PROLOG

8K 569 46
                                    

Ingatan terakhirku adalah aku tertidur setelah membaca sebuah novel yang kutemukan tergeletak didepan pintu kamar kos.

Itu hanya novel biasa yang sering kutemukan di toko buku. Sebuah novel yang menceritakan tentang seorang putra mahkota kejam yang mati dibunuh oleh keenam adiknya.

Putra mahkota yang bahkan tega membunuh ibu dan istrinya sendiri. Menemui ajalnya tepat setelah beliau kembali memenangkan perang untuk melindungi negerinya.

"Putra mahkota yang gila," komentarku.

Ia adalah seorang pangeran dingin yang bahkan tak pernah tersenyum sekalipun, ia tak segan menghabisi siapapun yang menghalagi jalannya.

Walau terlihat seperti seorang monster, tapi nyatanya ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya secara terbuka.

Suatu hari, setelah kembali dari peperangan, ia terkejut mendapati sang ibu dan tunangannya tewas diruang kerjanya.

Keenam adiknya terkejut dan menuduh bahwa putra mahkota telah membunuh keduanya.

Putra mahkota tidak bisa berbuat apa-apa ketika melihat keenam adiknya menatapnya dengan amarah yang menggebu-gebu.

Tak ada yang mempercayainya, tanpa sadar ia mengayunkan pedangnya dan melukai salah satu adiknya, membuat mereka semakin murka. Pada akhirnya keenam adiknya mengurungnya dipenjara bawah tanah.

"Dan pada akhirnya dia memilih untuk tetap diam? Padahal dia bisa saja bilang kan kalau dia bukan pembunuhnya?"

Ketika membaca novel itu, aku hanya melongo dan mendengus kesal.

Putra mahkota yang bodoh, aku selalu berpikir begitu. Dia tinggal mengungkapkan apa yang terjadi. Bukan dia pembunuhnya.

Setidaknya itu yang kupikirkan, sebelum aku jatuh tertidur dengan halaman terakhir novel terbuka di sebelahku.

Halaman terakhir dimana putra mahkota itu tewas dengan hukuman mati.

Dan sekarang....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

AKU MALAH MENJADI PUTRA MAHKOTA ITU!??????????

Aku yakin sekali aku hanya tertidur. Tapi apa ini?

Wajah tampan dengan rambut hitam berkilau dan mata rubi merah yang gemerlap.

Tubuh tinggi tegap dan berotot, dan jangan lupakan tatapan tajam itu.

"Ini.. aku?"

Aku tergagap didepan cermin.

Luar biasa! Aku pasti bermimpi!

"Woah apa ini!? Aku pasti bermimpi!"

Aku mencubit kuat pipiku dan kemudian menjerit kesakitan.

Ini nyata! Aku benar-benar terjebak dalam novel. Argh! Apa yang terjadi!?

Tok tok tok

"Yang mulia, apa anda sudah bangun?"

Aku menoleh kearah pintu besar bewarna emas itu.

"Ya, masuklah."

Sesosok pria dengan pakaian ksatria masuk dan membungkuk hormat padaku.

"Hormat saya pada sang matahari muda kekaisaran," ucapnya.

Aku hanya mengangguk canggung.

"Yang mulia, ada surat yang dikirimkan dari istana para pangeran."

Aku mengerenyit bingung.

"Pangeran...?"

Ini nyata? Aku tidak masuk kedalam novel itu kan? Ini hanya mimpi kan?

"Yang mulia?" Pria itu nampak memandangku heran.

"Yang mulia? Apa anda baik-baik saja?" tanyanya nampak khawatir, karena aku nampak tidak merespon ucapannya.

"Hei, siapa aku?" tanyaku padanya.

Ia nampak bingung sebelum membalas sopan.

"Tentu saja anda adalah yang mulia putra mahkota, calon kaisar selanjutnya dari Kekaisaran Elemental Glacius," jawabnya serius.

Bahkan nama kerajaanya pun sama? Firasatku buruk sekali saat ini.

"Lalu siapa namaku?"

Pria itu nampak terkejut dengan ucapanku.

"Yang mulia? Apa kepala anda terbentur kemarin?"

Aku menatapnya kesal.

"Jawab pertanyaanku dulu," kesalku.

Ia nampak kaget namun kemudian menjawabnya sopan.

"Anda adalah putra mahkota sekaligus pangeran sulung kekaisaran Elemental Glacius."

"Anda adalah yang mulia Halilintar Zyn Arter Glacius."

Booommm!

Aku mulai merasakan bahwa sebuah bom jatuh tepat diatas kepalaku saat ini.

Oh tidak..!

Kenapa...!!!! Dari sekian banyak novel, kenapa aku harus menjadi tokoh menyedihkan yang akan berakhir matiiii!!!!

.
.
.
.

To Be Continued
.
.
.

Lanjut apa nggak nih??

30 Juli 2021

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang