Part 03

50.1K 2.8K 30
                                    

 "Gue pulang duluan guys, udah dijemput, bye-bye," pamit Dina seraya melambaikan tangannya, kemudian menaiki mobil jemputan milik keluarganya.

"Hati-hati Din," sahut Sella setengah berteriak.

  "Udah nunggu lama?" tanya Galen yang baru saja datang dengan kedua sahabatnya.

  "Baru aja kok," jawab Sella tersenyum manis.

  Saat ini mereka tengah berada di parkiran sekolah. Dina sudah pulang duluan karena memang arah rumahnya dengan Sella dan Vio berbeda.

  Biasanya memang Sella pulang menaiki taksi bersama dengan Vio, karena rumah mereka memang searah.

  "Duluan Gal," teriak Justin dan Fahri secara bersamaan seraya mengendarai motor mereka keluar dari parkiran sekolah.

  "Yaudah ayo pulang Sel" ajak Galen.

  "Lo pulang naik taksi Vi?" tanya Sella yang dibalas anggukan kepala oleh Vio.

  "Bareng gue sama Galen aja gimana Vi?" tawar Sella.

  Vio mengalihkan pandangannya menatap kearah Galen, cowok itu juga tengah menatapnya. Tatapan mereka bertemu selama beberapa detik, kemudian Vio mengalihkan pandangannya kearah Sella.

  "Gak usah," jawab Vio singkat.

"Boleh kan Gal, kalo Vio bareng sama kita?" tanya Sella dengan puppy eyes nya.

  "Hm, apa sih yang gak buat kamu," sahut Galen seraya mengusap pucuk kepala Sella.

  "Ayo Vi masuk," Sella langsung menarik tangan Vio, dan mengajaknya untuk memasuki mobil milik Galen.

  Selama di perjalanan, Vio hanya diam mendengarkan obrolan Sella dan Galen. Ia terus saja menatap kearah luar jendela.

  Tanpa Vio sadari, Galen sesekali menatap ke arah belakang melalui kaca spion yang ada didalam mobil.

  Setelah beberapa menit, akhirnya mobil Galen sudah sampai di depan rumah Sella. Kemudian ketiga remaja itu menuruni mobil.

  "Gal, tolong anterin Vio sampe rumah ya. Rumahnya searah sama rumah kamu kok," pinta Sella setelah turun dari mobil.

  "Iya Sel, lo istirahat ya," titah Galen.

  "Iya Gal hati-hati. Bye-bye Vio!" ucap Sella seraya melambaikan tangannya kearah Vio, namun Vio hanya menganggukkan kepalanya.

  "Lo duduk didepan! Gue nggak mau jadi kek supir lo," Galen dan Vio kembali memasuki mobil setelah Sella memasuki rumah.

  Selama perjalanan, seperti biasa Vio masih diam. Pandangannya lurus ke depan, pikirannya begitu kacau saat ini.

  "Rumah lo dimana?" tanya Galen angkat suara.

  "Jalan Kenanga, Blok A no 7," jawab Vio singkat, kemudian hening lagi selama beberapa saat.

  "Lo kenapa si? Kek punya dendam pribadi aja sama gue?" tanya Galen menatap Vio sekilas.

  "Oh, atau jangan-jangan gara-gara gue suka ngehukum lo, jadinya lo dendam sama gue, iya kan? Ngaku lo!" ucap Galen namun tak mendapat jawaban dari Vio.

  "Woy! Gue itu ngomong sama lo! Lo denger gak si?" tanya Galen dengan wajah kesalnya.

  "Hm,"

  "Lo gak budek kan?"

  "Hm,"

  "Lo gak suka sama hubungan gue dengan Sella?"

  "Hm,"

   "Jadi lo beneran gak gak suka kalo gue sama Sella?" tanya Galen sekali lagi.

  "H-hah, apa?" tanya Vio terkejut, pasalnya tadi Vio sempat melamun, hingga tak sadar apa yang ia bicarakan dengan Galen tadi.
 
  "Lupain," jawab Galen kesal.

  Setelah beberapa menit berada dalam kecanggungan, akhirnya mobil Galen sudah berada di depan rumah Vio.

  "Udah, turun sana lo!" usir Galen.

  Vio mencoba melepaskan sabuk pengamannya, namun sepertinya sefikit macet dan susah. Galen yang melihat itu, langsung memajukan tubuhnya kearah Vio, pandangan mereka bertemu dan terkunci selama beberapa detik hingga akhirnya

Klik,
Sabuk pengaman itu sudah terlepas dengan bantuan Galen.

  Vio yang merasa gugup langsung keluar dari mobil dan menutup pintu mobil Galen dengan kencang hingga membuat Galen sedikit terkejut.

  "Sensi amat tuh anak kalo sama gue," gumam Galen seraya mengusap-usap dadanya karena terkejut tadi.

---------------

  "Darimana aja kamu? jam segini baru pulang," ucap wanita paruh baya yang bernama Lia.

  "Mata anda gak buta kan?" jawab Vio ketus.

  "Vio, jaga nada bicara kamu. Dia itu Bunda kamu," tegur Fajar, ayah Vio.

  "Bunda Vio udah nggak ada, dan kalian yang udah buat Bunda Vio meninggal!" ucap Vio setengah berteriak.

  "Itu cuma masalalu Vio," elak sang Ayah.

"Lagian Bunda kamu yang salah, udah tau kita saling cinta, mau aja dulu dijodohin sama Mas Fajar," celetuk Lia.

  "Dasar iblis," umpat Vio kesal.

  "Jangan kurang ajar Vio! Dasar anak tidak tau diri," ucap Fajar.

  "Beruntung saya dan mas Fajar mau merawat kamu, kenapa kamu jadi pembangkang hah?" teriak Lia yang kemudian menjambak rambut Vio dengan kasar.

  Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Vio, siapa lagi pelakunya kalau bukan Fajar, ayah Vio.

  "Ini yang kalian sebut merawat hah?" tanya Vio tersenyum miring kemudian meninggalkan mereka dan menuju kamarnya di lantai atas.

  Vio memang sudah biasa diperlakukan seperti itu, ditampar, dijambak, atau bahkan dipukul.

  Dulu Fajar dan Lia saling mencintai, mereka berencana akan menikah beberapa bulan lagi, namun kedua orang tua Fajar telah menjodohkan Fajar dengan Mayang, Ibu kandung Vio.

  Mau tak mau Fajar harus menyetujui perjodohan itu demi menyelamatkan bisnisnya yang hampir kandas, hingga akhirnya Fajar menikah dengan Mayang dan dikaruniai seorang anak perempuan, yang tak lain adalah Violeta Adara La Lubis.

Selama satu tahun Lia menghilang, akhirnya ia muncul kembali dan berusaha masuk ke kehidupan mereka.

Selama itu pula Feri berselingkuh dengan Lia, bahkan terang-terangan dihadapan Mayang. Sejak saat itu Feri sering melakukan kekerasan Fisik terhadap Mayang maupun Vio.

  Fajar mempertahankan pernikahannya dengan Mayang hanya demi uang, karena keluarga Mayang memang sangat kaya. Hal itu dimanfaatkan oleh Fajar dan Lia.

  Hingga pada suatu hari Mayang sakit keras, Feri dan Lia bahkan tidak peduli sama sekali. Vio merawat Ibunya sendirian, sampai terdengar kabar bahwa Mayang telah meninggal dunia.

  Hari itu dunia Vio benar-benar hancur, setelah kejadian itu, Fajar langsung menikahi Lia. Dan dunia Vio semakin hancur berantakan.

  Ia bahkan sampai depresi dan menderita penyakit mental sampai saat ini. Setiap hari ia selalu mendapat kekerasan Fisik dari Ibu tirinya maupun Ayah kandungnya sendiri.

  "Kalo bisa milih, gue bahkan gak mau dilahirkan di dunia ini," gumam Vio.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang