• TIGA PULUH EMPAT •

2.2K 301 54
                                    

Solar berjalan mondar-mandir didalam ruang kerja Halilintar dengan raut khawatir. Ini sudah mulai malam dan Halilintar masih belum kembali dari pertemuannya dengan Kaisar.

Setelah Kaisar menyuruhnya dan Blaze keluar, Solar dengan cepat mencari Al dan menceritakan apa yang terjadi. Diluar dugaan, Al terlihat tenang seolah sudah menduga apa yang akan terjadi.

'Tidak apa-apa. Arter akan baik-baik saja, Arven.'

"Apa kau yakin?"

'Iya, dia tadi menghubungiku untuk bertanya sesuatu.'

Al sebenarnya merasa heran pada mindlink Halilintar sebelumnya. Mengapa ia berpikir bahwa ia ikut dalam perang besar 8 tahun lalu?

Ada sesuatu yang tak benar soal pertanyaan Halilintar tadi.

"Aduh, bagaimana sekarang?" Blaze yang sedari tadi duduk bertanya dengan khawatir.

"Aku belum pernah melihat Ayah sedingin itu. Melihat Ayah seperti tadi, aku jadi berpikir Arter yang dingin dulu balik lagi," ujar Blaze.

Solar mengangguk membenarkan ucapan Blaze. Tak pernah mereka melihat raut wajah ayahnya sedingin itu.

Al yang melihat keduanya terlihat khawatir hanya bisa terdiam. Tak pernah ia berpikir bahwa pada kehidupan kali ini terdapat perbedaan yang sangat besar daripada sebelumnya. Mungkinkah kali ini dia bisa membuat akhir yang bahagia?

Ia teringat dengan ucapan Dewa Elemen yang sudah memberinya izin untuk datang kesini sebagai bantuan. Sedikit tidak menyangka bahwa ada 'Halilintar' di dimensi lain, Al berpikir apakah ia benar-benar bisa membantu 'Halilintar' itu dengan semua ingatan yang ia punya saat ini.

"Hei Al, apa Ayah memang seperti itu saat berbicara dengan Arter?" tanya Blaze.

'Entahlah, setauku ayah-- maksudku Kaisar selalu bersikap tenang.'

"Tuh kan, pasti ini karena permasalahan mengenai Paman Leiron kan?" ujar Blaze.

"Kau masih mau membela orang itu?" sinis Solar.

"Eh eh! Tidak ya, aku hanya.. masih belum terbiasa saja. Aku juga marah kok sama Paman Leiron!" seru Blaze. Tak terima dengan ucapan Solar.

"Ya siapa tau kau masih membelanya," ucap Solar.

"Tidaklah! Ish kau nihh!!"

'Sudah! Jangan bertengkar lagi!'

Al berbalik dan memukul mereka dengan sayapnya. Manik violet itu menatap tajam kedua Pangeran yang kini saling melempar pandangan tajam.

'Sebaiknya kalian kembali ke kamar kalian, aku akan menunggu Arter disini.'

Keduanya menggeleng, menolak usulan Al.

'Kembali saja. Temui Arter besok.'

"Kami akan menunggu saja. Aku khawatir sekali dengan kak Arter," ucap Solar.

"Betul tuh! Kalau kak Arter dimarahi Ayah bagaimana?" timpal Blaze.

Al menggeleng. 'Tidak mungkin. Gopal, tolong antar mereka kembali.'

Gopal Acrowl yang bersama mereka sedari tadi mengangguk paham. Ia mendekati Blaze dan Solar sembari tersenyum sopan.

"Yang Mulia Pangeran, bagaimana kalau anda berdua kembali dulu? Saya akan melaporkan pada Sir Stanley dan Dame Yvone apabila Yang Mulia Putra Mahkota sudah kembali."

Keduanya saling berpandangan. "Kau akan memberitahu kami sesegera mungkin kan?" tanya Blaze.

"Tentu saja, anda bisa mempercayai saya. Saya akan segera memberitahu anda nanti."

The Crown Prince's and His Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang