Jam sudah menunjukan pukul 22.00, namun tidak membuat kedua remaja itu beranjak dari tempat duduknya.
Mereka bahkan saling diam tanpa berbincang satu sama lain. Disisi lain cowok itu membuka ponselnya karena banyak pesan masuk dari sahabatnya.
Ia membuka pesan itu satu persatu, betapa kagetnya ia saat sahabatnya mengirimkan video Daffa dan Sella yang tengah bertukar cincin dan diakhiri dengan suara tepuk tangan yang meriah.
Ia merasa aneh dengan video tersebut karna sahabatnya hanya mengirimkan video itu tanpa memberi keterangan apapun, hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuka grup SMA Jaya, dan ternyata disana terdapat video yang jauh lebih lengkap, dan juga banyak ucapan happy engagement untuk Daffa dan Sella.
Leo menatap kearah Vio cukup lama, ia bingung apakan Vio sudah mengetahui hal tersebut.
Merasa dirinya diperhatikan, Vio menatap kearah Leo. Pandangan mereka bertemu, hingga Vio membuka suara terlebih dahulu.
"Apa?" tanya Vio singkat.
"Hp lo mana?"
Vio menyodorkan ponselnya kearah Leo, dan diterima oleh cowok itu.
"Hp gue mati," sambung Vio yang membuat Leo menghembuskan nafasnya kasar.
Leo memberikan ponselnya kepada Vio yang membuat gadis itu mengerutkan alisnya pertanda bingung.
"Ada sesuatu yang harus lo lihat," ujar Leo yang membuat Vio mau tak mau menerima ponsel Leo.
Vio membuka ponsel tersebut dan terdapat video yang sudah Leo tonton. Ia melihat semuanya dari awal hingga akhir.
"Gue sebenernya nggak mau ngasih lihat ini ke elo, cuma cepat atau lambat lo pasti akan tahu nantinya," ujar Leo seraya menatap Vio yang masih menonton Video tersebut.
Tatapan Vio datar, ia nampak biasa saja, namun siapa sangka hatinya begitu hancur. Meskipun ia belum sepenuhnya mencintai Daffa, namun ia selalu berusaha untuk itu.
"Sella?" tanya Vio entah kepada siapa seraya tersenyum miris.
"Lo nggak mau hubungin Daffa?" tanya Leo serius.
Vio hanya mengedikkan bahunya acuh tanpa menjawab pertanyaan Leo. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi seraya memejamkan matanya sejenak.
Pintu ruangan terbuka menampilkan dokter dan juga perawat yang baru saja selesai melakukan penanganan terhadap Fajar dan Lia.
Vio yang masih belum sadar akan kehadiran dokter itu, membuat Leo mau tak mau menanyakan kondisi orang tua Vio.
"Bagaimana kondisi mereka dok?" tanya Leo setelah menghampiri sang dokter.
"Saat ini kondisi keduanya masih kritis, apalagi kondisi Bu Lia," terang sang dokter yang membuat Vio langsung membuka matanya dan menghampiri mereka.
"Kenapa dengan dia dok?" tanya Vio reflek yang membuat dokter itu menatap kearahnya begitu juga dengan Leo.
Seketika suasana menjadi tegang. Bahkan hawa dingin semakin menusuk kulit. Entah kenapa suasananya seperti berubah drastis.
----------------
Sementara disisi lain, ketiga remaja cowok tengah berada didalam satu mobil yang dikendarai oleh Fahri. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan ibu kota yang tampak tidak begitu ramai karena memang hari sudah mulai larut.
"Sumpah gue masih nggak nyangka sama kejadian tadi," ucap Justin memulai pembicaraan.
"Berasa kek mimpi njirr," sahut Fahri.
"Kok bisa ya?" tanya Justin seraya berpikir.
"Menurut lo gimana Gal?" tanya Fahri seraya menatap kebelakang melalui spion kesil yang ada didalam mobil.
"Gue cuma penasaran aja kenapa Vio nggak dateng," sahut Gala seraya memainkan ponselnya, banyak pesan grup yang masuk pada ponselnya, dan disana hanya membahas yang sama.
Banyak dari teman-temannya yang sengaja menandai akun Vio, namun gadis itu sama sekali tidak menggubrisnya. Banyak yang menanyakan keadaan Vio pula, atau sekedar membicarakannya, namun nihil, Vio tidak membalas ucapan mereka.
Disaat-saat seperti ini, Vio bak hilang ditelan Bumi dan hal itu tentu menjadi pertanyaan bagi semua orang.
"Apa dia udah tau?" batin Galen.
"Btw itu si Letta giamana nasibnya kita tinggal ya?" tanya Justin yang membuat Fahri terkekeh.
"Aneh lo Gal, katanya dia princess lo, kok malah ditinggalin sendirian sih?" tanya Justin lagi.
"Dia bukan princess gue," sahut Galen kesal.
"Princess gue nggak kek cabe-caben gitu njir," sambung Galen seraya tersenyum miring.
"Nah kan, untung belum sampe jadian," celetuk Fahri.
"Dihh amit-amit," sahut Galen seraya bergidik ngeri.
"Bwahahaha," Kedua sahabat Galen tidak bisa menahan tawanya lagi.
"Lo nggak tau aja gimana malesnya gue sama Fahti saat harus pura-pura baik ke dia didepan lo," terang Justin yang membuat Galen mengumpat kasar.
"Sialan," umpat Galen.
Entah kenapa Galen ingin sekali menghubungi Vio, sekedar menanyakan kabarnya, namun tenyata nomor Vio tidak aktif sama sekai, ternyata benar apa yang dikatan teman-temannya di grup bahwa Vio menghilang bak ditelan bumi.
--------------
Vio masih penasaran dengan kondisi ibi tirinya saat ini. Ia terus menanyakan hal tersebut kepada sang Dokter.
"Kenapa dengan dia dok?" tanya Vio reflek yang membuat dokter itu menatap kearahnya begitu juga dengan Leo.
"Mereka baik-baik aja kan Dok?" sambung Vio.
"Apa yang terjadi Dok?" tanya Vio bertubi-tubi.
"Karena kecelakaan yang cukup serius itu, Ibu Lia mengalami patah tulang, yang menyebabkan ia lumpuh meski hanya sementara, tetapi ada hal yang lebih parah dari ini," ujar sang dokter yang membuat Vio dan Leo saling bertatapan sejenak pertanda sama bingungnya.
"Kedua Mata Ibu Lia terkena pecahan kaca dan lukanya cukup serius, jadi kami sudah melakukan operasi untuk membersihkan pecahan kaca tersebut agar tidak terjadi infeksi, namunhal itu bisa menyebabkan Ibu Lia kehilangan penglihatannya," ujar sang Dokter menjelaskan.
"Jadi maksudnya Buta Dok?" tanya Leo yang penasaran dan dijawab anggukan kepala oleh Dokter itu.
"Dia pasti akan lebih benci ke gue," lirih Vio namun masih bisa didengar oleh Leo.
"Kalau begitu saya permisi," pamit sang dokter sebelum meninggalkan mereka berdua.
Vio hanya bisa melihat kedua orang tuanya dari luar ruangan, karena mereka belum diizinkan untuk dijenguk.
Setelah beberapa saat, Leo datang membawa beberapa kantung plastik berisi makanan yang ia beli di kantin rumah sakit tersebut.
"Makan dulu, lo pasti belum makan kan?" tanya Leo seraya menyerahkan kantong plastik tersebut ke Vio.
Vio menerima kantung tersebut dan mendudukkan dirinya di kursi dan diikuti okeh Leo.
Mereka memakan roti yang Leo beli, sesekali Leo menatap Vio dari arah samping. Ia cukup kagum dengan gadis itu. Menurut pandangan Leo, Vio adalah gadis yang sangat kuat.
"Habis ini gue anter lo pulang, besok sekolah kan?" tanya Leo.
"Atau mau bolos aja?" sambung Leo seraya menaik turunkan kedua alisnya.
Bagi yang lupa sama ceritanya, kalian bisa baca ulang ya guyss hwhehe🙏🙏
InsyaAllah bakalan sering up❤️
Thankss🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLETTA (Triangle Love)
Teen Fiction'Kesalahan terbesarku adalah menyimpan rasa terhadap kekasih sahabatku sendiri'~Violetta Adara La Lubis Update setiap hari😊