"Kalo lo nggak mau lepasin dia, setidaknya lo harus bisa perjuangin dia!"
Perkataan Daffa seolah terus berputar-putar di kepala gadis itu, bahkan saat ini Vio tengah berjalan menuju halte untuk menunggu bus ke sekolahnya, ia masih terus memikirkan hal itu.
Tin tin!
Suara klakson motor mengagetkan Vio dari pikirannya, ia membalikkan badannya menatap sang pengendara motor tersebut yang telah berhenti.Wajah pengendara motor tersebut tertutupi oleh helm full face nya, sehingga Vio tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang itu, namun seragam yang ia kenakan sama seperti milik Vio, yang berarti mereka satu sekolah.
"Buruan naik!" ucap orang itu, namun tak mendapat balasan dari Vio, sehingga ia membuka helmnya dan menampakkan wajah tampannya.
"Lo mau telat? Ya udah, gue tinggal!" ucap Daffa yang kemudian memakai kembali helm full face nya.
Vio yang mendengar itu segera menaiki motor Daffa tanpa mengatakan apapun. Ia memakai helm yang Daffa berikan, kemudian Daffa melajukan motornya menuju ke sekolah.
Daffa menarik tangan Vio agar gadis itu pegangan pada perutnya, sedangkan Vio ingin menarik kembali kedua tangannya, namun ditahan oleh Daffa.
"Diem dan turuti semua kemauan gue, kalo lo nggak mau semua orang tau tentang perasaan lo, terutama Vian, Sella dan Galen," ucap Daffa memperingati Vio.
Mau tak mau Vio pasrah dengan ucapan Daffa karena memang ia belum siap jika perasaannya diketahui oleh banyak orang.
"Good girl!" gumam Daffa, melirik Vio melalui kaca spion dengan tersenyum simpul.
Daffa melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, karena memang hari sudah semakin siang dan sebentar lagi pasti gerbang sudah ditutup.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di parkiran sekolah. Banyak pasang mata yang menatap kearah mereka, tak terkecuali Galen dan Sella yang saat ini masih berada di parkiran sekolah, karena memabg mereka baru saja sampai.
Daffa melepas helmnya dan beralih melepaskan helm yang Vio kenakan, kemudian membetulkan rambut Vio yang sedikit berantakan. Hal itupun tak luput dari pandangan semua orang yang berada disana, juga siswa-siswi yang baru saja datang.
"Itu Daffa sama Vio kok bisa bareng ya?"
"Mereka pacaran?"
"So sweet banget,"
"Mereka cocok si,"
"Cantikan juga gue,"
"Gue patah hati,"
Kira-kira begitulah celotehan para kaum hawa yang melihat kedekatan mereka, bahkan Daffa menggandeng tangan Vio menuju ke kelas melewati Sella dan Galen yang tengah menatap mereka.
"Shit! Kenapa gue gak suka lihat kedekatan mereka?" batin Galen.
"Mereka cocok ya," celetuk Dina yang baru saja datang entah dari mana, mengagetkan Galen dan Sella yang masih sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Ah, iya mereka cocok kok," sahut Sella.
"Daffa gans banget, gila." ucap Dina seraya tersenyum lebar menatap kepergian Daffa dan Vio.
"Ganteng apaan? Rambut acak-acakan kek begitu kok dibilang ganteng," protes Galen.
"Idih, mulai lagi lo," ujar Dina.
"Kamu juga ganteng kok Gal," ucap Sella seraya tersenyum manis kearah Galen.
"Ganteng banget, kek orang utan, hahaa" ejek Dina yang langsung lari setelah membuat Galen kesal.
"Sialan lo Din!" umpat Galen.
--------------------------
Saat ini Daffa dan Vio tengah berada di lapangan olahraga, bersama dengan teman sekelasnya. Disana juga ada Galen dan juga teman sekelasnya, karena memang jam olahraga mereka bersamaan.
Daffa dan Vio kini menjadi tontonan murid lainnya karena mereka berdua tengah asyik bermain basket bersama tanpa menghiraukan orang lain yang berada disana.
Dikarenakan guru olahraga sedang berhalangan hadir, maka sebagian siswa ada yang bermain bola, bermain voly atau permainan lainnya dan sebagian lagi hanya duduk menjadi penonton.
Vio terus bermain basket bersama dengan Daffa, mereka nampak sangat bahagia, bahkan Vio sesekai tersenyum karena ulah Daffa.
Hal itupun tak luput dari pandangan orang-orang yang berada disana, bahkan mereka terkejut melihat perubahan Vio, karena sebelumnya gadis itu memang tidak pernah tersenyum, apalagi tertawa.
Kali ini Vio menunjukan senyumannya dengan sangat lebar. Ia bahkan tidak memperdulikan orang lain yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda.
"Gue seneng deh lihat Vio berubah kek gitu, dia juga udah mulai mau ngobrol, biasanya kan kalo ditanya jarang nyahut," ucap Dina yang masih memandangi Vio dari pinggir lapangan basket.
"Iya Din, gue juga seneng lihatnya," sahut Sella.
Tanpa Vio sadari, Galen masih terus memperhatikan gadis itu, bahkan Galen menatap Vio dengan intens. Ia juga mendengar banyak pujian yang dilontarkan untuk Vio, hal membuat Galen semakin kesal dibuatnya.
"Gue gak salah lihat? Itu beneran Vio kan?" tanya Justin tak percaya.
"Kok cantik banget kalo senyum ya?" celetuk Fahri.
"Gila, senyumannya manis banget," sahut yang lainnya.
"Gue baru sadar, kalo Vio itu aslinya cantik banget, bahkan cantiknya natural, cuma ketutup aja sama wajah datar dan sifat dinginnya," ujar Fahri.
"Ho-oh, kali ini gue setuju sama lo," timpal Justin.
"Pantes aja noh anak baru sampe kecantol," sahut cowok lainnya.
"Belum tentu juga Vio suka sama dia," celetuk Galen.
Daffa dan Vio menghentikan aktifitasnya sejenak, mereka duduk di bangku yang berada dipinggir lapangan basket dan meminum minuman yang sudah Daffa siapkan sebelum bermain basket.
Vio melanjutkan permainan basketnya, sementara Daffa masih duduk memperhatikan Vio yang tengah asyik dengan bola yang ia pegang.
"Vio berniat melemparkan bola tersebut kedalam ring, namun lemparannya meleset dan memantul sehingga bola tersebut mengarah ke seseorang, beruntung Galen langsung menangkap bola tersebut sehingga tidak terkena orang lain.
Galen menghampiri Vio ke tengah lapangan basket dengan membawa bola basket yang tadi ia tangkap. Ia terus mendekat, hingga kini mereka sudah berhadapan langsung dengan jarak yang lumayan dekat. Bahkan kini mereka kembali menjadi tontonan, karena banyak yang penasaran.
"Balikin!" pinta Vio dengan wajah datarnya.
"Ambil aja kalo lo bisa," ucap Galen.
Vio hanya tersenyum miring menatap Galen. Ia ingin mengambil bola itu, namun Galen menghindar, sehingga mau tak mau Vio berusaha untuk mendekat, namun Galen lebih dulu memasukkan bolanya kedalam ring.
"1-0," ucap Galen dengan bangganya.
"Buktiin kalo lo emang hebat!" ucap Vio seraya merebut bola basket yang berada ditangan Galen dan menggiringnya menuju ring.
Galen terdiam mendengar ucapan Vio, ia seperti pernah mendengar kata-kata yang serupa, ia terus berpikir akan hal itu hingga suara Vio mengagetkan lamunan Galen.
"1-1," ucap Vio dengan lantang.
Hal itu sontak membuat mereka yang menonton berteriak histeris menyoraki dua orang yang tengah berada ditengah lapangan basket tersebut, sementara disisi lain Daffa hanya diam dan tersenyum miring menatap mereka berdua.
![](https://img.wattpad.com/cover/278572857-288-k766412.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLETTA (Triangle Love)
Teen Fiction'Kesalahan terbesarku adalah menyimpan rasa terhadap kekasih sahabatku sendiri'~Violetta Adara La Lubis Update setiap hari😊