Part 40

24.4K 1.4K 105
                                    

"Sella nggak kamu ajak sekalian Gal?" tanya Sari saat mereka sudah selesai makan.

"Gala udah putus sama dia Bun," ujar Galen apa adanya.

"Baguslah," sahut Sari yang membuat mereka menyerngitkan alisnya pertanda bingung.

"Kok bagus sih Bun?" tanya Justin bingung.

"Kan sekarang Gala udah jomblo, jadi bisa sama Vio dong?" ujar Sari tanpa Beban.

"Bunda tuh lebih setuju kalo Gala sama Vio," sambung Sari.

"Uhukk," Vio terbatuk-batuk karena terkejut mendengar ucapan Sari, lain halnya dengan Galen yang nampak biasa saja.

Galen yang melihat Vio tersedak, ia segera menuangkan air putih dan menyerahkannya kepada Vio.

"Gimana Gala?" tanya Sari serius.

"Kayaknya susah deh Bun," ujar Galen santai seraya menatap Vio sekilas.

"Susah kenapa?" tanya Sari lagi.

"Susah Bun, Vio kan udah punya pacar," ujar Justin.

"Bener itu Vio?" tanya Sari yang dibalas anggukan kepala oleh Vio.

"Katanya sih Galen nggak mau pacaran lagi tuh Bun," ujar Fahri.

"Loh kenapa?" tanya Sari bingung.

"Galen kan masih nungguin cinta pertamanya Bun, si Letta Letta itu loh," ujar Justin yang langsung mendapat tatapan tajam dari Galen.

Vio langsung menatap kearah Justin, karena namanya ikut disebut, begitu juga dengan Sari yang sempat menatap Vio sekilas.

"Lagian kamu nggak tahu dia dimana kan?" ujar Sari.

"Galen yakin dia ada disekitar Galen Bun. Kita juga udah cari dia sejauh ini, bahkan Galen tahu kalo dia itu satu sekolah sama Galen, tapi Galen nggak tahu dia itu siapa. Disekolah bahkan nggak ada yang namanya Letta Bun," ujar Galen panjang lebar.

"Gala salah apa sampe-sampe dia nggak mau nemuin Gala Bun?" lirih Galen.

"Jangan memaksakan kehendak seseorang Gala, dia pasti punya alasan sendiri," ujar Sari.

"Gue harus apa? Disatu sisi gue pengen kasih tau lo, kalo gue ini Letta, tapi disisi lain gue nggak mau lo tau. Karena kalo lo tahu gue Letta, gue yakin lo pasti akan semakin deket sama gue, gue nggak mau perasaan yang berusaha gue pendem ini akan semakin besar dan gue juga nggak mau buat Daffa ataupun Sela kecewa," batin Vio.

Tanpa sadar air mata Vio menetes begitu saja, namun dengan cepat Vio menghapusnya dengan kasar.

Tidak ada yang tahu jika gadis itu meneteskan air matanya, kecuali Galen, cowok itu sedari tadi mengamati gerak-geriknya.

"Apa dia masih suka sama gue? Apa dia nangis karena gue bahas cewek lain? Lo terlalu banyak teka-teki Vi," batin Galen yang masih setia menatap Vio.

"Vio pamit Bun, udah sore," pamit Vio seraya beranjak dari tempat duduknya.

"Padahal Bunda masih kangen loh, yaudah hati-hati ya, kamu pulang sama Gala kan?" tanya Sari.

"Vio naik taksi aja Bun," sahut Vio.

"Gue anterin," ucap Galen yang membuat Sari tersenyum lebar.

Galen berjalan menuju pintu keluar diikuti oleh Vio dibelakangnya, sementara Fahri dan Justin masih disana karena memang mereka berniat akan menginap.

Vio mendudukkan dirinya dikursi samping kemudi, kemudian Galen mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Tadi lo nangisin gue?" tanya Galen yang membuat Vio langsung menatap kearahnya.

"Gue tahu lo masih suka sama gue, makannya tadi lo cemburu saat gue ngomongin cewek lain kan?" tanya Galen dengan penuh percaya diri.

"Nggak perlu pake nangis segala kali, kalo lo masih sayang sama gue tuh harusnya lo perjuangin gue, bukan malah jadian sama cowok lain," ujar Galen seolah menyindir Vio.

"Gila!" ejek Vio seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue tahu gue ganteng, keren, cool, makannya lo susah move on," ucap Galen menyombongkan diri.

"Ganteng-ganteng kok mainnya Barbie," ujar Vio yang membuat Galen terkejut.

Pasalnya Galen sudah memindahkan Barbie yang berada didalam kamarnya ke tempat khusus yang tertutup rapat, agar tidak ada yang tahu, termasuk kedua sahabatnya.

"Tahu darimana lo?" tanya Galen seraya menatap tajam Vio meskipun  hanya sekilas, karena ia juga tengah menyetir, namun Vio hanya diam, tanpa menjawab pertanyaan Galen.

"Awas aja kalo sampe lo bocorin hal itu ke anak-anak yang lain," ancam Galen.

"Ini?" tanya Vio seraya menunjukkan foto Galen yang tengah menyusun boneka Barbie dilemarinya, juga saat Galen tengah tertidur seraya memegangi boneka Barbie.

Vio ingat betul, Barbie yang ada difoto adalah miliknya, hadiah dari Ibunya, saat ia berhasil mendapatkan peringkat satu, namun semua itu kini hanyalah tinggal kenangan. Beruntung Galen menyimpan semua itu dengan baik, sehingga sampai saat ini barang-barang itu masih terlihat bagus.

Foto itu Vio dapat dari Sari, karena Sari ingin menunjukkan kepada Vio, betapa pentingnya Vio untuk cowok itu.

"Dapet darimana lo?" tanya Galen terkejut, namun Vio hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Kalo sampe lo sebarin foto itu, gue akan buat lo nyesel!" ancam Galen, namun Vio sama sekali tidak peduli, karena menurutnya, tidak penting juga menyebarkan hal seperti itu.

-----------------------

"Baru pulang?" tanya Fajar saat menyadari Vio baru saja pulang dan masih menggunakan seragam sekolahnya.

Vio hanya berdehem sebagai jawaban.

"Darimana aja?" tanya Lia sinis.

"Bukan urusan kalian!" ketus Vio seraya melanjutkan langkahnya.

"Jadi, kapan kamu mau nyerahin warisan itu?" tanya Lia yang kembali menghentikan langkah Vio saat ditangga.

"Jika saya memberikannya, apa kalian juga akan memberikan kasih sayang yang tulus untuk saya? Jika harta bisa membeli itu, mungkin dari dulu saya akan melakukannya," ujar Vio yang membuat mereka terdiam.

"Dari dulu Ayah selalu menyayangi kamu Vio," ujar Fajar.

"Sayang? Bahkan anda tidak pernah memperhatikan saya, atau bahkan menanyakan keadaan saya sekalipun," ujar Vio.

"Dari dulu anda hanya memikirkan istri anda ini, sampe-sampe anda melupakan jika anda juga mempunyai anak yang masih memerlukan anda," lirih Vio.

"Vio, Ayah-"

"Anda bukan ayah saya! Berhenti bersikap seolah-olah Anda adalah Ayah yang baik buat saya!" ucap Vio yang berhasil membuat hati Fajar sedikit bergemuruh.

"Dan lo! Lo hanyalah orang asing, yang masuk ke kehidupan seseorang dan berlaku seeneknya. Jadi, jangan bertingkah seolah-olah lo adalah tuan rumah,"

"Karena sampai kapanpun, lo hanyalah tamu tidak diundang, yang tiba-tiba datang dan mengacaukan segalanya!" ucap Vio penuh penekanan.

"Apa Ayah seburuk itu dimata kamu Vio?" gumam Fajar.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang