Disalah satu kamar hotel seorang cowok tengah berbicara dengan kedua orang tuanya. Mereka nampak tengah membicarakan hal yang serius, hal itu dapat dilihat dari sorot mata mereka.
"Acara akan segera dimulai, apa kamu sudah siap?" tanya seorang pria paruh baya.
"Vio belum dateng," sahut cowok itu apa adanya.
"Jadi bagaimana?" tanya sang wanita paruh baya.
"Kamu tahu sendiri konsekuensinya kan Daffa?" tanya sang pria.
"Apa Ayah tidak bisa membatalkannya?"
" Ayah tidak bisa membatalkannnya begitu saja, apalagi tanpa alasan,"
"Daffa akan coba hubungi Vio lagi," ujar Daffa yang langsung mencoba menghubungi Vio kembali.
Tut! Tut!
Tut! Tut!
Berkali kali ia mencoba menghubungi Vio, namun gadis itu tak kunjung mengangkat teleponnya.
"Please Vi, angkat," lirih Daffa.
"Ah sial," umpat Daffa karna kesal.
Ia mencoba menghubungi gadis itu sekali lagi, hingga akhirnya panggilan itu diangkat oleh Vio.
"Hallo Vi," sapa Daffa yang merasa lega saat panggilannya diangkat.
"Hallo," sahut Vio lirih.
"Lo dimana Vi? Kenapa lo belum dateng? Lo pasti dateng kan?" tanya Daffa bertubi-tubi.
"Sorry Daff," lirih Vio dari seberang telepon.
"Lo nggak mau dateng? Kenapa? Lo udah janji sama gue, lo mau bantuin gue," ucap Daffa dengan sedikit emosi.
"Gue nggak bisa," sahut Vio.
"Apa lo mau kalo gue dijodohin sama orang lain?" tanya Daffa lirih.
"G-gue,"
"Gue harap nanti lo dateng, kalo nggak, mungkin gue akan kecewa sama lo," ujar Daffa memotong ucapan Vio.
"Daff, gue-"
Tutt!
Belum sempat Vio menjelaskan, namun panggilan itu sudah dimatikan sepihak oleh Daffa.
"Aakhh, sialan!" umpat Daffa seraya mengacak-acak rambutnya kasar.
Sementara disisi lain, saat Daffa mematikan panggilannya secara sepihak, Vio menghembuskan nafasnya kasar, seraya tertunduk lagi pada kursi tunggu didepan ruang gawat darurat.
Tiba-tiba ia teringat percakapannya bersama Daffa beberapa hari yang lalu.
Flashbak on
"Gue pengen ngomong serius sama lo Vi," ujar Daffa
Vio mengerutkan alisnya pertanda bingung, karena tidak biasanya Daffa mengaknya berbicara dengan muka yang terlihat serius.
Ia hanya diam seraya menatap Daffa, serta mwndengarkan apa yang akan cowok itu katakan.
"Gue dijodohin sama orang tua gue, dia punya utang budi sama orang lain dan gue yang jadi korban," ujar Daffa apa adanya.
"Gue udah berusaha nolak, tapi gue nggak bisa dan Bokap gue bilang perjodohan ini akan segera berlangsung," ujar Daffa seraya menatap kedepan.
Ia tidak bisa mengatakan itu seraya menatap wajah Vio, karena ia tidak tega dengan perasaannya.
"Bokap gue bilang, ia bisa ngebatalin itu kalo gue ngenalin pacar gue, agar dia punya alasan buat batalin perjodohan itu," ujar Daffa seraya menatap manik Vio.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLETTA (Triangle Love)
Teen Fiction'Kesalahan terbesarku adalah menyimpan rasa terhadap kekasih sahabatku sendiri'~Violetta Adara La Lubis Update setiap hari😊