Part 11

35.6K 2.2K 21
                                    

Seperti biasa Galen selalu menjemput Sella terlebih dahulu sebelum ke sekolah. Mereka berangkat ke sekolah bersama-sama seperti biasanya.

"Gal, kamu mikirin apa, kok diem mulu dari tadi?" tanya Sella memecah keheningan, karena sedari tadi Galen hanya diam dan fokus menyetir, padahal pikirannya entah kemana.

"Gak mikirin apa-apa kok," elak Galen seraya tersenyum lebar.

"Vio kemana ya Gal, kok gak ada kabar dari kemaren. Padahal udah aku coba hubungin berkali-kali, tapi tetep aja gak bisa," ucap Sella.

"Kalo boleh tahu, emang Vio punya masalah apa ya?" tanya Galen mengalihkan pembicaraan.

"Aku gak tahu pasti, cuma setahu aku, Vio itu tinggal sama Ayah dan Ibu tirinya, tapi kayaknya mereka gak akur deh," ujar Sella.

"Gak akur gimana maksudnya?" tanya Galen lagi.

"Mungkin mereka ada masalah, bahkan aku yang udah berteman sama Vio sejak SMP aja hanya beberapa kali main ke rumah Vio, selalu aja ditolak sama Vio, kalo kita mau main kesana," ucap Sella.

"Setahu aku, orang tua Vio baik sih, tapi gak tahu kan aslinya gimana," ujar Sella. Seketika Galen teringat kejadian saat di ruang BK.

  "Kenapa kamu telepon saya hah? Saya lagi sibuk kerja,"

"Vio ada masalah di sekolah,"

  "Kamu itu selalu saja buat masalah, saya capek ngurusin kamu. Dasar anak tidak tahu diri, berhenti nyusahin saya dan urus saja urusanmu sendiri!"

"Kenapa Gal? Kok jadi nanya tentang Vio?" tanya Sella.

"Penasaran aja, hehe," sahut Galen diserahi cengiran khasnya.

-------------------

Vio masih termenung di kamar milik Galen, ia duduk di tempat tidur seraya menatap foto berukuran kecil yang selalu ia bawa kemanapun.

Disana terlihat foto seorang wanita cantik yang tengah tersenyum lebar, siapa lagi kalau bukan Ibu kandungnya.

Kemanapun Vio pergi, ia selalu membawa foto itu. Tanpa sadar air mata Vio jatuh dengan sendirinya, ia masih menatap sendu foto yang ada ditangannya, sampai ia tak sadar jika ada seseorang yang masuk.

Sari sudah mengetuk pintu kamar Galen selama beberapa kali, namun ia tak mendapat jawaban apapun, sehingga ia terpaksa membuka pintu kamar itu dengan pelan.

Ia melihat Vio yang tengah memegangi sebuah foto kecil, dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

Ia mendekat ke arah Vio, namun sepertinya gadis itu belum sadar akan kehadirannya.

"Vio, kenapa kamu nangis sayang?" ucap Sari yang kemudian mendudukkan dirinya disamping Vio.

"Loh, Mayang?" Sari nampak terkejut saat melihat foto yang ada ditangan Vio.

Vio menyadari ada yang menyebut nama Bundanya, ia menatap kesamping, ternyata ia tak sadar jika disampingnya sudah ada Sari, Ibunya Galen.

"Jadi kamu anak Mayang?" tanya Sari yang langsung memeluk Vio dengan erat.

"Loh, ada apa ini?" tanya Lukman yang baru saja datang, karena ia mencari Sari, dan ternyata istrinya sedang berada disana.

"Yah, ternyata Vio ini anak Mayang," ucap Sari yang membuat Lukman terkejut.

"Letta?" ucap Lukman yang membuat Vio terkejut, karena mereka ternyata mengenal Ibunya, bahkan mereka tahu nama panggilan Vio saat kecil.

"Kalian kenal Bunda?" tanya Vio lirih.

"Kamu lupa sama Bunda hm? Bunda yang selalu jagain kamu waktu kamu masih kecil," ujar Sari yang membuat Vio menyerngitkan alisnya pertanda bingung.

"Kamu juga lupa sama Ayah hm? Ah, saya lupa, kamu kan selalu panggil saya Om Gendut," ucap Lukman disertai kekehan kecil.

Vio berusaha mengingat kejadian di masa lalunya.

Flashback on.

"Bunda mau berangkat kerja ya sayang, kamu jangan nakal-nakal disini. Maaf  ya Sari, saya selalu nyusahin kamu," ucap Mayang.

"Gak papa, Saya seneng loh Letta tiap hari disini, jadinya Al gak kesepian lagi, kan ada temennya," sahut Sari.

"Ya sudah, Bunda berangkat ya sayang. Saya titip Letta ya Sari,"pamit Mayang.

"Hati-hati Bunda,"

"Ayo masuk sayang, Al udah nungguin kamu dari tadi loh," ucap Sari.

"Bunda Sari Roti,  Letta gak mau main sama Al lagi, kemarin Al ngambil boneka barbie Letta," adu Vio kecil kepada Sari

"Nanti kalo Al nakal lagi, Bunda bakal jewer telinganya. Ayo masuk, Al katanya mau kasih kamu hadiah loh, kemarin Al habis beli mainan, dia juga beliin buat Letta," ujar Sari.

"Pasti Om Gendut yang ajakin Al beli mainan. Letta pengen beli mainan sama Ayah Letta juga, tapi Ayah Letta selalu sibuk," lirih Vio kecil.

"Gak papa sayang, besok-besok kalo Om Gendut dan Al beli mainan lagi, Letta boleh ikut kok, nanti kita beli barbie yang banyak, okey!" ujar Sari mencoba membujuk Vio.

"Yeyy!" teriak Vio kecil kegirangan.

Flashback off!

"Bunda, hiks hiks," Vio memeluk Sari erat seraya menangis dipelukan Sari.

"Kenapa sayang? Bunda ada disini,"

"Letta kangen Bunda Mayang, hiks hiks. Letta nggak mau pulang, mereka terus nyakitin Letta, Letta mau disini aja hiks," Vio terus menangis sesegukan.

  "Mereka gak akan nyakitin kamu lagi, nanti Bunda suruh Al buat jagain Letta, sama kayak dulu," ucap Sari mengelus-elus pucuk kepala Vio dengan lembut.

"Kalau mereka macem-macem lagi sama kamu, Om yang bakalan maju buat adopsi kamu," ucap Lukman  antusias.

"Jadi, Galen itu Al?" lirih Vio.

"Iya sayang, apa dia juga belum tahu?" tanya Sari yang mendapat gelengan kepala dari Vio.

Mayang dan Sari memang bersahabat sejak mereka SMA, keduanya begitu dekat, bahkan hingga mereka menikah dan memiliki keluarga masing-masing, mereka tetap dekat.

Rumah mereka yang bersebelahan membuat keduanya selalu bersama, bahkan Sari dan Lukman tahu betul penderitaan yang Mayang dan Vio rasakan.

Mayang setiap hari harus mengurus perusahaannya, sedangkan Fajar suaminya, ia malah sibuk dengan perempuan lain.

Setiap hari Vio selalu dititipkan ke rumah Sari, karena Sari merupakan Ibu rumah tangga, hal itu yang membuat Vio dan Galen sangat dekat sejak kecil.

Namun saat Mayang meninggal dunia, Vio terpaksa harus ikut dengan Ayah dan Ibu tirinya, karena saat itu ia masih kecil.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang