• TUJUH BELAS •

3K 369 49
                                    

"Apakah mungkin.. anda memiliki hubungan terkait dua hal ini? Putra Mahkota Arter?"

"Hooo..."

Halilintar nampak berpura-pura terkejut.

"Apa anda berpikir seperti itu? Count Argan?"

"Mungkin bukan hanya saya yang berpikir seperti itu, Putra Mahkota." Count Argan menyeringai tipis.

Kaisar Azarn, yang sedari tadi memperhatikan keduanya mulai tertarik.

Putra Mahkota, yang sebelumnya nampak tidak terlalu memperdulikan Count Argan, nampaknya mulai membalikkan keadaan.

Amato berpikir, mungkinkah Arter selama ini menahan diri untuk tidak menekan Leiron Argan hanya karena ia adalah pamannya?

Atau ada hal lainnya yang disebunyikan olehnya?

Sifatnya mulai berubah, dan dia menjadi dekat kembali dengan adik-adiknya. Apa Amato curiga?

Tentu saja, karena itu dia diam-diam mengirim mata-mata ke Istana Ruby Diamond, dan terkejut melihat anak-anaknya nampak akur. Ya, cukup akur sih.

Bahkan Arven, si bungsu yang terkenal tidak dekat dengan Arter pun nampak tenang duduk dan membaca disebelahnya.

"Sepertinya banyak orang yang salah paham disini." Halilintar menatap orang-orang yang ada dengan tatapan menilai.

"Saya tidak memiliki hubungan apapun dengan penyihir gelap ini. Saya sedang mencari tau identitas orang itu dan berusaha menangkapnya agar kami bisa menghukumnya dengan peraturan yang ada."

"Count Argan, perkataan anda barusan membuat banyak orang salah paham terhadap saya."

"Salah paham? Putra Mahkota, anda membawa dragbel ke istana, yang mana itu adalah monster kuno yang berbahaya." Count Argan berbicara.

"Apakah salah jika saya khawatir jika nantinya akan terjadi kekacauan?" lanjut Count Argan.

Count Argan menatap Halilintar dengan wajah puas. Senyum ramah itu nampak menjengkelkan Dimata Halilintar.

"Itu benar."

"Benar, bagaimana jika terjadi masalah nanti?"

"Dragbel adalah masalah besar."

"Mengapa Putra Mahkota membawa makhluk itu?"

"Sepertinya Putra Mahkota benar-benar tidak waras."

Para bangsawan lainnya mulai berbicara, mengatakan pendapat yang sama dengan Count Argan.

Halilintar hanya diam, dengan wajah datarnya.

"Perbedaan antara Dragbel yang saya bawa dengan Dragbel yang menyerang saya akan saya jelaskan setelah ini. Jadi saya harap, anda semua bisa memperhatikannya dengan baik, tanpa kurang satupun," ucap Halilintar dengan wajah tanpa ekspresi.

"Baiklah, kita akan ke permasalahan berikutnya."

Halilintar berbicara dengan keras.

"Setelah rekaman mengenai penyihir gelap itu tiba, saya mengirimkan pasukan Zeus dan meminta mereka mengamati situasi disana."

"Namun nampaknya masalah menjadi semakin besar. Hujan kembali turun dengan deras selama beberapa hari, banjir kembali melanda dan para monster tingkat rendah hingga menengah mulai mencoba melewati perbatasan Hutan Kegelapan. Keretakan secara perlahan mulai muncul akibat serangan dari para monster yang datang bertubi-tubi."

Halilintar berjalan perlahan, mengitari meja besar panjang itu dan menatap para bangsawan satu persatu.

"Karena masalah yang semakin membesar, saya memutuskan untuk memeriksa keadaan Serlon dalam inspeksi rutin yang biasa saya dan pasukan saya lakukan. Saya membawa dua pasukan utama saya dengan dibantu oleh para Pangeran, dan juga tamu tak terduga. Berkat itu, kami bisa menyelesaikan masalah Serlon dengan lancar."

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang