part 56

3.6K 142 27
                                    

  Namun berbeda dengan Galen. entah apa yang cowok itu lakukan, kini dia sudah berada didepan rumah gadis itu.

  "Ngapin gue kesini? Vio kan ngga ada dirumah," gumam Galen.

Ceklek!
Pintu rumah itu terbuka menampilkan cewek dengan hoodie hitamnya yang kini tengah menatapnya aneh seolah berkata ngapain lo disini.

Vio tidak menghiraukan cowok itu , dia menutup pintu rumahnya dan beranjak pergi namun sebelum itu pergelangan tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh Galen.

Vio menatap pergelangan tangannya yang dicekal oleh galen, kemudian beralih menatap cowok itu.

"Mau kemana lo?" tanya Galen.

"Bukan urusan lo," ketu Vio.

"Ternyata selama ini lo bolos sekolah dan sembunyi di rumah lo?," tanya Galen lagi.

"Bu kan u ru san lo!" jawab Vio dengan penekanan disetiap kalimatnya.

Vio melepaskan cekalan tangan Galen dan meninggalkan cowok itu yang masih berdiri didepan pintu rumahnya.

"Sialan gue ditinggal," umpat Galen saat tersadar Vio sudah meninggalkannya.

  Sementara disisi lain keempat remaja tengah berkumpul di sebuah Cafe. Pasalnya mereka sangat gabut karena tidak ada kegiatan sepulang sekolah.

"Tumben lo berdua ngga bareng Galen?" tanya Dina kepada kedua cowok yang kini tengah berada didepannya.

"Sibuk dia," sahut Fahri yang disetujui oleh Justin.

"Sok sibuk banget," sahut Dina seraya menyeruput minumannya.

"Gue lihat-lihat si Galen udah ngga deket sama Letta lagi?" tanya Dina penasaran karena hal itu memang benar adanya.

"Ternyata Letta bukan temen kecilnya yang selama ini dia cari," jawab Justin apa adanya.

"Tampang udah kek cabe-cabean gitu," sambung Justin.

"Lagian temen lo bego, temen sendiri masa ga ngenalin," ejek Dina.

"Ya wajar Din, mereka bareng pas masih kecil, lah sekarang udah gede ya ga ngenalin lah," ujar Fahri.

"Mana si fotonya coba gue liat lagi," ujar Dina penasaran yang membuat Justin menyerahkan foto yang memang Justin dapat dari Galen karena cowok itu menyuruh kedua sahabatnya untuk membantunya mencari keberadaan gadis itu.

"Kalo dilihat-lihat sekilas kek mirip siapa ya," ucap Dina seraya menatap foto itu lekat-lekat dan berfikir keras karena sepertinya ia sudah pernah melihat gadis yang ada difoto itu.

"Vio?" sambung Dina yang membuat Fahri dan Justin ikut memperhatikan foto itu.

"Eh iya ya agak mirip Vio," ujar Fahri.

"Tapi ngga mungkin kan kalo itu Vio?" timpal Justin seraya menggarukkan kepalanya yang tidak gatal.

"Vio bukan ya," gumam Dina yang masih bisa didengar oleh semuanya.

"Ya emang itu Vio, apanya yang ngga mungkin?" celetuk Citra yang membuat ketiga orang itu menatap kearahnya.

"Apa?" tanya Citra yang merasa aneh ditatap seperti itu.

"Shit! Gue keceplosan," lirih Citra yang tidak sadar akan ucapannya sebelumnya karena sedari tadi ia sibuk menatap kearah ponselnya.

"Jadi itu beneran Vio?"

"Jelasin ke kita Cit!"

"Kok bisa si?"

"Lo tahu darimana?"

"Anjirr gue ngga nyangka,"

  Citra merutuki kebodohannya karena terlalu fokus bermain dengan ponselnya hingga ia tidak sadar telah membocorkan rahasia Vio.

-------------

   Galen mengendarai mobilnya menuju rumah pohon. Iw masih ingin mrncari tahu dimana keberadaan teman masa kecilnya itu. Sesampainya disana ia berjalan kaki menuju rumah pohon itu, dari kejauhan sepertinya ia melihat seseorang sedang duduk diatas rumah pohon itu.

Seorang gadis yang tentu saja ia kenal, ya dia adalah Violetta Adara La Lubis. Apa yang sedang gadis itu lakukan di rumah pohon miliknya? Pasalnya tidak ada orang yang datang kesana kecuali dia dan juga sahabat kecilnya itu.

Pandangannya masih tertuju pada gadis. Apa mungkin gadis yang selama ini ia cari adalah Vio. Banyak pertanyaan yang muncul difikiranya sekarang.

Ia ingin bertanya langsung kepada gadis itu, namun niatnya ia urungkan. Saat ini Galen bersembungi dibalik pohon yang lumayan besar seraya memperhatikan apa yang akan gadis itu lakukan.

"Violetta,"

"Letta," gumam Galen seraya masih terus berfikir.

"Sial, kenapa gue baru sadar," lirih Galen.

"Bahkan dari namanya aja udah jelas kalo dia itu Letta, dia juga pernah ngalahin lo main basket, bodoh lo Gal, bodoh!" ucap Galen seraya merutuki kebodohannya sendiri, karena selama ini ia tidak menyadari hal itu.

  Galen beranjak dari tempat itu diam" dan menghubungi kedua temannya untuk bertemu. Ia tidak sabar ingin menceritakan semua yang ia lihat kepada kedua sahabatnya.

  "Hallo Jus," sapa Galen saat panggilannya baru saja terhubung dengan Justin.

"Hallo Gal," sahut Justin dari seberang sana.

"Lo lagi dimana?"

"Gue lagi di caffe biasa bareng Fahri, Dina sama Citra nih, kenapa?" tanya Justin dari sebrang telefon.

"Gue kesana sekarang," ucap Galen.

"Hah?"

"Ada hal yang mau gue omongin sama lo dan Fahri,"

Tutt!
Panggilan dimatikan secara sepihak oleh Galen. Cowok itu segera menuju caffe dimana tempat kedua sahabatnya berada.

Sementara di sisi lain, Justin bingung apa yang akan Galen bicarakan dengan dirinya dan juga Fahri.

Entahlah, dia merasa firasatnya tidak enak. Tidak seperti biasa cowok itu tidak langsung bicara.

"Kenapa Jus?" tanya Fahri penasaran.

"Si Galen mau kesini, katanya mau bicarain sesuatu sama kita," ujar Justin menjelaskan.

"Firasat gue nggak enak nih," ujar Fahri.

"Lo berdua abis ngapain ya?" tanya Dina curiga.

"Nggak ngapa-ngapain anjir," sahut Justin dan Fahri secara bersamaan.

"Hayooloo, gue ngga ikut-ikutan ya," celetuk Dina.

"Gue juga," timpal Citra.

"Apaan si lo berdua nakut-nakutin kita aja," ujar Justin.

"Udah lah, kita cabut aja yok Cit," ajak Dina karena memang mereka berdua berniat akan shopping di mall.

"Yok ah, keburu Galen dateng," sahut Citra.

"Woy curang banget kalian," ucap Fahri.

"Ya kan urusan Galen sama lo berdua, kita gamau ganggu ya bye!" ucap Dina seraya beranjak dari tempat duduknya dengan merangkul Citra dan meninggalkan Fahri dan Justin.

"Apa kita pergi aja Ri?" tanya Justin yang sedikit panik.

"Ngapain pergi, kita juga belum tau Galen mau ngomongin apaan," sahut Fahri santai.

"Kepancing aja lo sama omongan mereka," sambung Fahri.

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang