"Thanks ya Daff, udah nganterin gue," ucap Sella saat mereka sudah sampai didepan rumah Sella.
"Inget, gue cuma terpaksa nganterin lo!" ujar Daffa sinis.
"Tapi-"
"Udahlah Sell, gue muak lihat muka lo. Pantes aja Galen mutusin lo," ejek Daffa.
"Galen mutusin gue itu karena Vio selalu godain Galen," ujar Sella.
"Nggak usah sok polos depan gue! Gue tahu, lo pasti sengaja ngikutin gue sama Vio kan? Makannya lo bisa ada di kafe itu," sambung Daffa seraya tersenyum remeh.
"Gue nggak ngikutin lo," elak Sella.
"Kenapa sih, semua orang belain Vio? Kenapa semuanya suka sama Vio? Gue kurang apa sampe Galen juga putusin gue karena cewek sialan itu?" bentak Sella dengan suara tinggi yang sudah emosi.
"Lo kurang otak! Makannya lo bego, sampe nggak bisa bersikap baik sama sahabat sendiri!"
"Dan ya, lo itu munafik!" sambung Daffa tanpa ragu.
"Di depan Vio, lo seolah-olah gadis baik, yang selalu jadi korban, padahal disini lo itu pelaku, dan Vio korbannya," ujar Daffa yang membuat Sella terdiam.
"Sampe kapan lo akan benci Vio hah? Dia bahkan masih mau nolongin lo,"
"Gue nggak akan pernah mau baik sama dia lagi!"
"Setidaknya, lo tunjukkin tuh muka asli lo! Enek gue lihat muka sok polos lo!" ujar Daffa yang kemudian berniat melajukan motornya.
"Lo harus inget perjanjian itu Daff!" ucap Sella yang membuat Daffa diam selama beberapa detik.
"Sampai kapanpun, gue nggak akan terima itu!" sahut Daffa yang langsung mengendarai motor sportnya dengan kecepatan tinggi.
"Gue akan rebut Daffa dari lo, Vio! Itu janji gue! Gue nggak akan biarin lo bahagia! Gue nggak akan biarin Galen ataupun Daffa sama lo, gue nggak akan biarin itu!" batin Sella seraya mengepalkan kedua tangannya.
----------------------------
Hanya suara musik yang terdengar menyelimuti perjalanan keempat remaja itu, karena sedari tadi tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka sama sekali.
Fahri dan Justin merasa canggung untuk mengajak bicara Vio, karena sebelumnya mereka tidak pernah mengobrol untuk hal pribadi dengan gadis itu.
Kedua cowok itu berharap Galen akan bangun dari tidurnya dan membuat suasana sedikit cair.
Vio memejamkan matanya untuk menenangkan pikirannya, namun sepertinya musik yang diputar didalam mobil tersebut membuatnya merasa mengantuk, sehingga tanpa sadar ia sudah ikut terlelap bersama Galen, dikursi penumpang bagian belakang.
"Vi-" ucapan Justin terhenti kala menatap kebelakang dan mendapati Galen dan Vio yang sudah tertidur.
Bahkan saat ini kepala Vio sudah bersandar dipundak Galen. Hal itupun membuat Justin tersenyum melihatnya.
"Gila lo senyum-senyum sendiri?" tanya Fahri.
"Lihat noh!" titah Justin seraya menunjuk kebelakang dengan dagunya.
Fahri menatap kebelakang sekilas, kemudian kembali menatap kedepan dan sesekali menatap kebelakang lewat kaca spion yang berada di dalam mobil.
"So sweet banget, gue jadi iri," gumam Fahri.
"Makannya cari pacar, biar nggak jomblo mulu!" ejek Justin.
"Kayaknya lo harus ngaca dulu deh Jus!" titah Fahri.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLETTA (Triangle Love)
Teen Fiction'Kesalahan terbesarku adalah menyimpan rasa terhadap kekasih sahabatku sendiri'~Violetta Adara La Lubis Update setiap hari😊