Part 27

27.1K 1.6K 31
                                    

"Apa alasan lo pacaran sama Sella?" tanya Vio menatap datar Galen.

"Gue juga nggak tahu kenapa, mungkin karena sikapnya ceria, mirip sama seseorang dimasa lalu gue, jadi gue nerima dia, awalnya gue pikir, gue bisa bahagia hanya karena itu, tapi ternyata gue salah, gue bahkan nggak tahu perasaan gue yang sesungguhnya," jawab Galen sejujurnya.

"Wah parah lo Gal, kasihan anak orang lo mainin gitu aja," ucap Citra.

"Harusnya lo jujur sama dia," timpal Vian.

"Gue juga lagi berusaha buat balas perasaan dia," sahut Galen.

"Berarti Sella yang nembak elo dong?" tanya Citra penasaran.

"Udahlah lanjut aja, kan Vio udah nanya tadi," ucap Galen sedikit mengalihkan pertanyaan Citra.

"Giliran gue," ucap Vian yang sekarang sudah memutar botol tersebut dan botol itu berhenti mengarah pada Vio.

"T or D?" tanya Vian.

"Truth," sahut Vio singkat.

"Siapa orang yang lo suka?" tanya Vian seraya tersenyum miring.

"Ganti pertanyaannya," pinta Citra seraya menatap kearah Vian.

"Gue setuju, ganti aja pertanyaannya," timpal Daffa.

"Nggak bisa, Vio harus jawab pertanyaan Vian," ucap Galen.

"Gue dari dulu penasaran, Vio itu suka sama siapa. Masa gue sebagai Abangnya nggak tahu apa-apa," batin Vian.

"Ayo jawab dong Vi," titah Vian.

"Gue juga penasaran siapa orang yang Vio suka, apa mungkin orang itu Daffa?" batin Galen bertanya pada dirinya sendiri.

"Jadi, siapa orang yang lo suka?" tanya Vian mengulang pertanyaannya.

"Galen," jawab Vio singkat, namun mampu membuat semua yang berada disana terkejut, terutama Galen dan Vian, karena memang Citra dan Daffa sudah mengetahui hal tersebut.

"Lo beneran suka sama Galen Vi? Sejak kapan? Kok bisa?" tanya Vian bertubi-tubi.

"Lo suka sama gue?" tanya Galen menatap Vio dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Nama Galen bukan cuma lo doang kali," sahut Vio berusaha mengelak.

"Nah betul tuh, lo jangan ke PD-an dulu," ucap Citra.

"Jadi Galen siapa Vi? Orang mana? Sekolah dimana?" Vian sangat penasaran sehingga melontarkan pertanyaan berkali-kali.

"Perjanjiannya kan cuma satu pertanyaan, ngapain nanya berkali-kali?" protes Daffa.

"Apa bener yang Vio suka itu bukan gue? tapi Galen siapa?" batin Galen bertanya pada dirinya sendiri.

----------------------

Vio baru saja ingin mengistirahatkan tubuhnya karena lelah. Baru saja ia memejamkan matanya, namun terhenti kala terdengar suara ketukan pintu.

Vio kira orang yang mengetuk pintu adalah Citra atau anak lainnya yang baru saja main kerumahnya, namun ternyata orang yang mengetuk pintu itu ialah Fajar dan Lia, Ayah dan Ibu tirinya.

Mereka baru saja pulang dari luar negeri, setelah kejadian saat Vio terluka karena ulah mereka tempo hari.

"Ngapain kalian pulang? Mau nyiksa saya lagi?" tanya Vio seraya bersedekap dada menatap dua orang didepannya.

"Kamu tanda tangani ini sekarang, kalau nggak, saya nggak akan segan-segan usir kamu," ucap Fajar dengan sedikit mengancam.

"Cepat Vio! Kita nggak peduli, meskipun rumah ini atas nama kamu, tapi kalau kamu membantah, kita nggak akan biarin kamu tinggal disini bareng kita, ya kan Mas?" ucap Lia seraya menyerahkan berkas itu untuk ditandatangani oleh Vio.

"Sampai kapanpun, saya nggak akan mau buat tanda tangani surat itu," ucap Vio.

"Waktu itu kamu berani-beraninya bawa Viandra buat lawan saya dan kamu beruntung bisa selamat karena ada dia, tapi sekarang kamu nggak akan bisa ngebantah kita lagi. Kamu tanda tangani ini sekarang!" ucap Lia lagi.

"Cepat Vio, Ayah nggak ada waktu lagi," timpal Fajar.

Vio tetap diam ditempat seraya menatap datar berkas tersebut, hal itu sontak membuat Fajar dan Lia emosi. Lia melayangkan tangannya berniat akan menampar Vio, sebelum akhirnya Vio lebih dulu menahan tangan Lia dan menggenggamnya erat, kemudian menghembaskannya secara kasar.

Vio langsung menampar Lia, sehingga membuat Lia menahan sakit seraya memegangi pipinya yang sudah memerah, setelah itu Vio mendorong Lia sehingga membuat Lia terjatuh.

Fajar yang melihat itu tidak pernah menyangka bahwa Vio akan melakukan hal tersebut, pasalnya dari dulu Vio tidak pernah membalas jika diperlakukan kasar.

"Vio, kenapa kamu begitu sama Ibu kamu hah?" bentak Fajar seraya membantu Lia berdiri.

"Kalian yang mengajarkan saya kekerasan bukan?" jawab Vio santai.

"Awas kamu Vio!" ancam Lia.

"Sudah, ayo kita obati luka kamu dulu," ucap Fajar membantu Lia masuk ke rumah.

"Baru aja pulang udah buat masalah, dasar nenek lampir!" batin Vio.

Tanpa mereka ketahui ada seseorang yang melihat kejadian tersebut dan merekamnya.

---------------------------

Pagi ini seperti biasa Vio sudah siap dengan seragam sekolahnya yang sedikit kebesaran, dengan rambut yang ia cepol asal, dan lengan baju yang ia gulung.

Ia berangkat menggunakan taksi seperti biasa. Sebenarnya ia bisa saja membeli mobil mewah, hanya saja ia tidak mau.

Vio berjalan melewati koridor sekolah, entah karena apa suasana koridor nampak lebih sepi dari biasanya.

Saat ia melewati segerombolan anak perempuan yang tengah duduk, ia mendengar namanya sedang dibicarakan.

"Itu kan yang namanya Vio?" tanya salah satu gadis.

"Iya bener itu orangnya, lihat aja tuh mukanya songong banget," sahut gadis yang lainnya.

"Pantes aja kelakuannya buruk, tampilannya aja kek begitu," timpal yang lainnya.

Vio tidak menghiraukan ucapan mereka, hanya saja ia tidak paham masalah apa yang mereka bicarakan tentangnya.

Ia terus menyusuri koridor, sampai ia melihat didepan tampak ramai murid-murid bergerombol mengerubungii papan mading.

Vio hanya lewat tanpa ingin tahu apa yang tengah mereka lihat di mading, sebelum akhirnya ada seseorang yang memanggilnya.

"Heh Vio, lo kok jahat banget si," ucap Risa seraya tersenyum sinis.

"Dasar anak durhaka!" sambung Risa.

"Maksud lo?" tanya Vio dengan wajah datarnya.

"Lo lihat aja sendiri!" perintah Risa.

Vio mendekat ke mading dan melihat disana terdapat fotonya yang tengah mendorong Ibu tirinya, saat kejadian kemarin sore dan disana tertuliskan 'Vio, anak pengusaha terkaya yang ternyata tega sama Ibunya dan kasar terhadap kedua orangtuanya'

Vio hanya menatap datar foto itu kemudian tersenyum miring dan meninggalkan mereka yang masih menggerombol.

"Dasar anak gak tau diri, maen pergi gitu aja lagi," kesal Risa.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang