Part 47

13.7K 676 19
                                    


  Pagi ini Vio datang ke sekolah seperti biasa, ia datang menggunakan taksi. Namun sialnya gerbang sekolah sudah ditutup, yang menandakan bahwa jam pelajaran akan segera dimulai.

Baginya ini bukanlah pertama kalinya ia terlambat kesekolah, karena ia sudah terbiasa akan hal itu.

Ia berjalan ke belakang sekolah, hal ini tentu sudah biasa ia lakukan jika ia terlambat, ia akan memanjat gerbang belakang sekolah, meski gerbang itu cukup tinggi.

Jika ia tidak ketahuan sang ketua OSIS, tentu ia akan selamat, tetapi jika Galen sampai tahu, tentu ia akan berakhir ditangan cowok itu dan akan mendapatkan hukuman.

Ia menatap gerbang itu cukup lama, sebelum memanjatnya, ia terlebih dulu melihat-lihat keadaan sekitar berharap tidak ada yang melihatnya.

Dengan kemampuannya yang sudah terlatih, ia berhasil memanjat gerbang itu sampai atas. Saat sampai diatas ia merasakan angin berhembus menerpa wajahnya, yang membuat rambutnya sedikit berantakan. Tanpa sadar ia memejamkan matanya menikmati hembusan angin itu sampai tidak sadar jika sang ketos sudah berada dibawah gadis itu seraya menatap Vio lekat dengan tatapan datar.

"Telat lagi lo?" tanya Galen tiba-tiba yang membuat Vio terkejut dan tanpa sadar melepaskan pegangannya hingga akhirnya gadis itu jatuh tersungkur kedepan.

Galen yang melihat itu tidak bisa menahan tawanya. Ia membantu gadis itu berdiri, namun tetap mentertawakannya.

"Gue pikir lo nggak berangkat karna patah hati, nyali lo gede juga ternyata," ujar Galen seolah menyindir masalah Daffa.

"Gue pikir lo pinter, ternyata lo bego!" sahut Vio seraya tersenyum miring.

"Maksud lo apa?" tanya Galen yang kesal karena ucapan Vio.

"Lo Bego Gal, sampe gak bisa bedain warna ungu sama warna pink,"ujar Vio yang membuat Galen bingung dibuatnya.

"Lo pikir gue buta warna? Aneh lo!," ejek Galen.

Vio hanya mengedikan bahunya acuh tanpa menjawab ucapan Galen. Hal itu membuat Galen menarik tangan Vio dan membawa gadis itu menuju lapangan.

Di lapangan sepertinya kelas lain tengah melaksanakan pelajaran olahraga. Hal itu membuat Galen dan Vio menjadi pusat perhatian.

"Lari keliling lapangan 5 kali," titah Galen yang membuat gadis itu menatap datar kearahnya.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Vio langsung mulai berlari memutari lapangan.

Tanpa Vio sadari, ada seorang cowok yang sedari tadi memperhatikannya. Cowok itu adalah Leo dan juga sahabatnya.

"Itu bukannya cewek yang waktu itu dihukum bareng kita ya?" tanya Fino kepada leo dan dibalas anggukan kepala oleh Leo.

Sementara dikelas Vio, pelajaran sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu.

Citra dan Dina sesekali menatap kearah jendela menantikan kedatangan Vio, namun gadis itu belum juga datang.

Daffa menatap kursi yang berada disampingnya dengan lekat, ia berharap gadis itu datang ke sekolah dan menjelaskan alasannya tidak datang semalam.

Ia kecewa dengan gadis itu, karenanya ia terpaksa menjalani hubungan yang serius dengan Sella, orang yang bahkan sama sekali tidak ia sukai.

Sementara itu, Sella nampak tidak peduli, ada atau tidaknya Vio. Dalam hatinya ia bahkan merasa sangat senang karena bisa merebut Daffa dari Vio.

Ia merasa menang sekarang, bahkan dipikirannya, Vio mungkin akan sangat tertekan akan hal itu.

Pak Botak alias Pak Hadi tengah menjelaskan materi pelajaran didepan dengan tegas, hingga membuat seisi kelas mau tak mau memperhatikan penjelasan guru itu, karena guru itu terkenal killer.

Tok tok tok!
Suara pintu kelas diketuk oleh seseorang dari luar, yang membuat Pak Hadi menghentikan penjelasannya dan bergegas membuka pintu itu.

Dilihatnya seorang ketua OSIS bersama dengan seorang gadis yang kini tampilannya sudah sangat berantakan, dengan seragam yang tidak dimasukan dan keringat yang cukup banyak.

"Permisi Pak, saya mau mengantarkan Vio ke kelas, tadi dia terlambat dan baru saja selesai menjalankan hukumannya, jadi saya antarkan ke kelas, agar tidak kabur atau membolos," ujar Galen to the point.

"Baik Galen, terimakasih," sahut Pak Hadi.

"Vio, masuk ke kelas!" titah Pak Hadi dengan tegas.

Vio bergegas menuju tempat duduknya disamping Daffa seperti biasa. Pak Hadi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah anak didiknya yang satu ini.

  "Lo baik-baik aja kan Vi?" tanya Dina yang dibalas anggukan kepala oleh Vio.

"Lo patah hati kan lihst gue sama Daffa?" tanya Sella to the point yang membuat Dina menatap sinis kearahnya.

Vio menatap kearah Daffa dan cowok itu juga ternyata tengah menatapnya. Vio hanya tersenyum miring menanggapi ucapan Sella. Hal itu tentu membuat Sella sekalin kesal.

"Inget ya Vi, Daffa sekarang udah jadi milik gue, jadi jangan rebut dia dari gue, kalo bisa kalian akhiri hubungan kalian sekarang juga," ujar Sella dengan suara lirih namun masih bisa didengar oleh Vio.

Vio menatap Daffa lekat. Pandangan mereka bertemu, namun Daffa tidak berani mengucapakna apapun. Antara kecewa dan bingung itulah yang Daffa rasakan saat ini.

"Kita putus," ucap Vio lirih dengan raut wajah datarnya.

Sella yang mendengar itu tersenyum lebar, sementara Dina membulatkan matanya tak percaya.

"Apa-apaan nih?" tanya Dina yang tidak terima.

"Oke," sahut Daffa singkat yang membuat Vio menghembuskan nafasnya kasar.

Jantungnya terasa berdetak lebih cepat, ia tak menyangka jika Daffa akan begitu mudah menyetujuinya, padahal Daffa yang dulu berjuang begitu keras untuk mereka bisa bersama.

"Baik anak-anak, sekarang kalian kerjakan halaman 110, soal nonor satu samapai 20. Nanti seperti biasa ditumpuk di meja Bapak ya Citra," ujar Pak Hadi kepada Citra sang Ketua Kelas.

"I-iya Pak," sahut Citra sedikit gugup karena sedari tadi ia tidak fokus.

Vio menatap kedepan dengan tatapan kosong. Akhir-akhir ia merasa begitu lelahh, entah itu fisik juga batinnya.

Setelah kepergian Pak Hadi, Citra yang sejak tadi sedikit mendengar ucapan mereka ia tak tinggal diam. Ia mendekati meja yang Daffa dan Vio tempati.

"Kalian berdua kenapa sih? Kalau ada masalah tuh harusnya dibicarakan baik-baik, bukan malah gini," omel Citra kepada keduanya.

Keduanya hanya saling tatap, kemudian mengalihkan pandangan mereka.

"Gue nggak mau ngerusak hubungan orang," sahut Vio.

"Yang ngerusak hubungan orang itu Sella, bukan Lo," ujar Citra.

Vio hanya mengedikkan bahunya acuh pertanda ia tak peduli. Ia berharap Daffa akan menjelaskan semuanya tentang ia dan juga Sella, namun nihil, cowok itu bahkan tidak bicara apapun.

Sementara itu Daffa berharap Vio akan menjelaskan alasannya tidak datang, namun sepertinya mereka tetap bertahan pada keegoisannya masing-mading. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Next nggak nih??

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang