Part 09

37.2K 2.2K 6
                                    

  Seorang gadis berjalan menyusuri jalanan yang nampak tak begitu ramai. Ia terus berjalan tanpa tahu arah dan tujuannya akan kemana.

  Tampilannya begitu mengenaskan dengan luka di kening dan di sudut bibirnya, membuat orang-orang enggan untuk bertanya kepadanya.

Vio terus berjalan dengan tatapan kosong, ia ingin menghubungi Vian namun ia tidak membawa ponselnya.

Udara yang dingin semakin membuat Vio menggigil, bahkan gadis itu tidak memakai alas kaki sama sekali. Ia hanya memakai kaos oversize dengan celana panjang, juga rambut yang sudah berantakan.

  Pikirannya yang kacau membuat ia tak sadar bahwa saat ini ia tengah berjalan tidak di tepian lagi, melainkan berjalan sedikit ke tengah, sehingga menggangu lalu lintas jalan.

  Tin tin!

"Minggir woy!"

"Lo mau mati hah?"

 "Minggir woy!
 
"Dasar orang gila!

Tin tin!

Suara klakson mobil semakin bersahutan, banyak dari pengendara lalu lintas yang mengejek ataupun marah-marah, bahkan mereka tak segan-segan mengatai Vio gila, namun Vio sama sekali tidak mendengarkan mereka.

  Tanpa gadis itu sadari, ada sebuah mobil yang melintas dari arah belakangnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

  ------------------

  Saat ini Galen sedang mengendarai mobilnya menuju ke rumahnya. Ia baru saja pulang dari kafe setelah nongkrong bersama kedua sahabatnya.

  Jalanan tak begitu ramai, namun entah kenapa suara klakson mobil dan motor saling bersahutan terdengar dari arah depan.

  Saat sedang asyik memikirkan sesuatu, tiba-tiba ia melihat seorang gadis tengah berjalan di depan mobilnya, namun jaraknya masih lumayan jauh.

  Tin tin tin!
Galen membunyikan klakson mobilnya berulang kali, namun gadis itu tidak menepi sama sekali, ia terus saja berjalan santai seolah tidak tahu keadaan sekitar.

  Galen yang menyadari gadis itu tidak menepi, ia dengan cepat menginjak rem mobilnya, sehingga mobilnya berhenti mendadak, untung saja gadis itu tidak tertabrak.

  "Shit!" umpat Galen.

Ia menuruni mobilnya, dan berjalan mendekati gadis itu yang berada didepan mobilnya.

  "Lo kalo jalan, jangan di tengah dong, hampir aja gue tabrak kan. Kalo sampe lo ketabrak kan gue juga yang repot," omel Galen kepada gadis itu.

Gadis itu membalikkan badannya setelah mendengar suara orang yang ia kenali, kudian ia mendongakkan kepalanya, sehingga Galen dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu pucat dengan darah yang mengalir di keningnya, dan beberapa luka lainnya.

  Galen terkejut melihat wajah gadis yang ada didepannya saat ini. Ia meneliti penampilan gadis itu dari atas hingga bawah.

  Kakinya yang lecet akibat jalan kaki terlalu lama tanpa memakai alas kaki, rambutnya yang ia biarkan tergerai, namun sedikit berantakan, juga luka pada beberapa bagian.

  "Lo Vio kan? Lo ngapain disini?" tanya Galen semakin mendekat ke wajah gadis itu, memastikan seseorang yang berada di depannya ini beneran Vio atau bukan.

"G-gue..,"

  Brukk!
Ucapan Vio terhenti karena tubuhnya sudah jatuh pingsan, untung saja Galen langsung menangkap tubuh Vio, sebelum jatuh ke jalanan.

  Mau tak mau Galen membawa Vio ke mobilnya, ia mendudukkan Vio di kursi samping kemudi, kemudian memasangkan sealtbelt.

"Kalo lo kayak gini, lo kelihatannya lemah banget," gumam Galen, kemudian ia menjalankan mobilnya kembali.

  Mau tak mau Galen membawa Vio kerumahnya, karena hari semakin larut malam, tidak mungkin jika ia meninggalkan gadis itu sendirian, apalagi dalam keadaan pingsan.

Setelah beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya mobil Galen sudah sampai di halaman rumahnya. Ia keluar dari mobil dan menggendong Vio memasuki rumahnya.

"Bunda, tolongin Gala," teriak Galen yang baru saja memasuki rumahnya.

"Apaan si teriak-teriak, kalo masuk tuh salam dulu," ucap Sari yang berjalan menghampiri Galen.

"Eh, kamu bawa anak gadis malam-malam begini, apa-apaan ini Gala?" omel Sari.

  "Yah, Gala bawa cewek ke rumah!" teriak Sari yang berusaha memberi tahu Lukman, suaminya.

"Wah, mana ceweknya?" tanya Lukman yang baru saja menghampiri mereka.

"Aduh Bun, dia itu pingsan," ucap Galen.

  "Pingsan? cepat kamu baringkan dia di sofa dulu, biar Bunda yang urus," titah Sari, sehingga Galen membaringkan tubuh Vio di sofa yang berada di ruang tengah.

"Kamu apain anak orang hah? Sampe luka begitu," tanya Sari mengintimidasi.

"Gala gak ngapa-ngapain Vio Bun, orang tadi Vio hampir aja ketabrak sama Gala, untung aja belum ketabrak, eh tiba-tiba dia pingsan," ujar Galen, ia menjelaskan semua kejadian baru saja terjadi.

  "Jadi namanya Vio? Kamu kenal?" tanya Lukman.

"Dia temen pacar Gala Bun, Yah," ujar Galen nyengir.

"Pacar, pacar, sekolah aja belum lulus, udah mikirin pacaran," ejek Lukman.

"Kamu mandi aja dulu, nanti Vio biar Bunda yang urus," ucap Sari, yang dituruti oleh Galen. Cowok itu langsung menuju kamarnya.

"Kok mukanya kayak nggak asing ya Yah," ucap Sari yang saat ini menatap lekat wajah Vio.

  "Iya Bun, kok Ayah juga ngerasa gitu ya," sahut Lukman.

"Kasian banget, pasti dia punya masalah yang besar," lirih Sari yang saat ini tengah mengobati luka Vio.

  "Ayah yakin, pasti dia dapat kekerasan fisik, jadi nggak tega Ayah lihatnya," gumam Lukman.

"Kamu bawa ke kamar Gala Yah, nanti biar Gala tidur di sofa. Kan kasian kalau Vio tidur di ruang tamu, mana banyak debunya, gak sempet kalo harus beresin dulu," ucap Sari, yang dibalas Anggukan oleh Lukman.

  Lukman membawa Vio menaiki anak tangga menuju kamar Galen, dan diikuti oleh Sari dibelakangnya. Ia membaringkan tubuh Vio pada kasur king size milik Galen, kemudian Sari menyelimutinya sampai sebatas leher.

"Berasa punya anak gadis," gumam Sari seraya tersenyum menatap Vio yang masih terlelap.

"Loh, apa-apaan ini? Kenapa Vio disini?" tanya Galen yang baru saja keluar dari kamar mandi dan terkejut melihat Vio yang sudah ada dikamarnya.

"Jangan banyak protes kamu, nanti kalau anak gadis Bunda udah bangun, suruh makan dulu kebawah," ucap Sari yang membuat Galen melongo.

"Baru aja ketemu, udah diakuin jadi anak, lah ini yang udah dari orok, gak pernah tuh diakuin," protes Galen.

"Jangan banyak protes kamu, dia juga anak gadis Ayah, ya nggak Bun?" celetuk Lukman.

"Betul tuh, Ayo Yah, kita turun," ajak Sari yang kemudian meninggalkan kamar Galen bersama dengan Lukman.

"Cih, anak sendiri dilupain," gumam Galen.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang