Vio, kemudian mengoleskan salep pada luka kecil dan lebam pada wajah dan tubuh Vio.

  "Gue nggak nyangka mereka memperlakukan Vio segitunya," ucap Daffa.

"Bahkan mereka tidak merasa bersalah sama sekali," timpal Vian.

"Dia emang bener-bener gadis yang kuat," gumam Daffa seraya tersenyum simpul.

"Ini sudah selesai, perbannya harus sering ganti ya," ucap Hani

"Makasih," ucap Vio.

---------------------------

  "Kenapa lo nyuruh kita kesini Gal?" tanya Justin.

"Tumben, biasanya kan lo ngajakin kita ketemu diluar," ucap Fahri.

"Gue mau minta tolong ke kalian," ucap Galen.

Mereka bertiga memang sedang berada di rumah Galen, karena memang Galen menyuruh kedua sahabatnya untuk datang ke rumah.

Mereka duduk di sofa ruang tengah seraya menonton televisi. Galen sudah menyiapkan banyak makanan juga minuman untuk mereka.

"Minta tolong apaan?" tanya Justin memicingkan matanya.

"Lo berdua harus cari tahu keberadaan cewek ini," ucap Galen menunjukan sebuah foto dua anak kecil yang tengah berpelukan erat.

Disana terlihat sang anak perempuan dengan poni sampai menutupi alisnya, rambut sebahu, pipi chubby dan juga wajah yang sangat imut.

"Dia siapa?" tanya Justin.

"Dia temen masa kecil gue, gue udah bareng sama dia sejak bayi, tapi gak tahu sekarang dia ada dimana," ujar Galen menjelaskan.

"Berarti ini foto lo waktu kecil dong? Kok jelek ya?" ucap Justin seraya menunjuk foto anak kecil laki-laki.

"Lo aja gak tau dia dimana, apalagi kita," sahut Fahri.

"Nah betul tuh, lagian Indonesia itu luas," timpal Justin.

"Dia ada disini, Bunda juga bilang pernah ketemu dia waktu itu," ujar Galen.

"Ok gue bantuin," jawab Justin pada akhirnya.

"Gue juga," timpal Fahri.

  "Kenapa si lo ngebet banget pengen ketemu dia?" tanya Justin yang masih menatap foto itu.

"Dia, sahabat gue, cinta pertama gue dan segalanya bagi gue," ujar Galen tanpa sadar.

"Buset! Nanti Sella mau lo kemanain hah?" tanya Justin.

"Emang lo beneran suka sama Sella?"

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang