Part 30

29K 1.7K 46
                                    

"Dia nggak pernah ada niatan buat rebut Galen dari lo sama sekali Sell," ucap Daffa membela Vio.

"Apa buktinya hah?" bentak Sella yang sudah sangat emosi.

"Apa lo pernah lihat Vio deketin Galen? Apa dia pernah jelek-jelekin elo didepan Galen? Apa pernah dia ngelakuin sesuatu yang buat lo sama Galen jauh?" tanya Daffa yang sudah emosi.

"Gue tanya sekali lagi, apa Vio pernah berusaha buat rebut Galen dari lo hah?" bentak Daffa, sedangkan Sella hanya terdiam.

"Dia bahkan udah berusaha buat lupain Galen demi lo! Lo nggak tahu gimana perasaannya saat lo sama Galen terus-terusan berduaan didepan dia. Dia bahkan udah berusaha jadi sahabat yang baik buat lo Sell, dia kubur perasaanya buat Galen, dia berhenti perjuangin orang yang ia sayang, cuma demi lo!"

"Dia nggak mau kalo hubungan lo sama Galen rusak cuma karena perasaan dia. Dia bahkan selalu lindungi lo! Tapi apa balasannya hah?Saat Vio terpuruk karena suatu masalah, lo malah jauhin dia! Lo justru nggak belain sahabat lo sama sekali Sell. Apa itu yang lo sebut sahabat?" ujar Daffa panjang lebar yang mampu membungkam semua orang.

"Kita pergi dari sini," ucap Daffa seraya menggandeng pergelangan tangan Vio dan membawanya menuju rooftop.

"Sell, nggak seharusnya kamu ngomong gitu ke Vio, apa yang Daffa omongin ada benernnya juga," ujar Galen.

"Gue jadi ngerasa bersalah sama Vio, harusnya gue nggak ikutan jauhin dia," celetuk Dina.

"Bener apa kata Daffa, sahabat macam apa gue ini? Bahkan gue biarin Vio ngelewatin masalahnya sendirian," gumam Dina.

"Dah sadar lo?" tanya Justin.

"Mau gimanapun juga, gue tetep benci sama lo Vi," ujar Sella dalam hati.

"Gue yakin, Galen berubah juga gara-gara lo!" sambung Sella.

----------------------------

"Thanks Daff," ucap Vio saat mereka sudah berada di rooftop.

"Buat?" tanya Daffa bingung.

"Buat semuanya, lo selalu ada buat gue Daff, gue beruntung punya sahabat kek lo," sahut Vio seraya menatap kedepan.

"Gue tahu persis gimana rasanya diposisi lo, gimana rasanya suka sama seseorang, tapi kita cuma bisa diem," ujar Daffa.

"Karena gue?" tanya Vio seraya menatap Daffa serius.

"Gue nggak nyalahin lo sama sekali Vi, ini emang udah konsekuensinya dalam jatuh cinta, kita akan merasakan senang, sakit, atau bahkan patah hati. Itu udah jadi resiko jika kita jatuh cinta sama seseorang," ujar Daffa.

"Gue akan berusaha buka hati gue buat lo Daff," ucap Vio yang membuat Daffa menatap serius kearah gadis itu.

"Mungkin udah seharusnya buat gue bener-bener lupain Galen dan buka hati gue buat orang lain," sambung Vio lirih.

"Gue akan tunggu itu, gue akan tunggu sampe lo bener-bener siap buat nerima gue," sahut Daffa seraya tersenyum lebar.

"Gue akan bantu lo buat lupain Galen, mungkin itu akan membutuhkan waktu yang lama, tapi gue janji, gue akan selalu nunggu lo," sambung Daffa yang kini sudah memeluk erat Vio.

"Semoga ini keputusan yang tepat," batin Vio.

"Gue nggak mau hubungan mereka hancur gara-gara gue," sambung Vio.

"Gue yakin itu emang keputusan yang tepat buat mereka," ujar Citra.

"Semoga aja, gue nggak mau lihat Vio menderita lagi setelah ini," sahut Vian.

Mereka berdua memang mengikuti dua sejoli itu menuju ke rooftop, mereka bahkan mendengar semua percakapan antara Daffa dan Vio.

Hari demi hari berlalu, namun hubungan Vio dan Sella masih belum membaik.

Vio lebih sering bersama dengan Daffa, sedangkan Sella selalu bersama dengan Galen.

Dina sudah berusaha untuk meminta maaf kepada Vio, namun Sella sepertinya tidak ingin Vio kembali lagi bergabung bersamanya dan juga Dina.

Galen yang melihat kedekatan Vio dengan Daffa, ia merasa hatinya tidak rela, namun ia juga tidak mempunyai hak untuk melarang kedekatan mereka.

Setelah mengantarkan Sella pulang ke rumahnya, ia melanjutkan perjalannya menuju ke rumah, namun saat melewati rumah Vio, ia berhenti didepan rumah gadis itu.

"Shit, kenapa gue berhenti disini?" gumam Galen seraya bertanya pada dirinya sendiri.

"Turun nggak ya?" tanya Galen seraya berpikir.

"Ngapain juga gue turun," sambung Galen.

"Ah, tapi gue penasaran sama kondisi dia,"

"Sial, padahal baru aja ketemu di sekolah, kenapa gue jadi gini?" monolog Galen.

Galen turun dari mobilnya dan berniat akan mengetuk pintu rumah Vio, namun ia lebih dulu mendengar suara seperti seseorang yang tengah ribut.

"Vio, Ayah sudah pernah bilang sama kamu! Jangan pernah bawa-bawa Vian dalam masalah ini!" bentak Fajar.

"Pokoknya saya minta kamu buat jauhin Vian! Jangan pernah kamu pengaruhi anak saya agar dia mau membela kamu!" tekan Lia.

"Kenapa? Saya bahkan sangat senang saat pertama kali tahu jika Vian adalah kakak saya! Meskipun dia cuma sebatas kakak tiri buat saya, tapi dia jagain saya dengan baik, dia bahkan selalu perhatian sama saya,"

"Saat kalian tidak ada yang peduli dengan saya, cuma dia yang selalu ada buat saya! Kenapa kalian selalu berusaha buat jauhin saya dengan orang yang saya sayangi? Kenapa?"

"Saya bahkan tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari siapapun, termasuk ibu kandung saya sendiri. Apa belum puas kalian buat Bunda saya meninggal? Apa belum puas kalian selalu siksa saya? Apa belum puas kalian lihat saya menderita hah?"

"Saya bahkan tidak pernah ingin dilahirkan di dunia ini. Saya bahkan tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Apa gunanya kekayaan ini, rumah mewah, uang berlimpah, tapi didalamnya tidak ada cinta sama sekali,"

"Kalian pikir saya senang karena dapat semua warisan dari Bunda? Kalian pikir saya bahagia dengan itu? Kalian salah! Saya hanya ingin disayangi seperti anak-anak pada umumnya,"

"Jadi tolong! Jangan pernah paksa saya buat jauhin Vian, dia sangat berarti bagi hidup saya!"

"Jika kalian tidak bisa membuat saya bahagia, setidaknya jangan pernah jauhkan saya dari orang yang mampu membuat saya bahagia!"

Fajar dan Lia hanya terdiam mendengar perkataan dari Vio. Mereka bahkan tidak bisa berkata-kata lagi.

"Apa Ayah sejahat itu bagi kamu Vio?" tanya Fajar pada dirinya sendiri.

"Jangan pernah cari saya lagi. Kalian bilang akan mengusir saya jika saya tidak mau tanda tangani surat pemindahan warisan tersebut bukan?"

"Vio, bukan begitu maksud Ayah," ucap Fajar berusaha untuk menghentikan Vio, namun gadis itu sudah berjalan keluar rumah.

"Biarin aja Mas, dia udah gede, pasti bisa urus dirinya sendiri," ucap Lia yang mencegah Fajar agar tidak mengejar Vio.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang