Part 38

21.8K 1.3K 100
                                    

Disisi lain, ketiga cowok tengah berada dibawah rumah pohon, seraya mengamati keadaan sekitar.

"Gimana gue bisa temuin dia, nggak ada tanda apapun disini," ujar Galen putus asa seraya duduk bersandar dibawah pohon seraya menunduk.

"Lihat noh sahabat lo," ucap Justin memberitahu Fahri.

"Njir, Galen udah kek orang patah hati aja," sahut Fahri.

"Betul tuh, padahal waktu putus sama Sella, dia biasa aja," ujar Justin.

"Gue denger nyet!" celetuk Galen yang membuat Fahri dan Justin berhenti membicarakannya.

"Siapa bilang lo budeg?" tanya Justin.

"Awas lo berdua, gue nggak akan kasih pinjem PS gue lagi," ancam Galen.

"Awas lo Gal, kita nggak bantuin buat cari Letta lagi," ancam balik Justin.

"Nah bener tuh," timpal Fahri menyetujui ucapan Justin.

"Lo berdua ngancem gue?"

"Emang kalian berdua berhasil nemuin Letta? Nggak kan?" sambung Galen.

"Santai dong Gal,"  pinta Fahri.

"Becanda elah," timpal Justin.

"Eh Pak, Pak," ucap Justin menghentikan seorang pria paruh baya yang tengah mendorong gerobak berisi sampah.

Galen hanya diam mengamati ulah kedua sahabatnya yang menghentikan seseorang itu, ia berpikir pasti kedua sahabatnya akan membuat masalah.

"Ada apa ya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya orang itu ramah.

"Maaf ya Pak, apa Bapak tiap hari bawa sampah lewat sini?" tanya Justin.

"Nggak tiap hari sih, paling seminggu tiga atau empat kali," jawab orang itu lagi.

"Maaf, kira-kira sejak kapan Bapak bekerja seperti ini?" tanya Fahri.

"Kira-kira sudah satu tahun lebih. Memangnya teh kenapa?"

"Nggak papa Pak, cuma nanya buat tugas sekolah," bohong Justin.

"Berarti Bapak tahu siapa saja yang datang ke rumah pohon ini?" tanya Fahri.

"Waktu itu saya lihat kalian kesini kan?" sahut orang itu.

"Maksud kami, orang lain misalnya Pak?" ralat Fahri.

"Tempat ini sepi, kayaknya jarang ada yang tahu tempat ini deh,"

"Tapi saya sering lihat cewek disekitar sini, kadang juga dia duduk diatas rumah pohon itu," ucap tukang sampah itu seraya menunjuk kearah rumah pohon.

Galen yang mendengar itu segera membuka matanya dan mengangkat kepalanya seraya  menghampiri mereka.

"Bapak beneran lihat dia?" tanya Galen antusias.

"Maksud saya, Bapak beneran sering lihat cewek disini?" ralat Galen.

"Iya beneran,"

"Bapak tau nggak mukanya gimana?" tanya Justin.

"Mukanya saya kurang paham, tapi saya bisa sebutin ciri-cirinya.

"Gimana ciri-cirinya Pak?" tanya Fahri.

"Dia tinggi, putih, mukanya bulat hidungnya mancung, rambutnya panjang-"

"Kuntilanak pasti tuh," celetuk Justin memotong ucapan pria paruh baya tersebut, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Galen.

"S-sorry, lanjutin Pak!" ucap Justin cengengesan.

"Dia sering kesini, bahkan setiap saya lewat, kalo dia disini pasti dia selalu senyum ke saya dari atas rumah pohon itu, meskipun dia tidak pernah menyapa, tapi saya yakin, dia orang baik,"

VIOLETTA (Triangle Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang