Part 07

40.3K 2.5K 82
                                    


  Vio masih diam ditempat tanpa menjawab atau menuruti perintah Pak Toni untuk meminta maaf ke Risa, hal itu sontak membuat Pak Toni geram.

  "Vio, cepat minta maaf ke Risa! Kamu jangan ngebantah saya," bentak Pak Toni.

  "Cepet dong minta maaf, udah salah juga," ejek Risa tersenyum miring.

  Brakkk!
Pintu ruang BK terbuka dengan kasar, ternyata pelakunya adalah Vian, sang badboy sekolah.

  "Vian? Apa-apaan kamu hah? Udah masuk nggak ketuk pintu dulu," tegur Pak Toni saat melihat Vian masuk.

"Saya cuma mau kalian lihat ini," ucap Vian meletakkan flashdisk di meja Pak Toni.

"Kamu gak lihat kalau Bapak lagi sibuk hah?" bentak Pak Toni.

"Hm, terserah Bapak sih, tapi kalau Bapak gak mau lihat video itu, saya gak akan keluar dari sini," ujar Vian yang kini tengah berdiri disamping Galen dengan bersedekap dada.

"Lo apa-apaan sih?" tanya Galen, namun Vian hanya mengedikkan bahunya acuh.

  Mau tak mau Pak Toni menuruti ucapan Vian. Ia menyalakan laptopnya, kemudian memasangkan flashdisk yang Vian berikan.

  Semua orang yang berada disana menatap layar proyektor yang terhubung dengan laptop. Disana terlihat dengan jelas semua kejadian yang baru saja terjadi dari awal hingga akhir.

  Mereka nampak terkejut melihat kejadian tersebut, apalagi Galen, ia tak menyangka jika Vio melakukan hal itu demi membela Sella, pacarnya. Sedangkan Risa sudah sangat kesal akibat ulah Vian.

"Risa, apa maksudnya semua ini?" tanya Pak Toni menatap tajam Risa.

"Kamu saya skors selama tiga hari, dan kamu Vio, mau gimanapun kamu juga salah karena telah menampar Risa, jadi kamu saya skors selama satu hari," ujar Pak Toni.

  "Sekarang kamu hubungi orang tua kamu Vio, Bapak juga perlu bicara dengan mereka. Kalau Risa, nanti Bapak akan langsung bicara ke Pak Yohan," ucap Pak Toni.

  "Risa, kamu bisa keluar sekarang," sambung Pak Toni.

  Risa segera keluar dari ruangan itu, dan kini hanya ada Pak Toni, Vio, Galen, dan juga Vian.

"Saya nggak punya orang tua," jawab Vio santai.

  Semua yang berada disana sontak mengalihkan pandangannya kearah Vio, mereka terkejut dengan penuturan gadis itu, karena setau mereka Vio adalah anak dari pengusaha kaya dan sukses.

  "Apa-apaan kamu, Bapak tau orang tua kamu masih ada, cepat hubungi mereka," pinta Pak Toni.

"Kalau kamu gak mau, sini biar Bapak yang hubungi, mana handphone kamu?" tanya Pak Toni, sedangkan Vio menyodorkan ponselnya yang tertera nama Ayahnya.

Pak Toni menghubungi Fajar melalui ponsel milik Vio, ia menyalakan pengeras suara, dan meletakkan ponsel Vio di meja agar dia juga bisa mendengar obrolan mereka.

  "Kenapa kamu telepon saya hah? Saya lagi sibuk kerja,"

"Vio ada masalah di sekolah,"

  "Kamu itu selalu saja buat masalah, saya capek ngurusin kamu. Dasar anak tidak tahu diri, berhenti nyusahin saya dan urus saja urusanmu sendiri!"

  Tut!
Panggilan dimatikan sepihak oleh Fajar. Semua yang berada disana nampak terkejut dengan ucapan Fajar. Bahkan Pak Toni pun tak menyangka akan hal itu.

"Saya sudah bilang, saya itu gak punya orang tua. Apa orang seperti itu bisa disebut dengan orang tua? Bahkan saya sendiri tidak sudi mengakuinya," ucap Vio tersenyum miring.

"Saya permisi," pamit Vio yang langsung keluar dari ruangan itu dan diikuti oleh Vian.

------------------

  "Sella, kamu nggak papa kan?" tanya Galen yang baru saja datang menghampiri Sella dan Dina yang berada di UKS.

"Aku gak papa kok Gal, tapi Vio gimana ya?" ucap Sella nampak khawatir.

  "Vio diskors selama satu hari, kalau Risa, dia diskors tiga hari. Kamu jangan takut ya, aku bakal lindungin kamu kok," ucap Galen seraya mengelus pucuk kepala Sella.

"Hm, makasih ya Gal,"

"Njir, gue jadi nyamuk," celetuk Dina.

"Makannya lo cepet-cepet cari pacar kek, biar gak jomblo terus," sahut Galen.

"Sialan!" umpat Dina kesal.

"Gak boleh ngomong kasar Din," tegur Sella.

"Noh dengerin kata pacar gue," timpal Galen.

"Pacar lo rese Sel," ujar Dina, sedangkan Sella hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Eh, Vio mana ya?" tanya Dina.

"Tadi dia bareng Vian, gak tau tuh kemana," jawab Galen seadanya.

  Padahal dalam hati Galen, ia sangat penasaran kemana Vio pergi, dan bagaimana kehidupan sebenarnya gadis itu.

------------------------

"Lo nggak papa?" tanya Vian menatap Vio yang kini tengah duduk menatap lurus ke depan.

"Emang gue kenapa?" tanya Vio datar.

"Setidaknya lo pernah ngerasain kasih sayang dari nyokap lo," ucap Vian, sedangkan Vio mengerutkan keningnya bingung.

"Lo mau tau sesuatu nggak?" sambung Vian.

"Apa?" tanya Vio datar.

"Dari kecil, gue bahkan belum pernah ngerasain kasih sayang seorang Ibu, Ibu gue pergi gitu aja setelah gue dilahirkan. Ah, bahkan dia tidak pantas untuk disebut dengan sebutan 'Ibu'," ucap Vian yang masih memandang ke depan.

  "Apa dia masih suka nyakitin lo?" tanya Vian yang membuat Vio bingung.

  "Maksud gue Lia, ibu tiri lo," ucap 

  "Lo tau?" tanya Vio.

  "Gue bahkan tau semuanya tentang lo," sahut Vian.

  "Mau tau sesuatu yang lebih mengejutkan lagi?" tanya Vian yang membuat Vio semakin bingung.

  "Sebenernya, Nyokap tiri lo itu Ibu kandung gue," ujar Vian tersenyum miris yang membuat Vio terkejut bukan main.

  "Awalnya gue mau balas dendam ke lo, tapi Bokap gue selalu nyuruh gue buat cari tahu semuanya sebelum bertindak. Dan sejak saat itu gue selalu cari tahu semua tentang keluarga lo dan setelah gue tahu, ternyata lo sama menderitanya kayak gue," sambung Vian.

  "Maaf, karena Nyokap gue, lo jadi menderita. Gue janji, gue bakal jagain lo mulai saat ini, Meskipun kita cuma saudara tiri, gue harap lo mau nganggep gue sebagai kakak lo," lirih Vian yang saat ini menundukkan kepalanya.

  "Gue bener-bener hancur hiks hiks," ujar Vio yang kini sudah memeluk Vian erat.

  "Kita emang sama-sama menderita karena keegoisan mereka, tapi setidaknya, kita nggak sendiri lagi sekarang," ucap Vian dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.

  "Gak usah sedih lagi, muka lo gak pantes kayak gitu. Aura lo kan kejam," ucap Vian berusaha untuk menenangkan Vio yang masih menangis.

  Vian mengusap air mata Vio dengan lembut, mereka masih berpelukan dengan erat, tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat kejadian itu dari belakang.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang