Part 12

35K 1.9K 3
                                    


Seorang gadis cantik tengah berjalan melewati koridor sekolah yang masih terbilang sepi dan hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang, itupun siswa yang tergolong sangat teladan, karena memang masih sangat pagi.

Gadis itu berangkat lebih awal, tidak seperti biasanya yang selalu telat. Ia hanya ingin menghindari pertengkaran dengan orangtuanya, itulah alasannya ia meninggalkan rumah sebelum terjadi keributan.

Sesampainya di kelas, ia langsung menelungkupkan wajahnya pada lipatan kedua tangannya yang ia gunakan sebagai bantalan untuk tidur.

Ia bahkan tidak peduli dengan kelas yang semakin ramai, karena kedatangan siswa-siswi yang lain.

-----------------------

"Aku anterin kamu sampe ke kelas ya," pinta Galen.

"Ya udah, ayo!" ajak Sella seraya tersenyum manis.

Galen menggandeng tangan Sella, mereka berjalan melewati koridor yang sudah mulai ramai, banyak pasang mata yang menatap kearah mereka berdua.

Ada yang menatap dengan tatapan iri, kagum, juga bisik-bisik dari para siswa lainnya.

"Makasih ya udah nganterin sampe depan kelas," ucap Sella.

"Aku ke kelas ya," pamit Galen, sebelum pergi ia mengedarkan pandangannya menatap ke dalam kelas melalui jendela.

Tatapan Galen tertuju pada seorang gadis yang tengah tertidur dengan tenang, meskipun suasana kelas sudah ramai, sebelum akhirnya ia pergi menuju ke kelasnya.

"Woy Sella," teriak Dina yang baru saja datang.

"Masih pagi udah mesra-mesraan aja," ucap Dina menggoda Sella setelah kepergian Galen.

"Kamu baru dateng?" tanya Sella.

"Iya nih, untung aja gak sampe telat. Kalo gue telat kan berabe, bisa dihukum," ucap Dina.

"Buruan yuk masuk, jam pertama kan Pak Botak. Nanti dia bisa ngomel kalo kita masih di luar," sambung Dina.

"Namanya Pak Hari Din, bukan Pak Botak," ralat Sella.

Mereka berduapun masuk ke kelas yang sudah sangat ramai, karena jam pelajaran sebentar lagi akan dimulai.

"Loh, Vio udah disini, kesambet apaan nih anak, biasanya juga dia telat terus," Dina terkejut melihat Vio yang sudah berada di kelas, tidak seperti biasanya.

"Ya bagus dong Din, jadinya Vio gak dihukum karena telat," sahut Sella.

"Ya aneh aja Sel, iya gak si?" gumam Dina.

"Aneh memang, dia berangkat lebih awal dari gue, padahal gue berangkat pagi banget dari rumah," celetuk Citra.

"What? Gak nyangka gue," ucap Dina terheran-heran.

"Vio tidur udah dari tadi Cit?" tanya Sella.

"Pas gue dateng si, Vio udah tidur," ujar Citra. Padahal Citra selalu berangkat lebih awal dari siswa lainnya, karena dia termasuk siswa teladan.

Tetttttt! Tetttttt!
Bel tanda masuk berbunyi, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing

Kelas yang tadinya ramai, mendadak langsung tenang karena kedatangan Pak Hari, guru yang terkenal tegas kan galak oleh kalangan siswa dan siswi.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Hari tegas.

"Pagi Pak," jawab mereka serempak.

"Sebelum saya memulai pelajaran, kita kedatangan murid baru, silahkan masuk!" Pak Hari mempersilahkan cowok itu untuk memasuki kelas.

Seketika kelas yang tadinya tenang, berubah menjadi ramai karena kedatangan murid baru itu, banyak yang berbisik-bisik bahkan terang-terangan memuji cowok itu.

Bagaimana tidak, cowok yang berada di depan kelas saat ini termasuk cowok yang tampan, dengan tinggi diatas rata-rata, juga saat ia tersenyum tipis yang membuat banyak orang meleleh, terutama kaum hawa, meskipun tampilannya seperti badboy.

"Semuanya tolong diam! Ayo perkenalkan diri kamu," ucap Pak Hari.

"Nama saya Daffa Axelio, saya pindahan dari New York," ucap cowok itu dengan nada datarnya.

"Gans banget,"

"Pantesan glow up, dari NY ternyata,"

"Auranya wow banget,"

"Cogan nih"

"Tatapannya serem,"

"Dingin banget, kek Vio,"

"Ini mah Vio versi cowok,"

"Duh, terpesona gue,"

Kira-kira begitulah celotehan siswa-siswi yang berada di kelas tersebut, bahkan Dina sampai terpana, lain halnya dengan Vio yang masih terlelap di alam mimpinya.

"Baik Daffa, kamu bisa duduk di kursi yang kosong," ucap Pak Hari.

Daffa mengedarkan pandangannya ke seisi kelas untuk mencari kursi yang kosong.

Pandangannya tertuju pada kursi yang berada di sebelah gadis yang tengah tertidur, kemudian ia menghampiri tempat tersebut.

Daffa mendudukkan dirinya disamping Vio, bahkan gadis itu tidak sadar akan kehadirannya, karena ia masih terlelap.

"Saya dan Guru yang lainnya akan ada rapat sebentar lagi, jadi kalian kerjakan halaman 36-40, nanti di kumpulin ke meja Bapak,"

"Jangan ada yang keluar kelas! Yang tidak mengerjakan tugas, akan bapak hukum seperti biasa. Mengerti?" ucap Pak Hari tegas.

"Mengerti Pak!" jawab mereka serempak.

--------------------

"Guru-guru pada rapat, kenapa kita gak dipulangin aja ya?" tanya Justin yang saat ini tengah bermain game dengan ponselnya.

"Gak papa Jus, yang penting gak ada guru," sahut Fahri.

"Lumayan lah, kita bisa mabar," ucap Justin.

"Ho-oh, daripada di rumah kan suntuk juga," timpal Fahri.

"Kalo tiap hari gini mah seneng ya," ujar Justin yang dibalas anggukan kepala oleh Fahri.

"Seneng pala lo berdua? Kerjain nih tugas Matematika lima halaman," celetuk Galen yang membuat kedua sahabatnya berhenti memainkan ponselnya dan menatap kearah Galen.

"Kok gue gak tau kalo ada tugas?" protes Justin.

"Makannya kalo ada guru yang lagi ngomong itu didengerin!" ucap Galen.

"Lo berdua kan cuma denger pas rapat gurunya doang, tapi gak dengerin tugasnya," ejek Galen.

"Yah, pantesan anak-anak yang lain sibuk amat, ternyata lagi ngerjain tugas," ucap Fahri.

"Sial, ini mah sama aja bohong," umpat Justin kesal karena gagal
mabar.

"Mereka pada ngomongin apaan?" tanya Galen menatap gerombolan siswi yang tengah mengerjakan tugas seraya bergosip.

"Woy Lia, pada ngomongin apaan si?" tanya Justin.

"Kita semua itu lagi ngomongin anak baru dikelas sebelah. Gila, Gans banget," sahut Lia antusias.

"Cih, paling gantengan gue daripada dia," ucap Justin.

"Lo mah gak bisa kalo dibandingin sama dia," ujar yang lainnya.

"Ya iya lah, kan sama gantengnya, bahkan lebih gantengan gue pasti," ucap Justin dengan penuh percaya diri.

"Bukan itu maksudnya, lo gak bisa dibandingin sama dia itu karena beda jauh banget, lo kan buluk, sedangkan dia ganteng banget, duh, ibarat gue bandingin berlian sama batu kerikil," ujar Lia yang membuat seisi kelas tertawa, tak terkecuali Galen dan Fahri.

"Anak baru aja songong amat, awas aja kalo ketemu. Gue jadi penasaran gimana mukanya, enak aja Lia ngomong begitu ke gue," gumam Justin.

"Lo berdua juga ngapain ikutan ketawain gue hah?" Kesal Justin menatap kedua sahabatnya yang tertawa puas.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang