Vio mengerjapkan matanya beberapa kali, ia berusaha menyesuaikan pandangannya dengan cahaya yang ada di ruangan itu.Ia baru sadar jika saat ini ia tidak sedang berada di kamarnya, ia berusaha mengingat kejadian sebelumnya.
Ia teringat saat ia hampir saja tertabrak mobil, dan bertemu Galen di jalan, setelah itu ia tak ingat apapun karena ia pingsan.
Klek!
Suara pintu kamar terbuka menampilkan seorang cowok yang ia sukai, namun akhir-akhir ini ia hindari, siapa lagi kalau bukan Galen."Lo udah bangun? Sorry, gue bawa lo ke rumah, soalnya gue bingung harus gimana," ucap Galen, sedangkan Vio hanya diam memegangi keningnya yang sudah diperban.
"Bunda nyuruh gue manggil lo buat makan malam. Cepetan, gue udah laper!" sambung Galen.
Galen berjalan menuruni anak tangga diikuti oleh Vio dibelakangnya. Terlihat di meja makan sudah ada Sari dan Lukman yang sepertinya tengah menunggu mereka, dan di meja makan sudah tersaji banyak makanan.
"Vio, duduk dulu sini, kita makan malam bareng ya," ucap Sari mengajak Vio agar duduk disebelahnya.
Mau tak mau Vio duduk disamping Sari, asedangkan Galen duduk didepannya bersebelahan dengan Ayah Galen.
"Kamu sudah mendingan kan? Kalau masih ada yang sakit, kita bisa ke rumah sakit," ucap Sari yang nampak sangat khawatir, sedangkan Vio membalas dengan anggukan.
Vio merasa canggung berada di situasi seperti ini, ia bingung harus bersikap bagaimana, terlebih lagi ia bersama dengan Galen dan juga keluarga.
"Kamu kenapa Vio, kok diem aja?" tanya Sari.
"Muka kamu juga pucet, kamu beneran nggak mau ke rumah sakit aja?" timpal Lukman.
Vio hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Dia emang gitu kali Bun, Yah. Sikapnya dingin kek es batu dan mukanya datar kek triplek," ucap Galen sejujurnya.
"Kamu ini jangan asal ngomong Gala, Bunda yakin, pasti Vio itu lebih cantik daripada pacar kamu," ucap Sari.
"Nah, Ayah setuju tuh," timpal Lukman.
"Kamu itu kalau belum kenal seseorang lebih dekat, jangan suka menyimpulkan sendiri, kadang apa yang orang lain lihat, belum tentu sesuai dengan kebenaran." ucap Sari berusaha menasehati Gala.
"Sini Bunda ambilin makannya," ucap Sari seraya mengambil nasi dan lauk secukupnya untuk Vio.
"Gala juga mau diambilin makan dong Bun," ucap Gala menyodorkan piring kearah sang Bunda.
"Kamu sudah besar Gala, ambil sendiri dong, Vio kan masih sakit," ucap Sari sebelum menyendokan makanan ke mulutnya.
Vio merasa sangat senang bisa berada di keluarga ini. Meskipun hanya sebentar, ia merasakan kehangatan, juga kebersamaan yang belum pernah ia rasakan sama sekali. Bahkan rasanya ia tidak ingin meninggalkan tempat ini.
"Vio boleh nginep disini?" tanya Vio ragu-ragu seraya menundukkan kepalanya.
"Nggak bo-"
"Boleh dong, Bunda malah seneng kalo kamu nginep disini, lagian ini juga udah malem," ucap Sari memotong jawaban Galen.
"Kamu bisa tidur di kamar Gala, nanti biar Gala tidur di sofa aja," sambung Sari.
"Loh, gak bisa gitu dong Bun. Gala kan gak bisa kalo tidur di sofa," protes Galen.
"Rasain tuh," ucap Lukman.
-------------------------
Galen sebenarnya bingung, entah ada apa dengan gadis itu, ia merasa ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu.
Dari mulai kejadian saat di ruang BK, dan kejadian hari ini. Apa mungkin ini semua ada hubungannya dengan keluarganya. Ia semakin penasaran dengan kehidupan gadis itu yang sesungguhnya. Seketika ia ingat perkataan Fahri dan juga Justin.
"Menurut kalian, penyebab Vio kayak gitu kenapa ya?" tanya Galen.
"Masalah keluarga mungkin, atau masalah cinta, atau mungkin karena faktor ekonomi juga bisa," sahut Fahri.
"Vio kan orang kaya ogeb, gak kayak lo," celetuk Justin.
"Ia juga ya, berarti antara opsi pertama atau opsi kedua mungkin," ujar Fahri.
"Apa bener Vio punya masalah seberat itu?" batin Galen.
"Terus luka itu?" tanya Galen pada dirinya sendiri.
"Ah, bisa stres gue lama-lama," Galen mengacak-acak rambutnya frustasi.
------------------------
Pagi ini Galen sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia menatap dirinya dipantulkan cermin yang ada di kamarnya. Seperti biasa Galen selaku tampil rapi, karena jabatannya sebagai ketua OSIS.
Ia menatap seorang gadis yang masih tertidur pulas di kasur kesayangannya, seraya memeluk guling.
Semalaman Galen tidak bisa tidur karena ia harus tidur di sofa yang berada ruang tengah, sementara gadis itu tidur nyenyak, bahkan sampai jam segini belum bangun juga."Bangun woy!" ucap Galen seraya menggoyangkan tubuh Vio perlahan, namun tidak ada pergerakan sama sekali dari sang empu.
"Vio, bangun!" ucap Galen setengah berteriak, sehingga membuat Vio terbangun dari tidurnya.
"Bunda nyuruh gue buat bangunin lo sarapan, gue tunggu di bawah," ucap Galen yang kemudian meninggalkan Vio yang masih duduk di tempat tidur.
Vio segera bangkit dan membereskan tempat tidur Galen yang baru saja ia tempati. Ia mencuci muka sebentar kemudian turun ke bawah menyusul Galen.
"Loh Vio, kamu nggak sekolah hari ini?" tanya Sari, namun hanya dibalas gelengan kepala oleh Vio.
"Kamu nggak bawa seragam ya? Atau mau Gala anterin ke rumah kamu dulu, biar nanti berangkat bareng sekalian," sambung Sari.
"Vio diskors Bun," bukan Vio yang menjawab, melainkan Galen.
"Kamu ada masalah di sekolah?" tanya Sari hati-hati.
"Dia diskors gara-gara belain pacar Gala Bun, hehe," ucap Galen cengengesan.
Galen memang selalu jujur terhadap Bundanya, ia bahkan tidak pernah berbohong perihal apapun.
"Makannya cari pacar tuh yang bisa jaga diri, jaga diri sendiri aja gak bisa, apalagi jagain kamu," celetuk Lukman.
"Maafin Gala ya, kamu jadi kena masalah," ucap Sari mengelus pucuk kepala Vio.
"Sella juga sahabat Vio," sahut Vio masih dengan ekspresi datarnya.
"Ya sudah, kamu disini aja bantuin Bunda ya," pinta Sari.
"Loh, bukannya dia harus pulang sekarang ya Bun?" tanya Galen.
"Bukan urusan kamu, Bunda ini masih mau bareng sama anak gadis Bunda," ucap Sari.
"Ayah juga mau ajak Vio main catur nanti, sana kamu berangkat aja ke sekolah," usir Lukman.
"Mulai lagi gue gak dianggap," gumam Galen.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLETTA (Triangle Love)
Ficção Adolescente'Kesalahan terbesarku adalah menyimpan rasa terhadap kekasih sahabatku sendiri'~Violetta Adara La Lubis Update setiap hari😊