Part 23

28.8K 1.8K 28
                                    

Setelah beberapa hari, kondisi gadis itu sudah mulai membaik, ia juga bisa beraktivitas seperti biasa karena lukanya memang sudah mulai mengering.

Pagi ini ia sudah berada di rumah pohon. Tempat ini terawat dengan baik karena Vio memang merawatnya sejak ia balik ke Indonesia dulu.

Ia selalu menyendiri di tempat itu, bahkan ia sering kabur ke sana saat ia bertengkar dengan orang tuanya.

"Apa lo lupa tempat ini? Apa Lo juga udah lupain gue?" batin Vio.

Vio menaiki tangga menuju rumah pohon tersebut, namun baru saja ia menapakkan kakinya, terdengar suara beberapa orang yang mendekat, hal itupun membuat Vio langsung lari dan bersembunyi dibalik salah satu pohon yang berada disana.

----------------------

"Lo yakin Gal disini tempatnya?" tanya Justin.

"Gue yakin, gue masih inget," sahut Galen.

"Sepi amat," celetuk Fahri menatap sekeliling.

"Nah, kita udah sampai, tuh dia rumah pohonnya," ucap Galen menunjuk rumah pohon yang terlihat dari bawah.

"Kok rumah pohonnya masih bagus kek dulu ya?" gumam Galen.

"Wow, bunganya bagus-bagus banget," ucap Justin menatap deretan tanaman bunga yang tertata rapi.

"Gue rasa Princess lo yang ngerawat ini semua, kan lo bilang kalo jarang ada orang yang tau tempat ini," ujar Fahri.

"Letta?" lirih Galen yang kemudian langsung menaiki rumah pohon tersebut diikuti oleh kedua sahabatnya.

Saat sampai diatas, Galen menatap sekelilingnya yang terdapat banyak catatan kecil yang ditempel di pagar rumah pohon tersebut.

Ia membaca satu persatu catatan yang memang Vio yang menuliskannya. Vio bahkan tidak menyangka Galen akan datang ke tempat itu.

"Alone, alone, alone, i miss u, i need u, hurt, stay alone, do you forget me?" Galen membaca satu persatu note kecil yang menempel di kayu.

Vio memilih untuk beranjak dari tempat ia bersembunyi, namun sayangnya ia menginjak botol air mineral yang sudah kosong, sehingga suaranya terdengar oleh ketiga cowok itu.

Mereka menatap ke bawah, disana terlihat seorang gadis dengan hoodie berwarna putih dengan celana panjang, dengan rambut yang ia ikat kucir kuda, tengah berdiri dibawah  membelakangi mereka.

"Woy berhenti disitu," teriak Justin.

"Cepet kita turun!" perintah Galen.

Mereka turun berniat mengejar gadis itu, namun Vio sudah berhasil melarikan diri terlebih dahulu.

"Gue yakin dia itu orang yang lo cari Gal," ucap Justin.

"Gue juga mikir gitu, tapi kenapa dia lari ya?" tanya Fahri bingung.

"Apa mungkin itu beneran lo? Kenapa lo hindari gue? Gue salah apa?" batin Galen bertanya pada dirinya sendiri.

"Maaf Gal gue harus hindari lo, gue belum siap kalo lo tau yang sesungguhnya, gue takut nanti hubungan lo sama Sella jadi renggang cuma gara-gara gue," batin Vio.

"Dia pasti sangat menderita selama ini," ucap Galen yang membuat kedua sahabatnya menoleh kearahnya.

"Dulu semenjak Ibunya meninggal, dia tinggal bareng bokap dan Ibu tirinya. Dari dulu mereka bahkan gak pernah peduli sama Letta, dulu saat kita masih kecil,  dia gak pernah dapet kasih sayang dari seorang Ayah, dia bahkan sering dapet kekerasan fisik, dan gue selalu berusaha buat belain dia. Gue yakin, dia belum siap buat ketemu gue, tapi gue akan terus cari dia sampai ketemu," ucap Galen panjang lebar.

"Gue juga bakal bantu, siapa tau dia satu sekolah sama kita," sahut Justin.

"Besok kita mulai cari di sekolah," ujar Fahri.

"Kalian jangan ngomong tentang ini ke siapapun, termasuk Sella," ucap Galen memperingatkan dan dibalas anggukan kepala oleh kedua sahabatnya.

-------------------------

"Kenapa kamu ngajak aku kesini Gal?" tanya Sella.

"Gak papa Sell, cuma pengen ketemu kamu aja," sahut Galen seraya tersenyum lebar.

"Kamu sayang sama aku kan Gal?" tanya Sella serius.

"Sebenernya-,"

"Kamu nggak perlu jawab, aku tahu kok kalo kamu pasti sayang banget sama aku, kamu nggak mau kehilangan aku kan Gal? Aku seneng banget bisa sama kamu Gal, aku harap kamu nggak akan pernah ninggalin aku," ucap Sella panjang lebar memotong ucapan Galen.

"Ah, iya," sahut Galen.

"Sebenernya gue mau jujur, kalo gue itu belum bisa suka sama lo Sell, cuma ada satu gadis di hati gue, tapi itu bukan lo, gue bahkan udah berusaha buat ngebuka hati gue buat lo, tapi gue belum bisa," batin Galen.

  "Nanti temenin aku ke mall ya Gal," pinta Sella.

"Iya Sell," sahut Galen.

Sella memang akhir-akhir ini sering mengajak Galen ke mall, gadis itu bahkan sering ke salon, dan tentunya bersama dengan Galen.

Bahkan Galen baru tahu jika gadis itu menyukai hal-hal seperti itu, Galen tak masalah jika Sella menggunakan uangnya, hanya saja ia tidak menyukai gadis yang secara terang-terangan meminta kepadanya, ia lebih suka memberi karena memang kemauannya sendiri.

Setelah mengantarkan Sella pulang ke rumah, Galen melajukan mobilnya kembali ke rumahnya, namun saat di tengah jalan, ia baru ingat jika jalan pulang menuju rumahnya melewati rumah Vio.

Entah kenapa cowok itu tiba-tiba ingin sekali mampir ke rumah gadis itu. Ia bahkan tidak tahu kenapa dengan dirinya sekarang.

Tok tok tok!
Galen mengetuk pintu rumah itu beberapa kali hingga akhirnya pintu itu terbuka menampilkan seorang gadis dengan kaos oversize polos berwarna violet, dengan celana hot pants yang hampir tidak terlihat karena ukuran kaosnya.

"Oh, hai," sapa Galen yang sedikit canggung.

"Nyari siapa?" tanya Vio to the point.

"Eh nggak kok, gue tadi habis nganterin Sella pulang, terus lewat rumah lo, sekalian mampir nggak papa kan?" tanya Galen kikuk.

Vio hanya mengerutkan keningnya bingung, kalaupun Galen baru saja kencan dengan Sella, kenapa juga ia harus mampir kesini. Padahal Galen tidak terlalu dekat dengan Vio.

  "Maksud gue, gue tadi haus banget, jadi gue mampir ke rumah lo," ucap Galen berbohong.

"Pacar lo nggak kasih lo minum?" tanya Vio seraya tersenyum miring, kemudian berlalu ke dapur mengambilkan minuman untuk Galen, sedangkan cowok itu mendudukkan dirinya di kursi yang berada di teras rumah Vio.

"Thanks," ucap Galen setelah meminum minuman yang Vio berikan.

"Btw, lo sendirian di rumah?" tanya Galen menatap sekeliling.

"Menurut lo?" ketus Vio.

"Btw, ini minuman favorit gue, kok lo tau si?" ucap Galen menunjukkan minuman yang Vio siapkan untuk Galen, namun Vio hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Ok, gue pamit. Makasih minumannya. Lain kali gue mampir lagi," ucap Galen dengan entengnya.

Galen mengacak-acak rambut Vio sebelum keluar dari rumah itu, sedangkan Vio masih mematung karena perlakuan Galen.

"Aneh" gumam Vio menatap kepergian cowok itu.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang