• EMPAT PULUH •.

2K 305 112
                                    

Taufan melirik aula dansa yang penuh dengan orang-orang untuk mencari Halilintar. Ia hendak menemui kakaknya itu untuk mengisi ulang tenaga. Pasti menyenangkan jika ia mendapat elusan kepala dari Halilintar.

Namun kemudian manik safirnya terpaku pada Thorn yang mengobrol bersama ksatrianya. Ia mencoba mendekati Thorn ketika Thorn berjalan kearahnya.

"Arlen? Ada apa?"

"Tidak. Bukan apa-apa." Thorn membalas dengan datar.

"Kau yakin? Kenapa wajahmu terlihat tak nyaman gitu?"

"Ck, aku bilang aku baik-baik saja!"

Taufan tersentak ketika Thorn menjawab pertanyaannya dengan nada kesal.

"Aku akan menemui Paman Leiron dulu, Axer."

Thorn melepaskan tangan Taufan dari bahunya dan berjalan ke arah balkon Barat.

"Eh? Oh o-okay," balas Taufan yang sedikit kebingungan.

"Axer? Kenapa dia tidak memanggilku kakak?" bingung Taufan.

Sangat jarang bagi Thorn memanggil Halilintar, Taufan dan Gempa dengan nama saja. Makanya Taufan sedikit bingung sekarang.

"Kaingg!!"

Taufan terperanjat ketika Al tiba-tiba terbang didepannya.

"Al! Kau mengagetkanku!"

"Kaing?"

Al mengarahkan tatapannya pada Thorn yang berjalan menjauhi mereka.

"Arlen ya? Dia bilang mau menemui Paman Leiron."

Mata Al membulat. "Kainggggg!!!"

"Eh eh? Kenapa kau ini?"

Halilintar yang mendengar seruan dari Al itu menoleh dengan cepat.

"Yang Mulia, Pangeran Arlen menuju ke Target A."

Laporan dari Sai Browkel masuk dan Halilintar berdecak kesal.

"Ck, ya ampun."

"Kenapa kak? Al kenapa tiba-tiba seperti itu?" tanya Taufan yang kebingungan.

"Dia baik-baik saja. Axer, bisa tolong panggilkan Arven?"

Taufan mengangguk lalu pergi untuk mencari Solar yang ternyata sudah menghilang entah kemana.

"Sepertinya mau dimulai ya?" kata Kaisar Azarn.

"Ayah. Jika itu dimulai, diam dan ikuti saja Sir Acrowl. Pergilah bersama Ibu juga."

"Bukankah aku bilang aku juga akan membantumu?" kata Kaisar Azarn.

"Saya mengerti, tapi meski begitu ikuti saja rencana saya," kesal Halilintar. Ia menatap dingin Kaisar.

"Baiklah, jangan marah anakku," gemas Kaisar Azarn pada Halilintar.

Halilintar hanya mendengus.

"Kak, kau memanggilku?"

Solar datang bersama Taufan. Wajahnya terlihat bingung.

"Arven, aku sudah bicara pada Ayah. Bagaimana jika kau menunjukkan pedang itu sekarang?"

Kaisar Azarn menatapku kaget.

"Kapan Ayah bilang akan melakukan itu sekarang, nak?" bisik Kaisar Azarn.

"Ayah ikuti saja sih," kesal Halilintar.

Kaisar Azarn yang melihat raut kesal Halilintar hanya bisa menghela napasnya.

"Eh? Sekarang, Yah? Beneran saya tunjukkin benda itu disini?" tanya Solar.

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang