Part 14

33.4K 1.9K 8
                                    

"Berhenti ngikutin gue!" ucap Vio kesal.

"Gue nggak ngikutin lo, gue juga mau ke kelas kali,"

"Kita kan sekelas, lo lupa itu?" sambung Daffa seraya tersenyum miring.

Vio sudah dibuat sangat kesal karena kelakuan Daffa. Pasalnya cowok itu sedari tadi selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.

  "Eh, lo mau kemana?" tanya Daffa saat menyadari Vio berbelok arah, tidak jadi menuju ke kelas.

  Vio tidak memperdulikan pertanyaan cowok itu, ia terus berjalan menuju rooftop sekolah. Bahkan cowok itu masih mengikutinya sampai kesana.

  "Gue bilang stop ikutin gue!" ucap Vio dengan nada datarnya, namun penuh penekanan.

  "Gue tahu, cinta dalam diam itu sakit," ucap Daffa menatap gadis yang tengah berdiri membelakanginya, bahkan gadis itu masih belum membalikkan badannya.

  "Lo nggak tahu apa-apa!" ketus Vio tanpa mengalihkan pandangannya.

  "Apa yang gue gak tau? Gue bahkan tau kalo lo suka sama cowok yang ada disebelah Sella saat di kantin tadi," ujar Daffa yang membuat Vio terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya menatap cowok yang kini juga tengah menatapnya.

  "Lo mungkin bisa ngelabuhin banyak orang dengan wajah datar lo itu, tapi nggak dengan gue!" ujar Daffa yang kini tersenyum miring.

  "Kalo lo nggak mau lepasin dia, setidaknya lo harus bisa perjuangin dia!" ucap Daffa dengan lantang.

  "Gue nggak mau bersaing dengan sahabat gue sendiri, tapi gue juga nggak bisa buat lepasin dia," batin Vio.

  Vio masih termenung memikirkan ucapan Daffa, tatapannya menatap kosong ke arah depan. Tanpa sadar, air matanya sudah turun membasahi pipi.

  "Gue harap, lo nggak kasih tahu soal apapun ke Vian!" pinta Vio seraya mengusap air matanya secara kasar.

  "Gue pikir, lo gak akan mau ngomong sama gue," ujar Daffa tersenyum miring menatap gadis yang berada didepannya.

  "Gue gak akan kasih tau Vian apapun, selama lo ijinin gue berada dideket lo," ucap Daffa datar seraya menatap Vio dengan tatapan yang sulit diartikan.

  "Serah lo!" ketus Vio, yang kemudian meninggalkan rooftop sekolah dengan perasaan kesal.

----------------------

 "Vi, nanti lo pulang bareng gue ya, please! Kita udah jarang bareng loh," pinta Sella dengan puppy eyesnya, sehingga mau tak mau Vio menuruti permintaan Sella.

"Sayang banget rumah kita gak searah, kan gue jadi kesepian. Berangkat sendiri, pulang sendiri, malangnya nasibku," ujar Dina sok dramatis.

"Gak lucu Din," sahut Sella.

"Eh, nanti gue ke main ke rumah lo ya Sell," ucap Dina.

"Boleh Din," sahut Sella.

"Eh, hallo Daffa," sapa Dina saat menyadari Daffa yang baru saja memasuki kelas dan langsung mendudukkan dirinya disamping Vio.

"Hai," balas Daffa singkat.

"Lo beneran pindahan dari NY Daff?" tanya Dina yang penasaran, namun hanya dibalas deheman oleh Daffa.

"Kok lo ganteng banget si Daf? Duh, gue jadi melting lihatnya," ujar salah satu cewek tanpa rasa malu.

"Gans banget," celetuk salah satu gadis berambut sebahu.

Banyak gadis yang tengah bergerombol menatap Daffa, juga terang-terangan memuji ketampanan cowok itu, namun Daffa tidak memperdulikan mereka sama sekali. Bahkan Vio yang berada disebelah Daffa menjadi risih karena ulah mereka.

  "Ngomong-ngomong, tipe cewek lo yang kek gimana Daf? Siapa tahu kan gue bisa mencalonkan diri jadi pacar lo," celetuk Rika, salah satu gadis yang paling menonjol diantara gerombolan cewek itu.

"Gue juga mau kali," sambung yang lainnya.

"Pasti tipenya yang kek gue dong," sahut yang lainnya.

"Yang kek gue kan Daf?" tanya Rika.

"Tipe cewek gue yang kek gini," sahut Daffa seraya mengelus-elus pucuk kepala Vio seraya tersenyum lebar.

Pernyataan Daffa sontak membuat Rika dan yang lain kesal, mereka bahkan langsung membubarkan diri dan kembali ke tempat dilirik masing-masing dengan perasaan kesal.

"Bwahahahaha, ngakak gue," ucap Dina yang kini tengah tertawa terbahak-bahak menyaksikan kekesalan Rika dan yang lainnya.

Vio yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam. Ia bahkan tidak mengatakan apapun.

---------------------

"Vio pulang bareng gue," ucap Vian.

"Gak bisa, dia pulang bareng kita" protes Galen.

"Lo siapanya hah? Pake ngatur-ngatur segala," sahut Vian.

"Gue pacar dari sahabatnya," ujar Galen.

"Lo kan cuma pacar sahabatnya, bukan pacarnya!"

"Emang lo siapanya hah?" tanya Galen kesal.

"Gue orang yang berharga dihidupnya" ucap Vian dengan lantang.

Deg!
Entah kenapa perasaan Galen tidak suka saat Vian berkata seperti itu. Sedangkan Dina,Sella dan Vio hanya diam melihat perdebatan diantara Galen dan Vian.

"Gue bareng mereka" ucap Vio angkat suara

"Huft, ya udah. Jaga diri lo baik-baik!" Vian menghembuskan nafasnya kasar, kemudian mengelus-elus pucuk kepala Vio dengan lembut.

"Awas aja kalo dia sampe kenapa-kenapa, gue abisin lo!" ucap Vian memperingati.

"Ayo Vi, masuk!" ajak Sella yang diangguki oleh Vio.

"Gue ikut ya Gal, gue mau ke rumah Sella," pinta Dina, karena ia memang akan pergi ke rumah Sella.

Seperti biasa, selama perjalanan Vio selalu diam. Ia hanya menyimak percakapan tiga remaja yang berada didepannya.

  "Kita jalan-jalan dulu gimana? Kita kan udah jarang banget gak kumpul," usul Dina.

"Boleh juga, lo gimana Vi?" tanya Sella menatap Vio yang berada di kursi belakang bersama dengan Dina.

"Terserah," jawab Vio singkat.

"Kamu mau kan Gal, anterin kita jalan-jalan?" tanya Sella.

"Mau kok," sahut Galen seraya tersenyum.

"Mau kemana nih kita?" tanya Dina.

  "Tam-"

  "Danau," sahut Vio memotong ucapan Sella.

  "Ok, kita ke danau aja," ujar Sella.

  "Emang di sekitar sini ada danau ya?" tanya Dina.

"Gue juga gak tahu Din," sahut Sella.

  "Ada kok, gue tahu tempatnya," ujar Galen.

  Galen melajukan mobilnya menuju ke Danau yang berada di daerah tersebut, selama perjalanan sesekali Galen melirik kearah Vio melalui kaca spion, namun Vio tidak menyadari akan hal itu.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang