"Kenapa Galen?" tanya Pak Toni saat menyadari kehadiran Galen diikuti oleh Vio dibelakangnya.
"Vio ketahuan mau bolos Pak," ujar Galen.
Pak Toni menatap Vio yang hanya menampilkan ekspresi datarnya, kemudian menyuruh Vio untuk gabung bersama murid yang juga bermasalah.
"Masuk barisan!" titah Pak Toni dan dituruti oleh Vio.
Vio berdiri disamping dua murid laki-laki yang sepertinya juga baru saja membuat masalah.
"Kalian tahu apa kesalahan kalian?" tanya Pak Toni.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan Pak Toni, mereka bertiga hanya mengedikkan bahu acuh.
Pak Toni geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka, seraya mengelus-elus dada.
"Kalian bertiga mau bolos kan?"
"Kata siapa Pak?" tanya salah seorang cowok yang diketahui bernama Leo.
"Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, kalo kamu dan Fino manjat pagar belakang sekolah," ujar Pak Toni.
"Siapa bilang kita mau bolos Pak? Orang kita mau ngecek, pagar sekolah kita itu masih kokoh atau enggak," sahut Fino.
"Nah, bener tuh Pak, siapa tahu kan nanti roboh, bahaya tuh pak," timpal Leo.
"Alasan!"
"Dan kamu Vio," ucap Pak Toni, yang membuat mereka mengalihkan pandangannya kearah Vio, begitu juga dengan Galen yang masih berdiri disamping Pak Toni.
"Kamu ini perempuan Vio, kenapa suka banget buat masalah disekolah, punya hobby bolos lagi," sambung Pak Toni heran.
"Harusnya kalian ini mencontoh Galen, dia itu pintar, rajin, sopan dan nggak pernah buat masalah disekolah. terutama kamu Vio, kamu harus banyak belajar dari Galen, dia itu murid teladan," ujar Pak Toni.
"Saya tuh heran sama kamu Vio, cewek kok tingkahnya kayak cowok," sambung Pak Toni.
"Mending cewek, tapi tingkahnya kek cowok kali Pak, daripada cowok, tapi tingkahnya kek cewek, mainnya Barbie lagi," celetuk Leo.
"Pft," Vio menahan tawanya karena ucapan Leo, hal itupun tak luput dari pandangan Galen.
"Mana ada cowok yang main Barbie?" tanya Pak Toni sinis.
"Bapak nggak tahu?" tanya Leo.
"Kurang update pasti," timpal Fino.
"Sialan!" umpat Galen lirih.
"Awas lo Vio! Gue sampe diledekin gara-gara lo," batin Galen.
------------------------
Hari demi hari berlalu begitu cepat. Semakin hari hubungan Galen dengan Letta semakin dekat, bahkan mereka menunjukan kedekatan mereka secara terang-terangan.
Entah bagaimana caranya, gadis itu bisa mengelabuhi Galen dan membuat Galen percaya bahwa Letta adalah teman masa kecilnya.
"Daffa belum berangkat Vi?" tanya Dina yang mampu menyadarkan Vio dari lamunannya.
"Belum," sahut Vio singkat.
"Lombanya kan udah selesai, kok belum berangkat juga dari kemaren?" tanya Dina bingung.
"Sela juga, kemana tuh anak?" sambung Dina kesal.
"Mereka capek mungkin Din, habis dikuras otaknya," celetuk Citra.
"Iya juga ya, kalo gue yang ikut olimpiade sains, nggak bisa ngebayangin gue, gimana kondisi otak gue setelahnya," ujar Dina berandai-andai.
"Ya nggak usah dibayangin Din, nggak bakalan ada yang mau nunjuk lo ikut olimpiade juga, bisa-bisa sekolah kita malu kalo lo yang wakilin olimpiade itu," celetuk salah satu anak laki-laki satu kelas mereka, yang langsung mendapat lemparan sepatu oleh Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLETTA (Triangle Love)
Teen Fiction'Kesalahan terbesarku adalah menyimpan rasa terhadap kekasih sahabatku sendiri'~Violetta Adara La Lubis Update setiap hari😊