• LIMA PULUH SATU •

1.3K 223 34
                                    

Sejujurnya Ice ingin sekali memukuli kedua 'Halilintar' didepannya ini. Bukan masalah jika mereka hanya mengawasi perbatasan saja, tapi masalahnya mereka sampai masuk ke wilayah Telare dimana para warga sipil tinggal!

Meski mereka bertiga menyamar dengan menggunakan kekuatan Halilintar, Ice tetap saja merasa kesal dengan rencana mendadak kakaknya itu.

"Kak Arter, Kak Al, Kalian gila ya?"

"Sessshhh! Panggil aku Halilintar disini okey!" Halilintar melotot pada Ice.

Ice hanya bisa menghela napasnya lelah. Disebelahnya Al juga terkekeh melihat wajah kesal Ice.

"Tenanglah Ice." Al mengusap rambut Ice, mencoba menenangkan kekesalan adiknya itu.

"Tapi Kak Al, ini bahaya kan? Bagaimana jika ada yang mengenal kita?"

"Tidak akan ada yang mengenal jug-- kalian kemari!"

Al secara tiba-tiba menarik mereka berdua dan kemudian bersembunyi dibalik tembok. Halilintar melihat kearah dimana mata Al memandang.

Terlihat beberapa prajurit dengan seragam berwarna coklat dan merah sedang berkeliling. Itu prajurit dari Kerajaan Telare.

"Apa kita akan ketauan, kak?" Ice menatap kedua kakaknya itu.

"Tidak akan. Kekuatanku itu tidak mudah dikenali asal kau tau saja," balas Halilintar.

"Mereka berbicara dalam bahasa Telare." Ice bergumam pelan, Halilintar mengangguk kemudian menatap adiknya itu lekat.

"Kau pernah mempelajari bahasa Telare bukan?" tanya Halilintar.

"Pernah, tapi aku tidak yakin apa logat yang kuucapkan akan sama. Bukankah kau yang paling pintar dalam belajar bahasa lain?" jawab Ice.

Halilintar lalu menyeringai. "Al, kau siap?"

Al mengangguk. "Ice, maaf ya," kata Al sambil tersenyum tipis.

"Apa? Kenap--- arghhh!!!"

Ucapan Ice terpotong begitu saja ketika tiba-tiba Al memukulinya kuat hingga ia menabrak tumpukan kayu dibelakang mereka. Suara berisik akibat jatuhnya kayu-kayu itu membuat para prajurit yang sedang berpatroli itu bergegas ke arah mereka.

Halilintar dan Al yang terbang dengan kekuatan mereka menyeringai begitu para prajurit itu datang ke tempat Ice. Mereka langsung saja menyergap dan membuat para prajurit itu pingsan dan mencuri seragam mereka.

"Kalian benar-benar kakak bajingan," sinis Ice, sembari bangkit dengan memegangi perutnya yang sakit akibat pukulan Al.

Halilintar terkekeh. "Hehehe, balas dendam dikit," tawanya.

"Sudah, jangan ribut. Cepat ambil pakaian mereka," kata Al lalu melemparkan pakaian yang sebelumnya dikenakan para prajurit itu.

Setelah mencuri pakaian para prajurit itu, mereka bertiga keluar dan berpura-pura berpatroli layaknya prajurit Telare sebelumnya.

"Kita mau kemana?" tanya Ice.

"Markas mereka."

"Apa!? Hei kak, kau bilang kita mau makan!"

"Makan dan berburu kan? Ya udah ayok," jawab Halilintar santai.

"Kalian sudah merencanakan ini lagi ya? Bisa-bisanya tidak bilang padaku!" kesal Ice.

Halilintar dan Al saling bertatapan.

"Setelah ingatanmu kembali, kau jadi cerewet ya," kata Halilintar.

"Benar, kau jadi lebih cerewet, mirip Solar," timpal Al.

"Bagaimana aku tidak cerewet jika kalian saja melakukan sesuatu seperti ini? Astaga, kepalaku pusing rasanya."

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang